Ingin Kukatakan Sesuatu

Aku akan Melenyapkanmu!



Aku akan Melenyapkanmu!

0Andy Laksono adalah anak buah hasil didikan Fairus Panjaya sejak kecil. Jadi, tentu saja dia tahu bahwa masih ada seorang 'Tuan' di atas Fairus. Tuan itu adalah tuan besar yang sesungguhnya dan juga termasuk dalam kelompok orang-orang terkuat di dunia.     

Andy selalu ingin mengenal sosok yang menjadi tuan dari Fairus, tetapi tentu saja dirinya belum memiliki kesempatan tersebut. Selama beberapa tahun belakangan, Andy sudah bekerja keras untuk memperluas pengaruhnya dan membaca banyak buku setiap hari agar suatu hari bisa memenuhi syarat untuk berhubungan dengan tuan dari Fairus.     

Andy sangat terkejut dan berkata, "Tuan Muda ada di Jakarta? Sungguh tidak disangka-sangka!"     

"Tuan Muda sudah berada di Jakarta selama tiga tahun dan akan terus tinggal di sini selama satu atau dua tahun ke depan," terang Fairus, "Oh, ya! Bukankah kamu terus melakukan perekrutan di Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir ini? Kenapa tiba-tiba kembali?"     

Andy menjawab, "Saya memiliki seorang saudara di Jakarta yang bernama John. Dia mengalami sedikit masalah, jadi saya membawa ratusan preman yang saya rekrut dari negara-negara di Asia Tenggara untuk membantunya membereskan masalah itu. Saya juga sekalian membawa orang-orang pedesaan untuk melihat-lihat kota besar di Indonesia karena banyak dari mereka tidak tahu harus menggunakan uangnya untuk apa."     

Fairus mengetahui rencana dan ambisi Andy di negara-negara Asia Tenggara. Bahkan, semua yang dilakukan Andy juga merupakan saran dari Fairus.     

Negara-negara Asia Tenggara yang dikunjungi oleh Andy tidak begitu jauh dari Indonesia, jadi dia bisa pulang dan pergi beberapa kali dalam sehari. Bagi para pemimpin mafia, hal ini akan memudahkan mereka untuk melarikan diri atau menyewa pembunuh bayaran.     

Fairus mengerutkan keningnya dan mengingatkan, "Suruh anak-anak buahmu itu untuk tidak bertindak sembarangan! Jika kalian sampai mengganggu Tuan Muda, aku akan membuatmu menanggung akibatnya!"     

Mulai timbul kecemasan di hati Andy. Hal ini dikarenakan ratusan orang yang dibawanya ini semuanya berasal dari tempat-tempat kumuh di Thailand, Vietnam, Myanmar, dan negara-negara lainnya sehingga mereka semua susah diatur.     

"Tuan Fairus, bisakah Tuan memberitahu seperti apa rupa Tuan Muda agar jangan sampai anak buahku tidak mengenalinya?" pinta Andy, "Jika mereka sampai menyinggung Tuan Muda, bukankah itu sama saja dengan pelanggaran yang pantas mendapatkan hukuman mati?"     

Fairus menghela napas tanpa daya, kemudian berkata, "Jakarta yang bersih ini langsung jadi kotor karena kedatanganmu."     

Tidak lama kemudian, Fairus memerintahkan anak buahnya untuk mengirimkan sebuah foto pada Andy. Ternyata, orang yang ada di foto itu adalah Sean Yuwono!     

Sebenarnya Fairus merupakan pengurus rumah tangga di keluarga Yuwono. Meskipun hanya seorang pengurus rumah tangga, Fairus berinvestasi dengan kakek Sean selama beberapa tahun ini. Memiliki aset-aset kecil senilai puluhan triliun bukanlah suatu masalah besar baginya.     

Selain itu, Fairus sudah banyak membantu dan membiayai banyak orang selama bertahun-tahun. Jadi, Andy hanyalah satu di antara sekian banyak orang tersebut.      

Begitu melihat foto Sean, Andy langsung memujinya, "Tuan Muda sangat tampan! Pada pandangan pertama saja, orang-orang pasti tahu bahwa Tuan Muda adalah putra dari keluarga terhormat! Saya benar-benar berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan Tuan Muda!"     

Fairus memperingatkan dengan nada bicara yang dingin, "Tuan Muda sedang melakukan misi pelatihan keluarga, jadi jangan ganggu dia. Jika aku membutuhkanmu, aku akan menghubungimu."     

"Baik!" sahut Andy dengan penuh hormat.      

"Ya, sudah. Ayo main catur denganku. Aku ingin tahu kamu sudah ada kemajuan atau tidak."     

———     

Pagi-pagi benar, Sandi sudah tiba di kantor Grup Citra Abadi dan sudah menunggu di ruang rapat selama dua jam penuh. Sama seperti saat ayahnya pertama kali datang, Sandi juga tidak berhasil bertemu dengan Presdir Yuwono. Tidak hanya itu, bahkan segelas air pun juga tidak disuguhkan padanya.     

"Sebenarnya apa maksud si Presdir Yuwono ini? Jelas-jelas dia menyukai Yuana, tapi dia malah bersikap begitu dingin pada kakak iparnya ini. Temperamen orang-orang kaya ini memang benar-benar sangat aneh!" keluh Sandi.     

Sandi lagi-lagi melihat riwayat obrolannya dengan John. Begitu teringat bahwa Sean bekerja sebagai pengawal di perusahaan ini, dia segera menelepon Sean.     

Di ruang kantor Presiden Direktur, Sean agak terkejut saat melihat panggilan masuk dari Sandi. Tentu saja dia tahu bahwa saat ini Sandi sedang dibuat menunggu berjam-jam di ruang rapat.     

Apakah akhirnya dia percaya bahwa aku adalah Presdir Yuwono? Sean bertanya-tanya.     

"Halo?" Sean menjawab teleponnya.     

Siapa sangka, Sandi justru menyahut dengan nada yang arogan, "Heh, Sean! Kamu di kantor, kan? Datanglah ke ruang rapat sebentar."     

Mendengar nada arogan Sandi, Sean tahu bahwa orang ini masih belum menyadari bahwa dirinya adalah Presdir Yuwono. Jika tidak, mana mungkin Sandi berani berkata seperti ini.     

Sean tidak ingin menemui Sandi dengan identitasnya sebagai Presdir Yuwono. Akan tetapi, sebagai mantan adik iparnya, Sean bersedia untuk datang dan melihat apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Sandi.     

Begitu Sean memasuki ruang rapat, dia menatap Sandi dan langsung bertanya, "Ada perlu apa mencariku?"     

Sandi balas bertanya, "Di mana Presdir Yuwono?"     

Sean memandang Sandi dan menjawab, "Presdir Yuwono? Beliau sedang mengobrol dengan seseorang yang mengalami keterbelakangan mental."     

Sandi tertawa terbahak-bahak dan membalas, "Aku juga merasa orang itu memang mengalami keterbelakangan mental! Bisa-bisanya mengobrol selama ini dengan Presdir Yuwono."     

Sandi, dasar bodoh! Kamulah orang yang mengalami keterbelakangan mental itu! Sean mencerca dalam hati. Lalu, dia bertanya sambil tersenyum, "Apa masih ada hal lain yang ingin kamu tanyakan?"     

Sandi sangat kesal ketika melihat ekspresi Sean yang angkuh. Dia pun menyahut, "Sean, bukankah kamu bilang kamu bekerja sebagai seorang pengawal? Pakaianmu ini sudah seperti direktur saja! Mau berlagak jadi apa kamu? Kamu juga sudah memukulku di depan orang-orang terhormat Jakarta. Utang ini tidak akan kubiarkan begitu saja!"     

"Aku tahu," balas Sean, "Bukankah kamu menyuruh John untuk menjebakku? Sayangnya, Kak John-mu itu tidak mampu membalaskan dendammu."     

"Huh! Jangan besar kepala terlebih dahulu!" sergah Sandi, "Kak John sudah mencari seratus preman top di Asia Tenggara dari kakaknya, Tuan Andy! Sean, jangan salahkan aku karena tidak mengingatkanmu. Ke depannya, berhati-hatilah dalam perjalanan pulang kerja dan jangan sampai terlalu mabuk saat pergi ke bar. Jangan sampai kamu dipukuli hingga babak belur! Haha!"     

Sean berpikir sejenak. Dua hari terakhir ini, Sean bahkan tidak pulang kerja bersama Chintia. Sebenarnya Sean tidak takut dengan perkataan Sandi. Dia hanya takut jika sampai melukai Chintia, si nona besar cantik itu.     

Akhirnya Sean berkata, "Benarkah? Kebetulan tanganku sedang gatal. Suruh Kak John-mu atau Tuan Andy mencari preman untuk langsung datang ke tempat parkir bawah tanah saja! Jangan menyusahkanku saat pulang kerja begini."     

Sandi yang terkejut sontak menjawab, "Oke! Kamu sendiri yang mengatakannya! Aku akan langsung menyuruh Kak John mengirim orang kemari. Kalau kamu berani, turun dan tunggu kedatangannya bersamaku!"     

"Oke!" Sean mengangguk dengan senang hati.      

Preman top dari Asia Tenggara? Tentu saja sedikit lebih kejam dibanding preman yang ada di dalam negeri. Bagaimanapun juga, mereka berasal dari tempat yang lebih miskin dan kacau balau. Hanya saja, entah itu negara-negara kecil di Asia Tenggara atau tempat-tempat kacau di Amerika Serikat, semuanya tidak dapat dibandingkan sampai pada saat di medan pertempuran yang sesungguhnya.     

Ketika Sean tiba di parkiran bawah tanah, Sandi mengajak Sean ke sudut. Sandi kemudian mengambil batu bata dan menghancurkan semua kamera yang ada di dekatnya. Setelah itu, dia berkata dengan angkuh, "Haha! Aku sudah menghancurkan seluruh kamera pengawas yang ada. Bahkan jika kamu terbunuh di sini, tidak akan ada buktinya!"     

"Benarkah? Kalau kamu bilang begitu, berarti jika aku menghabisimu di sini, tidak akan ada buktinya juga, kan?" kata Sean sambil tersenyum senang.     

"Ka… Kamu! Apa yang mau kamu lakukan?!" Sandi yang terkejut pun melangkah mundur.     

Plak!     

Sean menempeleng Sandi dan sontak tertawa sambil berkata, "Sandi, kamu bodoh, ya? Kamu menyuruh preman untuk memukuliku. Tapi, apa kamu tidak berpikir bahwa sebelum preman itu datang, aku tidak akan menghajarmu?"     

"Ah!" Sandi lagi-lagi berteriak kesakitan.      

Setelah Sandi dihajar oleh Sean selama beberapa saat, akhirnya Kak John datang juga dan terdengar berseru, "Lepaskan Tuan Muda Sandi!"     

John berjalan mendekat bersama sepuluh pria berkulit hitam. Sandi buru-buru melarikan diri ke belakang John, kemudian berseru pada Sean, "Sean! Hari ini aku akan melenyapkanmu hingga kamu bahkan tidak bisa menjadi pengawal lagi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.