Ingin Kukatakan Sesuatu

Menampar Giana Wangsa



Menampar Giana Wangsa

0Sean mengenakan setelan direktur bermerek Gucci dan rambutnya disisir ke samping. Pria itu sedang berbicara dan tertawa dengan Chintia Yandra. Sementara, Giana melihat Sean terus berjalan mendekat. Kalau Sean tidak pernah menjadi suami Giana, dia pasti akan salah mengira bahwa pria itu adalah presiden direktur yang berasal dari keluarga lain.     

"Dasar brengsek! Setelah bercerai denganku, ternyata berpenampilan begitu tampan!" rutuk Giana yang semakin merasa cemburu.     

Jika Giana tahu sejak awal bahwa Sean memiliki aura seorang presiden direktur, dia juga akan mendandani Sean dengan jas dan dasi selama tiga tahun terakhir. Setidaknya Giana dapat membawa Sean untuk menyombongkannya di depan teman-teman ketika acara reuni sekolah.     

Di kejauhan, Sean berkata kepada Chintia, "Chintia, berikan kunci mobilnya padaku. Kamu memakai high heels, jadi sulit mengendarai mobil."      

Karena sering memakai sepatu hak tinggi, sebenarnya di mobil Chintia selalu ada flat shoes dan dia biasa memakainya ketika mengendarai mobil. Tetapi, melepas dan mengganti sepatu di hadapan Sean sepertinya tidak akan enak dilihat.     

Chintia memberikan kunci mobil kepada Sean Yuwono sambil berterima kasih, "Kalau begitu, terima kasih, Presdir Yuwono."     

Sean mengambil kunci mobil Giana dan berjalan ke depan mobil Porsche Panamera berwarna merah api. Ternyata dia justru berjalan ke pintu samping kemudi terlebih dulu dan membuka pintu. Chintia terkejut. "Anda…"     

Chintia tidak mengerti dan bertanya-tanya, Bukankah Sean bilang dia akan mengendarai mobil? Mengapa dia membuka pintu samping kemudi?     

Sean menepuk kepalanya dengan tak berdaya dan bergumam, "Aduh. Tiga tahun ini terbiasa membukakan pintu untuk Giana Wangsa."     

Chintia tertawa dan baru mengerti, ternyata Sean berinisiatif membukakan pintu untuknya. Namun, sekarang Sean Yuwono adalah seorang bos dari Chinta Yandra. Seharusnya Chintia yang membukakan pintu untuk Sean. Mana mungkin Sean yang membukakan pintu untuknya?     

Bagaimanapun, karena pintu sudah dibuka, Sean bersikap sebagai seorang gentleman dan mempersilakan, "Wapresdir Yandra, silakan."     

Chintia merasa tersanjung dan berkata, "Ya Tuhan. Presiden Yuwono membukakan pintu sendiri untuk saya. Saya benar-benar merasa sangat beruntung."     

"Ini bukanlah apa-apa. Aku sudah membukakan pintu untuk Giana Wangsa selama 3 tahun. Setiap kali naik dan turun mobil, aku selalu membukakan pintu," kata Sean sambil tersenyum.     

Chintia tahu bahwa Sean terluka sangat mendalam karena Giana. Dia berkata, "Giana Wangsa benar-benar tidak bersyukur!"     

Setelah itu, Chintia masuk ke dalam mobil. Melihat semua ini, Giana sangat marah dan langsung berlari menghampiri mereka sambil marah-marah.     

"Sean Yuwono! Kamu benar-benar tidak tahu malu! Ternyata kamu benar-benar menjadi anjing Chintia Yandra!"     

Setelah Giana melihat Sean membukakan pintu untuk Chintia, dia semakin yakin bahwa Sean sudah menjadi pengawal Chintia Yandra. Selama tiga tahun ini, Sean hanya membukakan pintu untuk Giana dan kedua orang tuanya. Sekarang, Sean justru membukakan pintu untuk wanita lain. Melihat pemandangan ini membuat hati Giana merasa sangat tidak senang.     

"Giana?" Sean terkejut melihat mantan istrinya di hadapannya. Dia mengira Giana dan dirinya akan menjadi orang asing. Tetapi, belum sampai satu hari, mereka kembali bertemu.     

Chintia juga segera keluar dari dalam mobil. Dia tidak mengerti untuk apa Giana datang. Jika datang untuk membicarakan proyek, bukankah seharusnya keluarga Wangsa mengirim Jayanata Wangsa?     

Giana menatap Sean dan mengkritiknya, "Sean, apakah kamu sudah tidak memiliki harga diri? Ternyata kamu berlutut di depan Chintia Yandra, memohon maaf padanya, dan bersedia menjadi anjing di sisinya!"     

Giana masih lanjut berkata, "Kalau kamu rela membuang harga dirimu, mengapa saat itu kamu tidak mau berlutut padaku dan memohon padaku untuk memaafkanmu? Aku memberimu beberapa kali kesempatan. Asalkan kamu berlutut dan memohon padaku, sekarang kamu masih menjadi menantu keluarga Wangsa kami..."     

Begitu Sean teringat perkataan Giana, dia menjadi sangat marah dan membalas, "Kamu masih bisa bertanya padaku, mengapa aku tidak berlutut padamu? Kemarin lusa, kamu dan laki-laki bernama Pangestu itu menginap sekamar, berselingkuh di belakangku, dan masih menyuruhku berlutut memohon maaf kepada kalian. Tidakkah kamu merasa sangat kelewatan?!"      

Giana mengaitkan bibirnya hingga tersenyum miring. Dia kembali membuka mulutnya, "Dan bagaimana dengan beberapa kali setelah itu? Acara ulang tahun kemarin, aku memberimu kesempatan untuk berlutut dan memohon padaku. Asalkan kamu berlutut, aku akan meminta nenekku untuk tidak mengeluarkanmu dan kamu akan tetap menjadi suamiku. Dan juga di Four Seasons Hotel. Jika kamu berlutut dan memohon padaku, aku tidak akan memanggil polisi!"     

"Sama-sama berlutut! Mengapa kamu memohon padanya, tapi tidak memohon padaku? Bagaimanapun juga, aku adalah istrimu! Apakah memalukan berlutut pada istri?" kata Giana pada akhirnya.     

Sean menjawab, "Berlutut kepada istri itu tidak memalukan, tapi berlutut kepada istri yang selingkuh itu sangat memalukan! Kamu melakukan hal yang salah, tidak berlutut dan meminta maaf padaku, tapi justru memintaku berlutut memohon padamu? Tiga tahun ini aku terlalu memanjakanmu!"     

Sean sangat marah. Giana juga menjadi marah.     

"Kamu memanjakanku? Jelas-jelas aku yang memanjakanmu! Aku tidak seharusnya begitu baik padamu, membuatmu tidak takut pada apapun sekarang. Orang-orang di keluargaku sekarang menyalahkanku karena tidak mengaturmu dengan baik. Jika tahu sejak awal, aku seharusnya menyuruhmu berlutut setiap hari dan membasuh kakiku!" maki Giana.     

Plak!     

Terdengar sebuah suara tamparan yang nyaring. Sebuah tangan melayangkan tamparan yang mendarat di wajah Giana Wangsa yang cantik. Giana sontak terkejut. Dia mengangkat kepalanya dan melihat bahwa orang yang menamparnya ternyata adalah Chintia Yandra.     

Chintia benar-benar tidak tahan lagi. Dia berkata dengan marah, "Giana Wangsa! Kamu yang selingkuh duluan, tidak bisa intropeksi diri, tapi masih bicara seperti ini! Sebagai seorang wanita, apakah kamu tidak merasa malu?!"     

Giana yang sangat marah menutupi wajahnya dengan tidak percaya. "Kamu… Berani-beraninya menamparku?!"     

Chintia mendengus dingin dan berkomentar, "Kalau mau menamparmu, ya, tinggal menamparmu. Apakah harus memilih hari segala?"     

Chintia sama sekali tidak takut pada Giana. Di lingkungan bisnis Jakarta, Giana Wangsa hanyalah seorang wanita yang tidak dipandang sama sekali. Giana Wangsa sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan Chintia Yandra.     

Giana tidak berani memukul Chintia. Kemampuan dan kekuatan Chintia tidak dapat dibandingkan dengan dirinya sendiri. Dengan wajah sedih dan air mata yang terbit di sudut matanya, dia berkata, "Kamu merebut pria milikku dan menamparku?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.