Ingin Kukatakan Sesuatu

Hadiah Dua Puluh Miliar!



Hadiah Dua Puluh Miliar!

0Postur tubuh indah Yuana tidak dimilikinya secara alami, tetapi karena apa yang dimakannya. Setiap kali makan dengan Yuana, Sean menyadari bahwa sepupu iparnya itu suka memakan makanan yang bergizi dan berkhasiat seperti pepaya dan sejenisnya.     

Sean melirik perawakan tubuh Yuana yang nyaris sempurna dan berkata, "Seharusnya kamu tidak perlu makan pepaya, kan?"     

Seketika Yuana naik pitam dan bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke hadapan Sean. Dia berdiri dengan badannya yang nyaris menempel pada badan Sean. Begitu Sean mendongak, dia merasa seperti sedang melihat gunung...     

Yuana berkata dengan penuh amarah, "Sean, apa maksud perkataanmu barusan? Kenapa aku tidak perlu makan pepaya?"     

Sean adalah kakak sepupu ipar Yuana, jadi mana mungkin dia bisa menjelaskan perkataannya secara terang-terangan? Dia hanya bisa berkata, "Lupakan saja. Anggap saja aku tidak pernah mengatakannya. Biar aku ambilkan sup ini untukmu. Kamu minum saja sendiri."     

Namun, setelah Sean berinisiatif mengambilkan sup itu untuknya, amarah Yuana masih belum padam.     

Yuana berjalan ke meja Nenek Wangsa dan mengeluh, "Nenek, jangan biarkan Sean makan di sini. Dia bahkan tidak menyiapkan hadiah, jadi untuk apa membiarkan dia memakan jamuan ulang tahun Nenek?"     

"Dalam tiga tahun terakhir, Om dan Tante selalu ingin menyingkirkan Sean. Jika bukan karena Nenek yang melindunginya, mana mungkin dia bisa tetap makan dan minum dari keluarga kita selama tiga tahun?" cibir Yuana.     

Yuana terus saja mengomel, "Benar-benar tidak tahu berterima kasih! Meskipun kita tidak memperlakukannya dengan baik, setidaknya kita sudah membiarkan dia tinggal di rumah yang mewah dan mengendarai mobil yang mewah. Tapi, di hari ulang tahun Nenek yang ke delapan puluh, dia bahkan tidak menyiapkan hadiah."     

Meskipun kata-kata Yuana ditujukan untuk menghina Sean, kata-kata itu ada benarnya juga.     

Pengalaman Sean sebagai menantu yang tinggal di rumah mertua selama tiga tahun akan dianggap gagal jika tidak mencapai tiga tahun. Selain itu, Kakek juga akan memberikan hukuman yang setimpal. Jika bukan karena Nenek Wangsa yang bersikeras untuk tidak menyingkirkan Sean, sejak awal misi Sean ini pasti sudah gagal.     

Selain itu, Sean sudah tinggal dan makan di rumah keluarga Wangsa selama tiga tahun dan hari ini dia secara resmi meninggalkan rumah keluarga Wangsa. Sementara, hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun Nenek Wangsa yang kedelapan puluh. Jadi, memang sudah seharusnya bagi Sean untuk memberikan hadiah.     

Sean berpikir sejenak, lalu mengambil ponselnya dan menelepon Fairus lagi.     

"Halo, Fairus. Tolong bantu aku menyiapkan sebuah hadiah ulang tahun dan kirimkan ke Hotel Marriott."     

Begitu Yuana mendengarnya, dia dengan jijik berkata, "Cih! Hati nuranimu sudah muncul rupanya? Bagaimanapun, keluarga Wangsa kami tidak menerima sampah yang kamu berikan itu!"     

Sandi turut menyahut, "Sean, jangan buat malu! Jangan membawa sampah ke pesta ulang tahun Nenek! Lihatlah hadiah yang diberikan semua orang. Mana ada yang kurang dari empat ratus juta?"     

Giana tidak ingin Sean mempermalukan dirinya. Bagaimanapun juga, mereka belum secara resmi bercerai sehingga yang akan Sean permalukan adalah keluarga Giana.     

Giana berkata, "Telepon dan kembalikan hadiahmu itu! Jika kamu tetap ingin memberikan hadiah pada Nenek, aku akan menyuruh orang menyiapkannya untukmu."     

Sean terus menyantap hidangannya dan mengabaikan mereka bertiga. Dia tidak perlu mengatakan pada Fairus seberapa mahal hadiah yang ingin disiapkan. Dia sendiri tahu bahwa mereka, keluarga Yuwono, tidak akan pernah memberikan barang-barang murah sebagai hadiah.     

Baru saja sepuluh menit berlalu, seorang pengantar tiba-tiba muncul di pintu masuk lobi hotel. Pelayan hotel pun segera menghentikannya.     

"Maaf, hari ini adalah jamuan ulang tahun keluarga Wangsa, jadi tidak ada yang boleh masuk," kata pelayan hotel.     

Pemuda pengantar makanan itu berkata, "Oh, saya ke sini untuk mengantar hadiah."     

Sambil mengatakannya, pemuda pengantar makanan itu mengeluarkan sebuah kotak yang sangat indah dan terlihat sangat bernilai hanya dengan sekali pandang. Akhirnya, pelayan hotel langsung mempersilahkan pemuda pengantar makanan itu masuk.     

Pemuda pengantar makanan itu masuk ke dalam dan bertanya, "Permisi, siapa yang mengadakan pesta ulang tahun hari ini?"     

Saat ini Sandi menjadi marah begitu melihat seseorang yang mengenakan seragam pengantar makanan. Dia bangkit, berdiri, dan mengomel, "Ini pesta ulang tahun nenekku! Siapa yang membiarkanmu masuk?"     

Pemuda pengantar makanan itu menjawab, "Begini. Saya baru saja bertemu dengan pemilik Rolls-Royce di Jalan Mega Kuningan. Dia mungkin juga berencana untuk datang ke sini, tapi sekarang jalanan sedang sangat padat sehingga mungkin tidak akan bisa sampai dalam waktu satu setengah jam. Dia memberi saya uang sebesar satu juta rupiah dan meminta saya untuk membawa hadiah ini ke Hotel Marriott."     

Sikap Sandi langsung berubah saat mendengar kata-kata 'pemilik Rolls-Royce'. Dia segera berkata, "Oh! Ternyata itu hadiah untuk nenekku. Berikan hadiahnya padaku."     

Setelah mendapatkan kotak hadiah itu, Sandi yang penasaran pun membukanya dan seketika terkejut bukan main. Di dalamnya ada gelang giok!     

Nenek Wangsa menjadi sangat penasaran dan bertanya, "Sandi, hadiah apa yang diberikan?"     

Sandi bergegas menghampiri neneknya dan berkata, "Nenek, lihat! Ini gelang giok! Kelihatannya sangat mahal!"     

Ketika Nenek Wangsa melihat gelang giok yang dibuka Sandi dari kotak hadiah, dia mengambilnya dengan girang. Saat merasakan tekstur dan kilau warnanya, Nenek Wangsa benar-benar girang bukan main.     

"Batu giok yang benar-benar menawan! Semuanya, apakah ada yang tahu bagaimana memperkirakan berapa nilai gelang ini untuk saya?" Nenek Wangsa bertanya pada para tamu.     

Pada saat ini, seorang pria paruh baya yang memiliki toko perhiasan mendekat dan menawarkan diri, "Nyonya Wangsa, biar saya bantu memeriksanya untuk Anda."     

Nenek Wangsa menyerahkan gelang giok barunya. Pria itu melihatnya dan berkata, "Ini adalah sejenis batu giok kaca tua. Warnanya murni, cerah, proporsional, dan tanpa cacat sedikitpun. Saya perkirakan barang ini tidak mungkin murah."     

Giana sampai ikut meneteskan air liur saat melihatnya. Dia pun bertanya, "Bisakah Anda memberitahu berapa nilai spesifiknya?"     

Pria itu berjalan ke arah pintu masuk aula hingga sampai ke jendela di mana sinar matahari masuk. Melalui sinar matahari, dia bisa melihat kondisi lubang kaca yang transparan. Setelah menelitinya, pria itu menjawab dengan penuh semangat, "Meskipun benar-benar transparan, ternyata tidak tembus cahaya! Ini adalah batu giok terbaik! Gelang ini setidaknya bernilai dua puluh miliar!"     

Semua orang yang ada di tempat itu sontak terkejut. Mereka memiliki tanda tanya besar yang sama, Bisa-bisanya barang seharga dua puluh miliar dibawa oleh seorang pengantar makanan dengan santai?! Siapa sebenarnya konglomerat kaya ini?!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.