Ingin Kukatakan Sesuatu

Bertemu di Restoran



Bertemu di Restoran

0Cahyadi masih mengira bahwa The Cloud adalah salah satu cabang yang dibuka oleh William. Selain itu, lokasi The Cloud juga berada persis di seberang The Storey. Karena keduanya merupakan restoran milik William, Cahyadi merasa bahwa makan di mana pun, tidak akan ada bedanya. Akhirnya, Cahyadi berjalan memasuki The Cloud dengan puas.     

Seorang pelayan wanita berinisiatif untuk bertanya, "Selamat datang, Tuan. Apa Tuan datang untuk reservasi ruangan?"     

Cahyadi melirik pelayan tersebut. Pelayan wanita itu memiliki paras yang cukup cantik dan memberikan pelayanan yang sopan sehingga membuat para tamu merasa sangat nyaman. Cahyadi tidak tahu bahwa para pelayan di sini merupakan sewaan Fairus. Mereka semua merupakan pelayan dengan kualitas dan pelayanan terbaik di Jakarta.     

Cahyadi mengangguk dan menjawab, "Aku belum pernah ke sini sebelumnya, jadi aku mau melihat-lihat tempat kalian dulu."     

Pelayan buru-buru memberikan penjelasan, "Tuan, silakan ikut saya. Saya akan menunjukkan sekeliling. Lantai pertama diisi meja-meja yang tersebar. Semua barang yang dipajang di sini merupakan barang-barang antik dan mahal yang baru saja dikoleksi bos kami dari berbagai tempat. Silakan ikuti saya ke lantai dua."     

Pelayan membawa Cahyadi ke lantai dua dan lanjut menjelaskan, "Lantai dua sampai lantai lima adalah ruang pribadi. Kami memiliki ruangan besar dan ruangan kecil. Tuan butuh ruangan untuk berapa orang?"     

Cahyadi mengulurkan dua jari. Pelayan menawarkan, "Kalau begitu, Tuan bisa memilih ruang pribadi yang kecil saja."     

Cahyadi mendengus dengan angkuh dan membalas, "Ruang pribadi kecil? Haha! Gadis kecil, aku mau menyewa satu lantai ini! Aku juga sudah membayar uang muka pada bosmu!"     

"Oh?" Pelayan tertegun sejenak. "Tapi, saya belum mendengar Bos menyebutkannya."     

Saat ini, The Cloud masih menerima reservasi saja. Jadi, jika ada yang melakukan reservasi, bosnya itu pasti akan memberikan instruksi.     

Cahyadi berkata dengan arogan, "Hubungi saja bosmu untuk mengkonfirmasinya terlebih dahulu. Namaku Cahyadi Pangestu."     

"Baik."     

Pelayan wanita tersebut segera menghubungi Sean dan melapor, "Bos, di sini ada seseorang bernama Tuan Cahyadi Pangestu yang mengatakan bahwa beliau sudah menyewa satu lantai, bahkan sudah membayarkan uang mukanya pada Bos. Apa benar begitu?"     

"Tidak ada hal seperti itu! Usir dia."     

Begitu mendengar nama Cahyadi disebut, nada bicara Sean terdengar marah.     

Sesudah menutup telepon, pelayan tersebut tetap menatap Cahyadi dan memberitahu sambil tersenyum, "Sepertinya Tuan melakukan kesalahan. Bos kami tidak menerima uang muka dari Tuan. Silakan Tuan meninggalkan tempat ini."     

Meskipun Sean sudah memberikan perintah untuk mengusir Cahyadi, dia hanyalah seorang pelayan. Tentu saja dia tidak berani berbicara seperti itu pada Cahyadi.     

"Apa?! William si bajingan ini tidak mungkin ingin menelan uangku, kan?" Cahyadi yang merasa malu mulai memaki.     

"Nama bos kami bukan William," jawab pelayan. Tepat pada saat itu, barulah Cahyadi menyadari bahwa The Cloud bukan cabang restoran milik William.     

Di saat yang sama, William menghubungi Cahyadi.     

"Tuan Muda Cahyadi, maaf. Tadi saya sedang sibuk. Ada apa menelepon? Tenang saja, tempat lamaran sudah saya siapkan dengan baik. Tuan mau datang siang atau malam?" tanya William.     

Cahyadi mulai ragu dan menjawab, "Begini… Bos William, sepertinya saya tidak bisa ke sana. Saya benar-benar minta maaf. Tiba-tiba pacar saya ingin pergi ke tempat lain."     

William membalas dengan sedikit kecewa, "Ya sudah kalau begitu. Saya akan mengembalikan uang muka Tuan."     

Setelah menutup telepon, Cahyadi melihat sekeliling sambil tersenyum. Di tengah-tengah lantai dua, terdapat sebuah kolam yang dipenuhi bunga teratai palsu yang indah. Di atas kolam itu terdapat sebuah ruang pribadi kecil. Atapnya bisa dibuka menjadi tempat outdoor, atau bisa juga menjadi tempat yang benar-benar tersembunyi.     

Cahyadi berjalan mendekat dan berkata, "Lokasi ini bagus. Aku menginginkannya!"     

Pelayan memberitahu, "Maaf, Tuan. Tempat ini sudah dipesan tamu lain dengan tarif 200 juta rupiah. Para penyanyi yang tampil nanti malam akan bernyanyi di lokasi ini, jadi harganya sangat mahal."     

Menghabiskan uang sebesar 200 juta hanya untuk menyewa tempat makan ini memang sedikit mahal. Tetapi, apakah 200 juta berarti bagi Cahyadi?     

Cahyadi mengeluarkan kartu hitam dari dompetnya, lalu menyerahkannya pada pelayan dan berkata, "Berikan nomor telepon tamu itu padaku."     

———     

Pada pukul tujuh malam, Cahyadi memarkirkan BMW seri 7 yang dikendarainya di tempat parkir yang baru saja dibeli Sean. Kemudian, dia berjalan masuk bersama Giana.     

Saat ini, lantai satu hingga lima Restoran The Cloud sudah penuh sesak oleh para tamu yang datang. Sementara, The Storey yang berada tepat di seberangnya tidak memiliki satu pun tamu. Semua tamu sudah direbut oleh The Cloud. Efek dari seorang penyanyi terkenal memang sangat kuat.     

Cahyadi dan Giana tiba di lantai dua. Lalu, Cahyadi menunjuk ke tempat khusus yang ada di tengah kolam sambil berkata, "Giana, aku menghabiskan 1,2 miliar untuk membeli lokasi paling bagus ini! Penyanyinya akan tampil di sini. Jika di konser-konser, tempat ini adalah kursi VVIP!"     

"Menghabiskan 1,2 miliar hanya untuk sekali makan??? Apa tidak terlalu boros?" komentar Giana. Lagi pula, dia tidak makan banyak saat makan malam. Jika seorang wanita makan terlalu banyak, badannya akan bertambah gemuk.     

Cahyadi tersenyum dan berkata dengan bangga, "Bagi kami keluarga Pangestu, 1,2 miliar setara dengan 120 ribu! Haha! Tidak perlu merasa sayang."     

Mendengarkan Cahyadi memamerkan kekayaannya, Giana turut menyunggingkan senyum di wajahnya dan mengingatkan, "Walaupun punya uang, kamu tidak boleh menghabiskannya sembarangan…"     

"Iya, iya, iya…" kata Cahyadi, "Jika nanti kita menikah, semua aset puluhan triliun milikku jadi punyamu! Biar kamu yang mengurusnya, oke?"     

Ketika Giana mendengar aset senilai puluhan miliar ini disebutkan, dia tidak bisa menahan hasrat untuk memiliki seluruh aset tersebut.     

Tepat pada saat ini, Sean, Chintia, dan Rosiana juga tiba di lantai ini. Begitu Cahyadi melihat ketiganya, dia menyapa mereka sambil tersenyum, "Oh! Sean, Wapresdir Chintia, Sekretaris Rosiana! Kebetulan sekali."     

Sean dan Giana saling pandang dengan sedikit canggung, tetapi tidak saling menyapa.      

"Wapresdir Chintia, kalian di ruangan mana?" tanya Cahyadi.     

"307," jawab Chintia.     

Cahyadi mengerutkan keningnya dan berkata, "Lantai tiga rupanya… Lokasi itu tidak terlalu bagus untuk menonton pertunjukan. Aku sudah menghabiskan 1,2 miliar untuk menyewa tempat di tengah kolam. Bagaimana kalau nanti Wapresdir Chintia datang ke sini untuk melihat pertunjukannya?"     

Chintia mencibir, "Tidak perlu. Awalnya aku dan Sean berniat makan di sana, tapi aku tidak terlalu suka penyanyinya dan tidak suka keramaian. Karena itu, kami memilih untuk makan di lantai atas."     

Prioritas tertinggi untuk memilih semua ruang pribadi yang ada di restoran ini tentu saja berada di tangan Bos Sean. Lokasi yang baru Cahyadi beli dengan susah payah sebenarnya adalah tempat yang tidak diinginkan Sean.     

Bukan hanya Chintia, Sean pun tidak terlalu menyukai lagu ini. Akan tetapi, sekarang lagu ini sedang naik daun dan sesuai dengan selera para tamu yang datang untuk makan di sini. Itu sebabnya Sean memutuskan untuk mengundang penyanyinya.     

Andaikan The Cloud merupakan restoran Barat, tentu saja lagu ini tidak cocok. Seharusnya lebih cocok mengundang penyanyi-penyanyi Barat atau Perancis.     

Hal ini sudah menjadi rencana Sean. Dia ingin memonopoli semua industri makanan yang ada di Jakarta, mulai dari restoran makanan Indonesia seperti ini hingga restoran Barat dan Jepang!     

Pada saat ini, Giana teringat akan bantuan yang terakhir kali Sean berikan. Dia tahu bahwa Sean masih sangat mencintainya.     

"Sean, kamu bisa duduk bersama kami nanti saat penampilannya mulai," Giana menawarkan.     

Cahyadi tidak menyangka Giana akan mengajak mantan suaminya. Tentu saja dia tidak ingin Sean bergabung dalam kesenangannya. Hanya saja, Cahyadi tetap harus terlihat bermurah hati.     

"Benar!" sahut Cahyadi, "Sean, kamu pasti tidak pernah melihat pertunjukan langsung sedekat ini seumur hidupmu, kan? Kak Cahyadi ini akan memberimu kesempatan untuk merasakannya! Nanti sesudah penyanyi itu selesai tampil, aku akan membiarkannya berfoto denganmu agar kamu bisa memamerkannya di status Whatsapp-mu! Haha!"     

Cahyadi si dungu ini bahkan tidak tahu bahwa Sean lah yang mengundang penyanyi ini.     

Sean mengabaikan Cahyadi dan berkata pada Giana, "Tidak perlu. Kalian makan dengan santai saja."     

Sesudah selesai berbicara, Sean langsung naik ke lantai atas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.