Ingin Kukatakan Sesuatu

Pengawal Pribadi!



Pengawal Pribadi!

0Jayanata, Kuncoro, dan yang lainnya rasanya hampir pingsan saat mendengar jawaban Sean. Jika bisa didengar, benak mereka penuh tanda tanya yang sama.     

Tidak ada api? Dengan adanya begitu banyak pemantik, apa kamu tidak bisa meminjam salah satunya? Bisa-bisanya secara terang-terangan menolak dewi yang kaya raya, berkuasa, dan paling top di Jakarta?!     

Chintia tak kalah tercengang dan memasukkan rokok yang ada di mulutnya kembali ke kotak rokok. Sesudah itu, dia bangkit dari kursi dan berjalan mendekati Sean.     

Chintia memiliki postur tubuh yang tinggi dan hampir setinggi Sean jika mengenakan sepatu hak tinggi. Dia memandang Sean dari atas ke bawah. Begitu melihat Sean yang cukup tampan, ada kegembiraan di hati Chintia.     

Chintia bertanya dengan arogan, "Nama?"     

Sean tidak mengerti dan balik bertanya, "Nama apanya?"     

Chintia kembali berkata, "Namamu."     

Sean menjawab, "Apa Anda memiliki gangguan pendengaran? Bukankah Jayanata baru saja mengatakan bahwa nama saya Sean Yuwono?"     

"Bajingan! Jangan kasar pada Wapresdir Chintia!" Jayanata meneriaki Sean dengan penuh amarah.     

Chintia melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Sean, karena kamu memiliki nama keluarga yang sama dengan presiden direktur baru Grup Citra Abadi kami, aku akan memberimu kesempatan."     

Semua orang begitu terkejut, terutama keluarga Wangsa. Mereka bahkan tidak terfokus pada kalimat terakhir yang diucapkan Chintia, tetapi kalimat sebelumnya, Presiden baru Grup Citra Abadi juga bermarga Yuwono!     

"Akhirnya aku mengetahui marga presiden direktur baru Grup Citra Abadi," kata Nenek Wangsa yang merasa sangat lega.     

Bagaimana mungkin si Sean rendahan ini bisa memiliki kontrak besar yang begitu penting, senilai seratus lima puluh miliar?     

Jayadi buru-buru melangkah maju dan bertanya, "Wapresdir Chintia, kalau boleh saya tahu, siapa nama lengkap Presdir Yuwono?"     

Chintia tersenyum dan menjawab, "Saat ini Presdir Yuwono tidak ingin ada terlalu banyak orang yang mengenalnya. Jadi, maaf, saya belum bisa memberitahu Anda."     

Sebenarnya, Chintia sendiri tidak tahu nama lengkap presiden direktur baru itu. Dia hanya tahu bahwa nama belakangnya adalah Yuwono dan usianya juga tidak tua.     

Sean menebak bahwa Chintia pasti tidak tahu bahwa dirinya adalah Presiden Direktur Grup Citra Abadi. Jika tidak, sekarang dia juga tidak akan menyuruh Sean menyalakan rokok untuknya. Sean bertanya sambil tersenyum, "Bagaimana Wapresdir Chintia akan memberi saya kesempatan?"     

"Selama kamu sujud, berlutut, dan meminta maaf masing-masing pada Nyonya Wangsa, Sandi Wangsa, dan istrimu, aku bersedia menengahi masalah ini," jawab Chintia, "Setelah itu, aku bahkan juga akan mempekerjakanmu menjadi pengawal pribadiku dengan gaji tahunan empat ratus juta rupiah."     

Begitu mendengar kata-kata ini, tiba-tiba suasana menjadi ramai.     

"Wapresdir Chintia ingin melindungi si bajingan Sean itu rupanya! Tapi, kenapa?!"     

"Selama dia sujud, berlutut, dan mengakui kesalahan, dia tidak akan masuk ke dalam daftar hitam. Dia bahkan juga akan menjadi pengawal pribadi wanita secantik Wapresdir Chintia?! Si bajingan ini pasti menyetujuinya!"     

Melihat pandangan Chintia yang menatap Sean dengan ambigu, entah mengapa hati Giana terbakar api cemburu. Giana meraih lengan Nenek Wangsa dengan kecewa dan berkata, "Nenek, Wapresdir Chintia akan berbalik melawan Nenek…"     

Sandi ikut berbisik, "Benar! Nenek tidak boleh membiarkan Sean lolos. Bukankah Wapresdir Chintia memiliki hubungan yang baik dengan kita? Kenapa dia malah membantunya dan bukan membantu kita?"     

Sandi tidak mengerti. Sean hanyalah suami parasit tanpa latar belakang, sementara keluarga Wangsa setidaknya sudah memberi Chintia satu juta lebih keuntungan.     

Nenek Wangsa menepuk tangan kedua cucunya dan berbisik, "Cucu-cucu Nenek, belajarlah darinya sedikit. Orang seperti Wapresdir Cinthia ini barulah orang berkelas yang sebenarnya."     

"Kenapa dia menjadi wakil presiden direktur Grup Citra Abadi di usia yang begitu muda? Kenapa dia bisa berurusan dengan setiap orang kaya dan bahkan dapat mengatasi mereka dengan begitu piawai dan tenang? Itu karena dia tidak mudah menyinggung siapapun dan bisa membuat pria manapun tergila-gila dan menghargainya," terang Nenek Wangsa.     

Nenek Wangsa menambahkan untuk Giana, "Giana, kamu harus bekerja keras untuk bisa menjadi wanita seperti Chintia."     

Giana menggigit bibirnya sambil memandang Chintia dengan penuh kecemburuan.     

Seluruh keluarga Wangsa menghela napas. Karena Chintia sudah memohon untuk Sean, kalau begitu mereka juga sudah tidak bisa memusnahkan Sean. Namun, hal yang tidak disangka-sangka adalah...     

"Aku… menolak," ujar Sean perlahan.     

Sean menolak hadiah besar yang diberikan Chintia padanya. Tidak ada yang mengerti mengapa Sean bertindak seperti ini.     

Bukankah hanya perlu bersujud pada keluarga Wangsa dan mengaku salah? Bukankah bagi Sean yang merupakan menantu parasit yang tinggal di rumah mertuanya, melakukan hal seperti itu bukan hal yang memalukan? Lagi pula, dia bahkan bisa mengikuti wanita secantik Chintia dan gaji tahunannya juga tidak rendah.     

Bahkan semua orang bodoh seharusnya tahu bagaimana memilih! Akan tetapi, Sean bahkan... Menolak?!     

Chintia tidak bisa mempercayainya dan bertanya, "Apa katamu?!"     

Sean memandang Chintia dan mengulang perkataannya, "Saya bilang, saya menolak."     

Wajah cantik Chintia merengut. "Katakan sekali lagi!"     

Sean langsung mencubit telinga Chintia dengan tangan kanannya dan berkata dengan keras di telinganya, "Saya menolak!"     

"Ah!" pekik Chintia dengan panik dan mundur beberapa langkah. Telinganya menjadi gatal karena Sean.     

"Kurang ajar! Berani-beraninya menyentuh Wapresdir Chintia!" teriak Jayanata. Akan tetapi, dia hanya berteriak dan tidak berani melangkah maju.     

Sean merentangkan tangannya dan berkata, "Maaf, Wapresdir Chintia. Saya pikir Anda memiliki gangguan pendengaran. Saya takut Anda tidak dapat mendengarnya, jadi saya mengatakannya di dekat telinga Anda."     

"Bagus! Bagus! Sean Yuwono, kamu punya nyali rupanya!"     

Chintia tidak menyangka bahwa suami parasit yang tinggal di rumah mertuanya ini akan begitu berani mempermalukan dirinya. Kalau begitu, dia juga sudah tidak perlu melindungi pria itu lagi.     

Chintia memandang Nenek Wangsa dan berkata dengan sopan, "Nyonya Wangsa, saya Chintia Yandra, Wakil Presiden Direktur Grup Citra Abadi, bersedia mendukung keluarga Wangsa dan memasukkan Sean ke dalam daftar hitam di kota Jakarta!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.