Ingin Kukatakan Sesuatu

Andy Laksono



Andy Laksono

0Yuana sudah tidak sabar untuk mengetahui seperti apa sebenarnya wajah Presiden Direktur Grup Citra Abadi. Sementara, Sean pernah mengatakan pada Rosiana untuk tidak mengatakan apapun mengenai dirinya pada Yuana. Bagaimana mungkin Rosiana melanggar perintah dari Presiden Direktur hanya untuk uang yang tidak seberapa ini?     

Rosiana buru-buru mengembalikan segepok uang tadi pada Yuana dan berkata, "Nona Yuana, saya tidak memiliki foto Presdir, tapi saya bisa memberitahu Nona bahwa Presdir Yuwono sangat tampan. Selain itu, beliau juga kurang lebih seumuran dengan Nona."     

Ketika Rosiana mengatakan 'sangat tampan', dua kata ini membuat Yuana mabuk kepayang. Meskipun negosiasi kontraknya lagi-lagi ditolak, gadis galak yang bodoh ini lagi-lagi meninggalkan perusahaan dengan hati yang gembira.     

———     

John datang naik pesawat untuk menemui kakak tertuanya, Tuan Andy, di Bangkok, Thailand. Selama beberapa tahun belakangan, Andy telah bepergian berkeliling Asia Tenggara untuk menjalankan beberapa bisnis gelap dan juga merekrut cukup banyak preman.     

Di sebuah gimnasium kecil tempat diadakannya sebuah pertandingan tinju gelap, Andy sedang minum alkohol di bawah cahaya lampu temaram sambil bersorak menyemangati petinjunya yang ada di atas ring tinju.     

John datang ke tempat duduk Andy dan menyapa dengan ekspresi penuh hormat, "Tuan Andy."     

Andy mengabaikan John. Setelah pertandingan tinju selesai, barulah dia melihat John dengan girang dan berkata, "John! Kenapa kamu jauh-jauh datang dari Jakarta kemari? Apa terjadi sesuatu?"     

John mengangguk. Ketika dia melihat Andy menyesap alkoholnya, dia buru-buru mengambil botol alkohol dan mengisi gelas Andy lagi. Kemudian, dia menjelaskan, "Aku memang mengalami sedikit masalah di Jakarta. Karena Tuan Andy selalu memiliki ide-ide yang cemerlang, aku kemari untuk meminta bantuan Tuan Andy."     

Andy mengeluarkan cerutu dan meletakkannya di dekat hidungnya sambil mengendus cerutu itu, kemudian berkata, "Dalam dua tahun terakhir, sepertinya hampir semua toko-tokomu juga sudah ditutup. Kira-kira kamu memiliki setidaknya kurang dari seratus anak buah, kan?"     

John adalah anak buah didikan Andy. Tentu saja dia tahu bahwa dulu John memiliki ratusan anak buah.     

John terus menganggukkan kepalanya dan berkata, "Tuan Andy selalu memiliki ide-ide cemerlang. Bawahanku hanya tersisa sepuluh orang, tapi mereka bahkan sudah dihabisi oleh seorang bocah bernama Sean Yuwono hari ini."     

Andy yang tadinya tersenyum dan hendak menyalakan cerutunya kini langsung melemparkannya ke kepala John begitu mendengar perkataan itu!     

"Dasar bajingan memalukan! Aku kira kurang dari seratus orang! Bagaimanapun juga, seharusnya tersisa tujuh atau delapan puluh orang! Tapi, anak buahmu justru hanya tersisa sepuluh orang dan mereka semua juga sudah dihabisi?!" Andy mulai marah-marah, "Aku meninggalkan Jakarta dan meninggalkan ratusan anak buah padamu, tapi kamu bahkan tidak menyisakan satupun untukku!"     

Belum puas setelah menghancurkan barang-barang, Andy juga memegang kepala John dan menamparnya dengan sadis. Namun, John tidak berani menghindar. Dia membiarkan Andy memukul dan memakinya.     

Ketika amarah Andy mereda, John mengambil cerutu Andy dan membantu menyalakannya sambil menerangkan, "Tidak hanya toko yang ditutup, bisnis apapun bahkan tidak berjalan dengan baik di tahun ini. Ditambah lagi, sekarang mengirim makanan, menjadi supir taksi online, dan menjalankan media sosial juga sangat menguntungkan sehingga orang-orang ini memilih untuk beralih karier. Memiliki sepuluh orang yang tersisa saja sudah termasuk tidak buruk."     

Andy mengisap cerutunya dan mengangguk-anggukkan kepala.     

"Sejak awal, aku sudah tahu bahwa zaman sudah berubah. Zaman sekarang sudah tidak seperti saat aku masih muda dulu saat kekayaan dapat diraih dengan memukul dan membunuh orang," kata Andy, "Preman-preman yang ada saat ini, semuanya tidak berguna. Mana ada yang memiliki semangat bertarung yang besar? Tidak heran jika sepuluh anak buahmu itu sampai dihabisi orang."     

"Aku bisa saja mencarikan satu orang yang ada di sini dan juga tidak masalah bagiku memilihkan sepuluh orang bawahan untukmu. Tapi, apa kamu tahu di mana letak masalahnya?" tanya Andy.     

John dengan rendah hati meminta nasihat Andy dan menjawab, "Mohon tuntunan Tuan Andy."     

Andy menjawab, "Itu karena saat ini orang-orang sudah terlalu kaya. Untuk apa membuat kekacauan jika memiliki banyak uang? Hanya kemiskinan yang bisa menghasilkan semangat bertarung yang besar!"     

Andy melanjutkan, "Kita adalah sekelompok orang yang hidup di dalam kegelapan. Tidak ada ruang bagi kita untuk hidup dalam terang. Akan tetapi, ketika aku meninggalkan Jakarta dua tahun yang lalu, aku mengalihkan perhatianku pada tempat-tempat miskin yang berada di Asia Tenggara. Di sini, aku sudah memiliki lebih dari dua ribu anak buah. Selain itu, setiap seorang dari mereka bahkan dapat mengalahkan sepuluh orang sekaligus!"     

John mengagumi Andy dan berkata, "Saya tidak perlu mengalami kekacauan seperti ini jika memiliki setengah dari kepintaran Tuan Andy! Mohon Tuan Andy izinkan saya membawa seratus orang untuk menghabisinya dan membalaskan dendam para anak buah saya!"     

Andy melirik John dengan dingin, kemudian menjawab, "Aku juga anak yatim piatu, sama sepertimu. Kata-kata yang bisa kubaca juga tidak lebih banyak darimu. Alasan di balik seluruh pencapaianku hari ini semuanya tergantung pada didikan Tuan Fairus."     

John sudah sering mendengar nama 'Tuan Fairus' dari Andy, tetapi dia sama sekali belum pernah bertemu dengannya.     

"Ngomong-ngomong soal Tuan Fairus, sudah lama aku tidak mengunjungi beliau," kata Andy lagi.     

Bisa dilihat bahwa Andy sangat menghormati Fairus. Begitu mengungkit namanya saja, Andy segera meletakkan cerutunya untuk mengambil ponsel dan menelepon Fairus.     

"Tuan Fairus, apakah saya sudah mengganggu istirahat Tuan?" Andy menyapa dengan hormat.     

John mengawasi dari samping. Dia juga sangat ingin mendengar seperti apa suara bos besar yang memiliki posisi di atas bosnya.     

Andy memberitahu, "Jadi begini. Dua hari lagi, saya berencana kembali ke Jakarta untuk mengurus sesuatu. Sudah lama saya tidak datang mengunjungi Tuan, jadi saya sudah menyiapkan hadiah untuk Tuan. Apakah sekarang Tuan sedang berada di dalam negeri?"     

"Apa? Sekarang Tuan ada di Jakarta? Bagus sekali kalau begitu! Saya akan segera memesan tiket sekarang. Tuan Fairus, saya akan segera datang menemui Tuan!" tukas Andy.     

Setelah menutup telepon, Andy tersenyum gembira dan berkata, "Tidak disangka-sangka! Ternyata sekarang Tuan Fairus sedang berada di Jakarta!"     

John jadi ikut bersemangat dan menyahut, "Benarkah? Dalam beberapa tahun terakhir, saya telah mendengarkan Tuan Andy menyebut nama Tuan Fairus, tetapi saya belum sempat bertemu beliau. Kali ini Tuan harus mengenalkan saya pada beliau!"     

Plak!     

Andy menampar John dan memaki, "Apa kamu tidak tahu betapa terhormatnya status seorang Tuan Fairus? Bagaimana mungkin seseorang yang tidak berguna sepertimu ini menemui beliau? Aku saja bahkan harus membuat janji untuk bisa bertemu dengan beliau!"     

"Cepat pesan tiket pesawat!" Andy memerintah John, "Aku akan pergi mengunjungi Tuan Fairus, sekalian mengurus si bocah Sean Yuwono itu untukmu."     

"Baik, Tuan Andy!" jawab John.     

———     

Di malam hari, Yuana kembali ke rumah dan memberitahu orang tuanya tentang apa yang terjadi siang tadi.     

Jayanata tersenyum dan berkata, "Presdir Yuwono bilang dia tidak bisa membicarakan urusan pekerjaan dengan fokus jika menatapmu? Yuana! Sepertinya Presdir Yuwono benar-benar terobsesi padamu!"     

Yuana yang sedang memakai masker wajah dan berbaring di sofa pun menjawab dengan bangga, "Tentu saja."     

Jayanata berpikir sejenak, kemudian berkata, "Karena Presdir Yuwono meminta pergantian orang… Kalau begitu, Sandi, besok kamu saja yang pergi menemui Presdir Yuwono."     

Sandi sedang saling berkirim pesan di WhatsApp dengan John. Dia baru saja mendapat kabar dari John bahwa besok Sean akan dihajar habis-habisan. Sandi tersenyum dan menjawab ayahnya, "Oke! Kebetulan besok aku akan pergi untuk menemui si tidak berguna itu."     

———     

Keesokan paginya, Andy membawa seratus orang yang direkrut dari Bangkok ke perumahan tempat Fairus tinggal. Karena khawatir akan mengganggu istirahat Fairus, Andy berdiri dengan hormat di depan pintu dari pukul lima pagi hingga pukul setengah delapan pagi.     

Seorang pelayan wanita berjalan keluar dari dalam rumah dan memberitahu, "Tuan Fairus mengizinkan Anda masuk."     

Seorang Andy yang selalu angkuh kini berjalan perlahan memasuki rumah itu. Begitu melihat Fairus, Andy segera meletakkan hadiah yang dibawanya dan berlutut sambil membungkuk, kemudian berseru, "Tuan Fairus!"     

Fairus yang sedang duduk di kursinya melirik Andy dan berkata, "Andy rupanya. Sekarang kamu sudah menjadi seorang bos besar, jadi untuk apa repot-repot membawa hadiah sebesar ini? Bangunlah."     

Andy Laksono tetap berlutut di lantai dan berkata dengan penuh semangat, "Saya, Andy Laksono, bisa menjadi seperti hari ini karena tuntunan Tuan Fairus. Seumur hidup, saya tidak akan melupakan kebaikan Tuan! Oh, ya! Bukankah dua tahun terakhir ini Tuan Fairus selalu berada di Inggris? Kenapa tiba-tiba kembali ke Indonesia dan bahkan berada di Jakarta?"     

Tuan Fairus menjawab, "Tuan Besar mengirimku untuk membantu Tuan Muda."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.