Ingin Kukatakan Sesuatu

Kita adalah Pasangan Kekasih?



Kita adalah Pasangan Kekasih?

0Ketika Rosiana dan yang lainnya melihat keadaan ini dari luar, mereka semua menutup mulut mereka karena terkejut.     

Mengapa bisa begini?! Bukan Presdir Yuwono yang berlutut pada Wapresdir Yandra, tapi Wapresdir Yandra yang berlutut pada Presdir Yuwono! Bahkan tidak butuh satu menit! Di detik pertama pertemuan, Wapresdir Yandra langsung berlutut! Apakah karena pesona dan aura Presdir Yuwono yang baru datang itu begitu kuat? Hingga bahkan Wapresdir Yandra yang selalu sangat hebat pun sampai terkesan? Mereka bertiga tidak dapat menahan diri untuk berpikir demikian.     

Ketiga perempuan tersebut semakin merasa kagum terhadap Sean Yuwono.     

Sementara itu, Sean mendengar ada gerakan di luar pintu. Begitu dia melirik melalui celah pintu, Rosiana dan yang lainnya segera melarikan diri ketakutan.     

Setelah itu, Sean berjalan ke hadapan Chintia. Dia tidak membantu Chintia berdiri. Dia hanya berdiri dan menatap Chintia seperti itu.     

Sean tersenyum dan berkata, "Wapresdir Yandra, mengapa kamu berlutut begitu bertemu denganku? Kamu begitu sungkan. Aku benar-benar tidak bisa menerimanya."     

Chintia mengomel di dalam hati, Jika kamu tidak bisa menerimanya, maka bantu aku berdiri. Ini membuatku sangat merasa malu. Belum lagi, posisi seperti ini juga…     

Setiap orang dewasa yang melihat posisi Chintia dan Sean pasti akan memikirkan sesuatu. Namun, Chintia juga tahu bahwa kesalahan memang ada pada dirinya. Dia kini hanya bisa memaki dalam hati, Dasar keluarga Wangsa sialan! Jika bukan karena mereka, aku juga tidak akan membuat bosku marah!     

Chintia rasanya ingin mati saja saat teringat kejadian kemarin. Dia langsung meminta maaf di tempat dengan penuh perasaan bersalah, "Maaf, Presdir Yuwono, saya salah! Maafkan saya atas apa yang sudah saya katakan kemarin!"     

Sean berjongkok, bertatapan dengan Chintia, dan berkata, "Kemarin? Oh, aku ingat. sepertinya kemarin kamu mengatakan bahwa kita adalah pasangan kekasih?"     

Tanpa disangka, Sean memeluk Chintia.     

Seorang wanita yang telah lama didambakan oleh begitu banyak orang kaya di lingkungan dunia bisnis kota Jakarta kini dengan mudah dipeluk oleh Sean. Jika orang lain yang berani melakukan hal ini, Chintia pasti akan menamparnya. Namun, dia tidak berani memperlakukan seorang Sean Yuwono seperti itu. Karena kemarin Chintia sendiri yang mengatakan bahwa Presdir Yuwono adalah kekasihnya.     

Sean tiba-tiba merasakan aroma memikat yang menyembur ke wajahnya. Tidak heran jika begitu banyak pria bertekuk lutut di hadapan Chintia Yandra. Hanya dengan memeluknya, Sean merasa hatinya bahagia dan bergairah.     

Sean kembali mencibir Chintia, "Aku dengar bahwa aku juga memesan sebuah pulau untuk memintamu menjadi pacarku? Pulau yang mana?"     

Chintia merasa sangat malu. Jika bisa, dia benar-benar ingin mencari lubang dan bersembunyi di dalamnya. Dia hanya bisa meminta maaf lagi, "Maaf, saya salah."     

Sean sendiri tidak ingin melakukan hal yang terlalu intim dengan wapresdirnya di kantor. Jadi, dia melepaskan Chintia dan berdiri, kemudian berkata, "Baiklah. Bangun dulu, baru berbicara. Kalau dilihat oleh karyawan lain, ini tidak baik."     

"Baik."     

Chintia turut bangkit dari lantai dengan cepat dan segera berdiri. Dia langsung menutup pintu kantor, lalu mengambil remote control dan mengatur jendela kaca partisi kantor ke mode privasi sehingga para karyawan di luar tidak bisa melihat situasi di dalam.     

Pada saat ini, Sean sudah duduk di kursi presdir dan bertanya dengan aura yang kuat, "Wapresdir Yandra, kemarin kamu bilang akan memasukkanku ke dalam daftar hitam. Sekarang aku adalah Presdir Grup Citra Abadi. Aku adalah bosmu. Aku ingin bertanya, sekarang bagaimana kamu ingin memasukkanku ke dalam daftar hitam?!"     

Sean Yuwono menantikan momen ini sejak di pesta ulang tahun kemarin. Diam-diam dia membatin, Memasukkanku ke dalam daftar hitam? Apakah kamu memiliki kemampuan ini?     

Chintia menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan.     

"Presdir Yuwono, saya benar-benar tidak menyangka bahwa orang dengan status seperti Anda akan menjadi menantu keluarga Wangsa," Chintia kembali berbicara dan mengakui kesalahan, "Saya tahu bahwa kesalahan yang saya perbuat tidak dapat dimaafkan. Saya akan menerima hukuman apapun yang Anda berikan."     

"Jika anda ingin menampar saya, aku akan berjalan ke depan anda dan membiarkan Anda menampar saya. Jika Anda ingin memarahi saya, aku akan mendengarkan Anda," Chintia berkata lagi, "Jika Anda ingin memecat saya, saya akan mengemasi barang-barang saya dan angkat kaki dari tempat ini. Saya tidak akan pernah lagi muncul di hadapan Anda dan membuat Anda marah."     

Sean mengangguk dan menyadari bahwa wanita ini, Chintia Yandra, memang tidak biasa. Dia tidak panik ketika menghadapi sesuatu, bersedia bertanggung jawab, dan tidak melalaikan tanggung jawab.     

"Aku tidak berencana untuk memecatmu," tukas Sean.     

Chintia mengangkat kepalanya karena terkejut. Dia sontak bertanya-tanya dalam benaknya, Aku melakukan hal seperti itu pada Sean Yuwono kemarin, tapi dia tidak memecatku?     

Sean berkata, "Kemarin, kamu adalah satu-satunya yang memberiku kesempatan. Jika aku benar-benar hanya menantu miskin biasa, maka kamu adalah penolongku."     

Setelah dipikir-pikir, sebenarnya Chintia tidak begitu berbuat salah kepada Sean kemarin. Tanpa mengatakan apa-apa, tamu-tamu lain langsung memusuhi Sean. Sementara, Chintia mengambil risiko menyinggung nyonya besar keluarga Wangsa dengan membantu Sean dan berencana menjadikan Sean pengawalnya. Setelah ditolak oleh Sean, Chintia merasa malu dan mau tak mau ingin memasukkan Sean ke dalam daftar hitam.     

"Terima kasih, Presdir Yuwono! Saya akan melayani Anda dengan sepenuh hati di masa depan!" kata Chintia yang merasa tersentuh hingga matanya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka bahwa Sean begitu murah hati dan berpikir dengan masuk akal di usianya yang masih muda.     

"Aku bisa memaafkanmu. Tapi, semua orang yang ingin menghancurkanku di pesta ulang tahun kemarin, aku tidak akan melepaskan mereka begitu saja!" kata Sean, lalu memanggil, "Wapresdir Yandra…"     

"Kamu bisa memanggilku Chintia," kata Chintia dengan suaranya yang lembut sambil menyeka air matanya.     

Sean memberikan perintah, "Chintia, kumpulkan informasi orang-orang yang ingin menghancurkanku dan memasukkanku ke daftar hitam kemarin. Setelah itu, serahkan padaku."     

"Baik!" jawab Chintia.     

Chintia tahu bahwa Sean ingin membalas mereka. Selanjutnya, akan ada kekacauan besar di dunia bisnis Jakarta!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.