Ingin Kukatakan Sesuatu

Terjadi Masalah saat Pertunjukkan!



Terjadi Masalah saat Pertunjukkan!

0Begitu mereka bertiga tiba di pintu ruangan 307, seorang pria paruh baya berusia empat puluhan berjalan ke arah mereka.     

"Oh! Wapresdir Yandra! Kebetulan sekali, ya!"     

Pria itu sepertinya mengenal Chintia. Chintia juga sedikit terkejut sebelum balas menyapa, "Direktur Jefri rupanya! Direktur juga datang untuk makan di sini? Seingat saya, Direktur selalu pergi ke The Storey."     

Chintia mengenal Direktur Jefri. Pria ini memiliki hubungan yang baik dengan William dan selalu makan di restoran milik William.     

"Ini karena anak saya bersikeras untuk menonton penampilan 'Wild Wolf Disco' dan menyeret saya ke sini," terang Direktur Jefri.     

Chintia tertawa. Dia yakin bahwa tidak sedikit orang tua seperti Direktur Jefri yang diseret oleh anak mereka kemari.     

Anak-anak yang menyukai lagu ini umumnya tidak akan mampu untuk melakukan reservasi di sini. Sementara, para orang tua sangat menyayangi anak-anaknya. Selama si anak meminta untuk pergi ke suatu tempat, biasanya para orang tua akan menurutinya.     

Itu sebabnya Sean memilih untuk mengundang penyanyi yang disukai para remaja, bukan penyanyi yang disukai kalangan pria paruh baya.     

Direktur Jefri melirik Sean yang berada di samping Chintia dan bertanya, "Ini adalah…"     

Chintia memandangi Sean. Sampai sekarang identitas Sean sebagai presiden direktur masih belum diumumkan ke publik. Selain mitra perusahaan, orang yang bisa menemui Sean setidaknya harus berada di tingkat presiden direktur. Karenanya, Chintia tidak berani memperkenalkan Sean seenaknya.     

Saat Sean melihat ini semua, dia segera merangkul bahu Rosiana dan berkata, "Saya pacar Rosiana."     

Rosiana merasa tersanjung hingga hampir saja melompat kegirangan. Dia segera jatuh ke dalam pelukan Sean.     

"Aku benar-benar berharap Presdir Yuwono akan terus memelukku seperti ini…" gumam Rosiana dengan suara yang sangat pelan. Pada detik ini juga, dia sangat ingin menaklukkan Sean.     

Setelah melihatnya, Direktur Jefri tersenyum dan berkata, "Ternyata pacar Sekretaris Rosiana! Bisa dilihat Sekretaris Rosiana dan pemuda ini benar-benar saling mencintai!"     

Setelah mereka berbasa-basi sejenak, ketiganya memasuki ruangan 307 dan menutup pintu. Rosiana yang sangat tahu diri jelas tidak menganggap dirinya sebagai pacar Presdir Yuwono lagi. Setelah masuk, dia segera menuangkan secangkir teh untuk Sean dan Chintia.     

"Hari ini The Cloud benar-benar penuh! Bahkan, reservasi seminggu ini sudah hampir penuh," kata Chintia, "Sekarang hanya ada dua puluh tamu di restoran The Storey milik William. Mungkin beberapa di antaranya adalah teman-teman yang diundangnya."     

Rosiana turut mengangkat tangannya dan menyanjung, "Presdir Yuwono benar-benar hebat! Sudah mengalahkan William Sondari dan mendominasi industri F&B di Jakarta!"     

Melihat penampilan Rosiana yang menggemaskan, Sean tersenyum dan berkata, "The Storey merupakan bisnis restoran terbaik William. Asalkan aku menghabisi restoran ini, sisanya tidak perlu ditakuti."     

Sean mengambil cangkir tehnya. Saat teringat kesombongan William di pesta ulang tahun Nenek Wangsa, dia langsung meneguk tehnya yang masih panas. Sean berkata lagi, "Mari kita lihat, siapa yang masuk ke dalam daftar hitam dan siapa yang bertahan!"     

Waktu dengan cepat bergulir dan jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Saatnya pertunjukkan Wild Wolf Disco. Semua tamu yang ada di ruang pribadi lantai dua sampai lantai lima keluar dari ruangan masing-masing dan berdiri di luar pintu untuk menonton pertunjukan.     

"Kamu mau keluar untuk menonton?" Chintia bertanya pada Sean.     

Kebetulan penyanyi itu akan tampil di tempat Cahyadi dan Giana makan. Chintia khawatir Sean tidak ingin melihat mereka berdua.     

"Tentu saja. Aku bosnya. Meskipun aku tidak suka lagu ini, aku tetap harus melihat bagaimana jalannya pertunjukan dan reaksi penonton," jawab Sean, "Ayo kita pergi keluar."     

Sean, Chintia, dan Rosiana ikut keluar dan berdiri di luar pintu. Tak lama kemudian, penyanyi itu muncul di lantai dua dan menyebabkan keramaian besar. Sesudah menyapa para penggemar dengan santai, penyanyi itu segera mulai bernyanyi.     

Begitu alunan musik mulai terdengar, seluruh restoran seperti aula konser karena dipenuhi teriakan yang bersahut-sahutan tanpa henti. Seiring dengan iringan musik, penyanyi itu juga perlahan-lahan mulai bernyanyi.     

Don't call me, hey! Why you call me?     

There's no signal here…     

Howl and shake your head!     

Flower of my heart, I want to take you home!     

Bait pertama lagu ini membuat para tamu berteriak riuh. Di sebelah penyanyi, Cahyadi dan Giana juga ikut bernyanyi dengan gembira. Cahyadi dengan sombong berkata, "Menyenangkan sekali rasanya bisa mendengarkan lagu di depan penyanyi dari jarak sedekat ini!"     

Giana cepat mengangguk dan menyahut, "Keren! Punya uang memang menyenangkan! Haha!"     

"Benar! Punya uang memang benar-benar luar biasa! Jika kamu mencari suami, kamu harus mencari yang seperti aku begini! Hahaha!" Cahyadi menyombongkan dirinya sambil mengambil kesempatan untuk merangkul bahu Giana, tetapi Giana tidak menolak.     

Pada saat ini, Chintia menyadari bahwa Sean mengepalkan tangannya dengan erat di susuran balkon lantai tiga. Ketika dia melihat ke arah Cahyadi dan Giana, dia segera mengerti apa yang sedang terjadi.     

Chintia mengulurkan tangan kirinya yang putih dan mulus, meletakkannya di atas tangan kanan Sean, dan membelainya beberapa kali. Kemudian, dia menghibur Sean, "Jika kamu tidak ingin melihat mereka, kamu bisa menyuruh mereka pergi."     

Sean adalah bos The Cloud, jadi tentu saja dia berhak melakukannya.     

"Meskipun mereka tidak berpelukan di sini, memangnya mereka tidak akan berpelukan di tempat lain?" Sean menghela napas, "Pada akhirnya, aku masih saja belum benar-benar melepaskannya."     

Hanya saja, Sean sudah mencintai Giana selama tiga tahun. Bagaimana bisa dia melepaskan Giana dengan begitu mudah? Chintia pernah berada di posisi ini. Menurut perkiraan Chintia, Sean sepertinya masih tidak akan bisa sepenuhnya melupakan Giana dalam setahun.     

Tiba-tiba saja suara penyanyi tidak terdengar dan hanya menyisakan suara iringan musik. Penyanyi yang sedang berada di atas panggung juga merasa malu dan terus-menerus mengetuk mikrofon.     

Sean dengan cepat kembali ke akal sehatnya dan ekspresinya berubah serius.     

"Brengsek! Kenapa tidak ada suara?! Lagunya tidak terdengar!"     

"Ada apa ini? Ingin menipu kami, ya? Lagu macam apa ini yang sedang dinyanyikan?!"     

Baru saja terjadi kendala teknis, banyak tamu langsung menjadi marah. Para tamu yang berada di lantai tiga, empat, dan lima bersama-sama melemparkan barang-barang ke bawah.     

Plak!     

Sebuah Kulit pisang langsung menghantam wajah Cahyadi. Sepotong kulit jeruk mengenai kaki lencir Giana.     

"Ah!" pekik Giana yang mulai panik.     

Cahyadi yang emosi segera bangkit, berdiri, dan berseru, "Brengsek! Siapa yang melempar ini? Turun kemari!"     

Chintia melihatnya dan berkata, "Lemparan yang bagus! Rasakan itu!"     

Sean tidak punya waktu untuk berkomentar atau menertawakan Giana dan Cahyadi. Dia berkata pada Chintia, "Masalah ini tidak sesederhana itu. Semua mikrofon yang digunakan penyanyi itu adalah mikrofon canggih, jadi seharusnya tidak mungkin ada masalah. Kemungkinan besar ada orang yang sudah menukarnya."     

Chintia yang terkejut pun bertanya, "Jadi, maksudmu ada seseorang yang sengaja ingin membuat masalah? Apakah itu William Sondari?"     

Sean melirik beberapa tamu yang berada di lantai atas. Bajangan-banjingan ini tidak hanya melakukan sesuatu pada mikrofon, tetapi juga mengirim orang untuk berpura-pura sebagai tamu, lalu menghasut emosi para tamu dan melemparkan barang-barang ke bawah.     

Untungnya, Sean dan Chintia tidak memilih posisi di tengah kolam. Jika tidak, hari ini mereka lah yang akan dilempari dan menjadi bahan tertawaan semua orang. Cahyadi si bodoh sebenarnya telah menyia-nyiakan 1,2 milyar untuk membeli posisi yang hancur.     

Sean memiliki tim manajemen restoran yang paling terkemuka di Indonesia. Begitu melihat ada masalah dengan mikrofon, mereka segera menggantinya dengan yang lain. Tak butuh waktu lama, penyanyi itu kembali menyanyi dari awal lagu. Tidak lama kemudian, semua ikut bernyanyi dan melupakan kejadian barusan.     

Setelah penyanyi selesai, semua orang bersorak puas.     

"Terima kasih, semuanya! Silakan menikmati makanan kalian. Sampai jumpa!"     

Penyanyi itu mengambil mikrofon dan hendak pergi. Namun, tepat pada saat itu, Cahyadi mengambil mikrofon dari penyanyi itu dan berseru kepada para tamu yang ada di lantai atas, "Semuanya, tunggu sebentar! Jangan kembali ke ruangan dulu. Ada hal penting yang saya mohon kalian semua saksikan bersama-sama!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.