Ingin Kukatakan Sesuatu

Sean adalah Maling!



Sean adalah Maling!

0Cahyadi dan Giana terkejut bukan main, bak tersambar petir di siang bolong. Mereka tidak pernah menyangka bahwa menantu yang dibuang ini bisa tinggal di hotel bintang lima. Padahal, tarif menginap di hotel ini di atas dua belas juta semalam.     

Cahyadi bertanya, "Giana, apa kamu yakin dia hanya memiliki beberapa ratus ribu rupiah saja? Apa dia menyembunyikan uang di belakangmu selama tiga tahun terakhir?"     

Giana menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tidak yakin, "Aku juga tidak tahu... Mungkin ada."     

"Sean si bocah ini boleh juga! Aku mengatakan padanya bahwa dia tidak akan bisa memasuki hotel bintang empat ke bawah, tapi ternyata bajingan itu malah menghabiskan uang dalam jumlah yang banyak untuk tinggal di hotel bintang lima!" kata Cahyadi sambil cemberut.     

Cahyadi berpikir bahwa karena Sean takut dengan kekuasaan Cahyadi, jadi dia dengan gegabah memilih untuk memasuki hotel bintang lima.     

Mereka tidak mengetahui bahwa putra keluarga Yuwono hanya akan tinggal di hotel berbintang lima.     

"Apakah kamu punya cara agar dia tidak bisa tinggal di sini?" tanya Giana.     

Cahyadi benar-benar merasa kesulitan dan menjawab ragu-ragu, "Ini… Memang agak merepotkan."     

Mereka yang bisa membuka hotel bintang lima adalah orang-orang besar, sementara Cahyadi sendiri tidak mampu membelinya. Selain itu, hotel-hotel bintang lima seperti ini juga sangat memperhatikan reputasi mereka. Jika ada yang mengetahui bahwa seorang tamu yang menginap di hotel ini diusir keluar, kerugian yang dialami pasti tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan martabat seorang Cahyadi Pangestu.     

Cahyadi sedikit malu dan berbisik, "Bagaimana kalau kita biarkan saja dia menginap di sini satu malam? Bahkan, jika dia punya uang simpanan, dia juga hanya bisa tinggal paling lama satu malam."     

Giana jelas merasa tidak senang. Baru saja Cahyadi berjanji untuk membuat Sean tidur di jalanan, tetapi sekarang pria itu tidak bisa melakukan apapun pada Sean.     

Melihat wajah Giana yang marah, Cahyadi juga merasa gelisah. Dia menatap pegawai itu dan bertanya, "Sean Yuwono menginap satu malam, kan?"     

Pegawai resepsionis baru saja menyelesaikan prosedur penginapan Sean. Karenanya, tanpa perlu memeriksa, dia menjawab, "Tuan Yuwono sudah membayar uang penginapan selama tujuh hari."     

"Tujuh hari?!" Cahyadi sedikit terkejut, "Bajingan ini benar-benar gegabah! 12 juta semalam, itu berarti 84 juta untuk tujuh hari! Giana, dia pasti memiliki banyak simpanan!"     

Giana menghentakkan kakinya dengan marah dan langsung menuduh, "Itu pasti hasil dari mengutil uang belanja untuk membeli makanan anjing dan kebutuhan sehari-hari. Benar-benar tidak berguna! Uang sekecil ini pun juga dikorupsi!"     

Keluarga Wangsa adalah keluarga konglomerat kelas dua di Jakarta yang akan menghabiskan banyak uang untuk keperluan sehari-hari. Sementara, hal-hal ini semuanya dilakukan oleh Sean. Bukan tidak mungkin bagi Sean untuk menghasilkan ratusan juta dalam tiga tahun.     

Akan tetapi, petugas resepsionis tersebut pada saat ini berkata, "Itu... Kamar Tuan Yuwono bukan kamar tamu biasa, melainkan kamar presidential suite."     

"Apa?!" pekik Cahyadi dan Giana bersamaan. Mereka sangat kaget bukan main hingga terjingkat.     

Kamar presidential suite? Bahkan, dia menginap selama satu minggu?!     

Four Seasons Hotel dengan kamar presidential suite? Bukankah harganya 160 juta rupiah semalam?! Tujuh hari, berarti totalnya 1,12 milyar!     

"1,12 milyar?! Sean baru saja membayar sebesar 1,12 milyar?!" ujar Cahyadi sambil menatap pegawai resepsionis itu dengan tatapan yang menyeramkan.     

Pegawai resepsionis cantik itu mengangguk dan dengan wajah yang malu-malu berkata, "Benar! Bahkan, saya diberi tip sebesar 20 juta rupiah…"     

Ketika Giana mendengar perkataan ini dan melihat bahwa pegawai resepsionis itu cukup menawan, kecemburuan mulai muncul di hatinya. Giana pun dengan kesal membentaknya, "Siapa yang menyuruhmu untuk menerima tip? Itu adalah uang keluarga Wangsa-ku! Tahu tidak?!"     

Cahyadi tidak ingin Giana membuat masalah di hotel bintang lima, jadi dia menarik wanita itu ke samping untuk membujuknya.     

"Giana, jangan khawatir tentang tip itu. Dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Bukankah tidak mungkin dia bisa menghasilkan 2 miliar hanya dalam tiga tahun melalui uang belanja atau yang lainnya?" kata Cahyadi.     

Giana memikirkannya dengan teliti, tetapi dia juga berpikir seperti itu. Walaupun keluarga Wangsa memberi Sean uang saku setiap bulan, jika dijumlah pun juga tidak akan sebanyak ini.     

Setelah memikirkannya, Giana tiba-tiba teringat akan sesuatu dan dengan panik berkata, "Dia sering pergi untuk membantu menjaga anjing di rumah nenekku! Di dalam rumah nenekku ada begitu banyak barang antik. Apa jangan-jangan dia mencuri satu atau dua barang dan mengambilnya untuk dijual?"     

Cahyadi mengetahui kemampuan Nenek Wangsa. Setiap kali Nenek Wangsa merayakan ulang tahunnya, dia akan menerima banyak hadiah berharga. Hadiah-hadiah ini berada di dalam rumah Nenek Wangsa, jadi bisa dikatakan bahwa hadiah-hadiah tersebut sudah menumpuk seperti gunung.     

Hanya dengan mencuri satu atau dua barang di rumah Nenek Wangsa, sudah cukup bagi Sean untuk menjualnya seharga dua atau empat miliar.     

"Pasti seperti itu!" kata Cahyadi, "Cepat beritahu keluargamu dan suruh mereka untuk memeriksa apa ada sesuatu yang hilang!"     

"Baik."     

Giana dengan cepat mengambil ponselnya dan menelepon Lana.     

———     

Sean dan Giana sudah pergi selama lebih dari empat puluh menit. Para tamu di pesta ulang tahun Nenek Wangsa di Hotel Marriott saat ini juga sudah makan dan minum dengan kenyang.     

Sebelum ini, para presiden direktur yang sibuk pasti sudah segera kembali untuk menghasilkan uang. Akan tetapi, hari ini tidak ada satupun yang buru-buru pergi. Mereka semua menunggu seseorang, yaitu orang misterius pemberi gelang giok senilai puluhan miliar, yang merupakan pria pengejar Yuana.     

Chintia memiliki firasat yang tidak enak dan bertanya, "Mengapa si pemberi hadiah itu masih juga belum datang setelah sekian lama? Kalaupun macet di jalanan, seharusnya dia sudah sampai sekarang."     

"Mungkinkah Sean benar-benar pemberi gelang itu?" Chintia bertanya-tanya. Ketika memikirkan hal ini, dia jadi berkeringat dingin. Dia tidak mungkin secara tidak sengaja menyinggung orang yang berkuasa, bukan?     

Pada saat ini, ponsel Lana tiba-tiba berdering. Lana menjawab telepon dari anak perempuannya dan bertanya sambil tersenyum, "Sayangku, bagaimana? Apa kamu sudah bercerai dengan si tidak berguna itu?"     

Tanpa basa-basi, Giana langsung berkata, "Bu, pergilah ke rumah Nenek. Periksa kaligrafi dan lukisan antik Nenek yang mana yang hilang! Si bajingan Sean itu sudah mencuri barang-barang di rumah kita dan menjualnya!"     

Lana terkejut dan sontak berseru, "Apa?! Sean si tidak berguna itu sudah mencuri kaligrafi dan lukisan antik Nenek?!"     

Ketika Chintia mendengar perkataan Lana, perasaannya menjadi tenang. Bibir merahnya menghisap rokok Nona Capri hingga asap mengepul dari antara bibir merahnya. Chintia pun berkata, "Aku kira bocah itu adalah seseorang yang berkuasa. Ternyata hanya seorang maling."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.