Ingin Kukatakan Sesuatu

Keluar!



Keluar!

0Bos besar hotel? Bos besar katering? Bos besar jasa antar?     

Sean benar-benar ingin menumbangkan dan memusnahkan bos-bos besar yang menguasai Jakarta sejak lama ini. Di antaranya, orang pertama yang terpikirkan oleh Yuwono adalah Cahyadi Pangestu. Ketika Sean teringat orang ini, pikirannya menggemakan apa yang dikatakan mantan istrinya, "Lihatlah Cahyadi Pangestu. Harta keluarganya hampir sepuluh miliar! Apakah kamu bisa membandingkan dirimu yang seperti sampah ini dengannya?"     

Sean mendengus pelan, kemudian bertanya kepada Chintia, "Aku dengar bahwa keluarga Pangestu adalah keluarga kelas satu di Jakarta dengan aset hampir 10 miliar?"     

Chintia menjawab, "Mereka termasuk keluarga kelas satu, memiliki harta 10 miliar dua tahun lalu, tapi telah menyusut parah sekarang dan asetnya diperkirakan hanya tinggal 3 miliar. Tidak jauh lebih baik daripada keluarga Wangsa."     

Chintia teringat bahwa di pesta ulang tahun kemarin, Sean telah menuduh Cahyadi Pangestu dan Giana Wangsa berselingkuh. Dia pun melanjutkan dengan mengatakan, "Giana Wangsa benar-benar buta! Ternyata dia telah memilih sampah seperti Cahyadi Pangestu, tapi tidak memilih Anda, Presdir Yuwono! Bila dia mengetahui identitas Anda yang sebenarnya, saya rasa dia akan menyesalinya."     

Sean masih merasa sedikit sedih saat memikirkan Giana. Bagaimanapun juga, dia telah mencintai wanita itu selama tiga tahun.     

Chintia lanjut menjelaskan, "Keluarga Wangsa baru-baru ini memiliki sebuah proyek. Mereka ingin bekerja sama dan mengumpulkan 150 milyar dari kita. Mereka juga memberikan banyak keuntungan pada saya. Sekarang saya akan mengembalikan semua keuntungan yang mereka berikan pada saya dan memberitahu mereka agar tidak perlu berharap bekerja sama dengan Grup Citra Abadi kita lagi!"     

Chintia awalnya bermaksud untuk menyetujui kerja sama ini. Tetapi, sekarang dia telah mengetahui tentang hubungan antara Sean dan keluarga Wangsa. Sean adalah menantu yang dikeluarkan oleh keluarga Wangsa. Bagaimana mungkin masih mau bekerja sama dengan mereka?     

Tanpa disangka, Sean berkata, "Kamu membuat banyak kebohongan tentangku kemarin, tapi ada satu kalimat yang benar. 'Pekerjaan adalah pekerjaan dan hidup adalah hidup.' Aku tidak akan mengesampingkan bisnis dengan mereka hanya karena hubunganku dengan keluarga Wangsa. Tunjukkan padaku rencana proyek itu."     

Chintia sedikit terkejut. Sean ternyata benar-benar seorang pemimpin yang hebat. Dia segera menjawab, "Baik, saya akan memberikannya kepada Anda sekarang."     

Chintia hendak berbalik dan pergi, namun Sean mencegatnya, "Lupakan saja. Biar aku pergi bersamamu dan sekalian melihat kantor Nona Yandra kami yang cantik, apakah kantornya juga sama harumnya."     

Sean bangkit dari kursi presdir dan berjalan keluar dari kantornya bersama Chintia.     

———     

Pada saat ini, Cahyadi masih berada di lobi di lantai pertama Gedung CBD. Dia merasa cemas sehingga tidak pergi meninggalkan tempat itu. Dia ingin naik ke lantai atas untuk melihat situasi, tetapi tidak bisa karena dia tidak memiliki kartu akses.     

"Ah! Bukankah ini Tuan Pangestu?"     

Tiba-tiba, seorang karyawan wanita Grup Citra Abadi berinisiatif berjalan ke arah Cahyadi. Cahyadi melirik gadis yang menghampirinya, tetapi tidak mengenalinya. Wanita itu tersenyum dan berkata, "Tuan Muda Pangestu tidak ingat aku, ya? Ini benar-benar membuatku sedih. Di LINX Bar hari itu, kamu mentraktirku minum, kemudian kita pergi... Kamu sudah menyiksaku sepanjang malam."     

Cahyadi baru ingat bahwa wanita ini adalah seorang teman lama. Melihat penampilan wanita itu yang biasa-biasa saja dan riasan wajahnya yang murahan, dia benar-benar seratus tingkat lebih rendah dari Giana Wangsa.     

Sial! Sepertinya aku minum terlalu banyak hari itu sampai-sampai aku menerima orang yang begitu buruk seperti ini, Cahyadi diam-diam memaki dirinya sendiri dalam hati. Namun, wajahnya masih tersenyum.     

Cahyadi membalas, "Oh, ingat. Kamu bekerja di Citra Abadi?"     

Wanita itu mengangguk. Cahyadi meraih tangan wanita itu dan berkata, "Bawa aku ke atas. Nyawa Wapresdir Yandra kalian dalam bahaya!"     

Semenit kemudian, Cahyadi sampai di lantai tempat Sean berada. Segera setelah keluar dari lift, dia mendengar beberapa karyawan wanita Grup Citra Abadi berbisik-bisik.     

"Hei, biar aku beritahu. Dia langsung berlutut ketika bertemu dengan Presdir! Apakah kamu percaya? Dia langsung berlutut di detik pertama!"     

Cahyadi samar-samar mendengarkan, tetapi tidak ingin bergosip tentang urusan internal Grup Citra Abadi. Dia melangkah maju dan bertanya, "Di mana Wapresdir Yandra?"     

Kebetulan sekali, orang yang ditanya Cahyadi adalah sekretaris Chintia sendiri, Rosiana. Sekretaris itu menjawab, "Wapresdir Yandra ada di kantor. Tuan, apakah Anda sudah membuat janji?"     

Cahyadi mengabaikan sekretaris ini dan langsung bergegas ke kantor Wapresdir Chintia Yandra. Begitu dia membuka pintu, dia menemukan Sean juga berada di kantor Chintia. Kebetulan Chintia baru saja menemukan rencana proyek keluarga Wangsa dan menyerahkannya kepada Sean. Tapi, di mata Cahyadi, adegan ini seperti seorang presdir sedang memberikan pekerjaan kepada asisten.     

"Cahyadi Pangestu? Siapa yang membiarkanmu masuk?" Chintia langsung memarahi Cahyadi. Karena Cahyadi adalah musuh Sean, mulai sekarang Chintia tidak bisa terlalu dekat dengannya, termasuk juga dengan seluruh keluarga Pangestu.     

Cahyadi tidak menjawab. Dia malah menunjuk Sean dan memaki, "Bagus, Sean Yuwono! Dasar kamu menantu yang memalukan! Pencuri! Ternyata kamu di sini! Apakah kamu bersembunyi di sini dan bersiap untuk membalas dendam kepada Wapresdir Yandra?"     

Sean langsung membalas, "Apakah kamu sakit? Apakah ini tempat yang bisa kamu masuki dengan semaunya? Keluar dari sini!"     

Sean Yuwono adalah Presiden Direktur Grup Citra Abadi dan pemilik tempat ini. Bagaimana mungkin dia membiarkan Cahyadi Pangestu bertindak semaunya di sini?     

Cahyadi merasa tidak senang melihat Sean berbicara sangat arogan. Dia terus memaki, "Wah! Kamu berani berbicara denganku seperti ini?! Ini adalah kantor kakakku, Chintia! Orang yang seharusnya pergi itu kamu! Benar, kan, Kak Chintia?!"     

Plak!     

Chintia menampar wajah Cahyadi dan memarahinya, "Siapa Kak Chintia-mu?! Panggil aku Wapresdir Yandra!"     

Ekspresi wajah Cahyadi menjadi canggung karena menanggung malu. Sementara itu, terdengar tawa Rosiana dari luar pintu. Cahyadi mulai merasa ada sesuatu yang salah. Dia teringat bahwa Rosiana tidak mencegatnya, lalu dia berpikir sejenak, Sean Yuwono berada di kantor Chintia Yandra, seolah-olah semuanya mengetahuinya. Tapi, mengapa perempuan tadi dan yang lainnya tidak menghentikanku?     

Cahyadi tiba-tiba menunjuk Sean dan berteriak, "Aku sudah mengerti! Kamu di sini bukan untuk membalas dendam kepada Wapresdir Yandra. Kamu di sini untuk menjadi pengawal Wapresdir Yandra!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.