Ingin Kukatakan Sesuatu

Aku Pemilik Restoran ini!



Aku Pemilik Restoran ini!

0Awalnya para tamu yang berada di lantai dua sampai lantai lima Restoran The Cloud sudah berencana kembali ke ruang pribadi mereka masing-masing untuk lanjut makan dan minum sesudah pertunjukkan. Akan tetapi, begitu mendengar perkataan Cahyadi, mereka kembali keluar.     

Sean mengerutkan keningnya dan melihat ke arah lantai dua.     

Beberapa pegawai yang mengenakan kaos bertuliskan 'Clouds and Balloons' dan memegang balon warna-warni datang ke ruang pribadi tempat Cahyadi dan Giana berada. Ada begitu banyak balon dengan tiga warna utama yaitu putih, merah muda, dan merah. Di sisi lain, beberapa orang memegang kotak berisi kelopak bunga mawar dan mulai menaburkannya di lantai ruang pribadi itu.     

Tindakan Cahyadi menjadi pembicaraan orang-orang yang ada di sana.     

"Wah! Apakah ini lamaran pernikahan? Ada konglomerat kaya yang sedang melamar!"     

"Dengar-dengar, harga sewa lokasi itu sebesar 200 juta!"     

"Astaga! Selama pertunjukan berlangsung, aku tidak menyadari bahwa wanita yang sedang dilamar itu ternyata sangat cantik!"     

"Wanita ini benar-benar sangat cantik! Jika aku bisa melewatkan satu saja malam yang indah dengannya, aku rela hidup sepuluh tahun lebih singkat!"     

"Kamu mabuk, ya? Wanita seperti ini adalah putri keluarga konglomerat! Bagaimana mungkin orang-orang seperti kita bisa memiliki wanita elite seperti itu?"     

Sean benar-benar naik pitam. Bisa-bisanya Cahyadi melamar di restorannya dengan seenaknya tanpa izin seperti itu dan bahkan melamar wanitanya? Sean pun memaki dalam hati, Brengsek!     

Sean langsung memanggil manajer restoran dan memerintahkan, "Segera bersihkan sampah-sampah yang ada di lantai dua dan ambil juga mikrofonnya!"     

"Baik, Bos!"     

Di lantai dua, Cahyadi berlutut dengan satu kaki menghadap Giana sambil memegang mikrofon dan kemudian berkata, "Giana, apakah kamu bersedia... Tes, tes!"     

Tepat saat sedang berbicara, Cahyadi menyadari bahwa mikrofon itu tiba-tiba mati. Tak hanya itu, para pelayan restoran datang membawa jarum untuk mengeluarkan SIM card dan menusuk setiap balon yang melambangkan keromantisan dan kesucian.     

Dorrr!     

Dorrr!     

Dorrr!     

Puluhan balon ditusuk satu per satu. Hanya dengan sekali tusukan, semua balon itu meletus.     

"Apa yang kalian lakukan?!" Cahyadi berseru dengan panik, "Kenapa sembarangan menusuk balonku?! Balon itu mengungkapkan perasaanku!"     

Saat Cahyadi sedang mengamuk, seorang wanita paruh baya berusia empat puluhan datang dengan sapu dan berkata, "Angkat kaki."     

Sambil berkata seperti itu, pelayan paruh baya tersebut mulai menyapu lantai dan menyapu semua kelopak mawar ke cikrak. Cahyadi kembali melompat dan berseru, "Ah! Mawarku! Jangan disapu!"     

Pelayan paruh baya tersebut sama sekali tidak mendengarkan Cahyadi karena ini adalah perintah dari Sean. Para tamu pun mulai menertawakan Cahyadi.     

"Hahaha! Bocah ini mau berlagak romantis, tapi tanpa disangka justru ditembak mati di tempat oleh pelayan restoran."     

"Benar-benar konyol! Aku rasa lamaran ini tidak akan berhasil! Haha!"     

"Kenapa aku begitu gembira? Meskipun kita tidak pantas bagi wanita cantik itu, aku juga tidak ingin dia menikah dengan konglomerat memalukan ini!"     

Para tamu tertawa selama beberapa saat sebelum kembali ke ruang pribadi masing-masing.     

Melihat tempat lamaran pernikahan yang telah disiapkannya dihancurkan dan kerumunan sudah bubar, Cahyadi berteriak dengan marah, "Panggil pemilik restoranmu! Apa neneknya tahu aku ini siapa?! Aku Cahyadi Pangestu, dari keluarga Pangestu! Suruh dia cari tahu kedudukanku di Jakarta!"     

Sean sebenarnya tidak berniat untuk memedulikan mereka. Tetapi, karena Cahyadi ingin bertemu dengannya, dia pun turun dari lantai 3.     

Sean memasukkan tangannya ke kantong, kemudian berkata pada Cahyadi, "Kenapa kamu membuat keributan di sini? Kalau tidak mau makan, enyah saja dari sini! Jangan mengganggu tamu-tamuku!"     

Cahyadi tidak menangkap maksud perkataan Sean dan malah membalas, "Apa urusannya denganmu? Minggir sana! Aku ingin mencari pemilik restoran ini!"     

"Aku pemilik restoran ini!" jawab Sean dengan tegas.     

"Apa?!"     

Cahyadi dan Giana sama-sama tercengang. Sementara, Chintia dan Rosiana tertawa di belakang. Cahyadi juga tertawa.     

"Haha! Kamu pemilik The Cloud? Berhenti berpura-pura! Aku sudah menyelidikinya. Hatta Tjokrorahardjo tidak hanya menjual satu restoran ini, tapi semua restorannya di Jakarta pada satu orang yang sama! Artinya, orang itu sudah menghabiskan 120 miliar! Mana mungkin orang miskin sepertimu bisa mengeluarkan 120 miliar?"     

Giana tahu bahwa Sean memiliki alasan yang kuat untuk membeli semua restoran ini karena ingin melawan William. Namun, dia juga tidak percaya bahwa Sean bisa memiliki uang sampai 120 miliar.     

"Haha! Apa lagi-lagi kalian tidak percaya?" Sean sudah muak dengan semua penghinaan para anak orang kaya ini. Dia memanggil wanita paruh baya yang menyapu lantai itu, "Bibi, tolong ke sini sebentar."     

Wanita paruh baya tersebut mendekat. Tadi pagi dia sudah bertemu Sean sehingga dia tahu bahwa Sean adalah pemilik restoran. Dia pun membungkuk dengan penuh hormat dan menyapa, "Bos."     

Sean menunjuk Cahyadi sambil berkata pada wanita paruh baya itu, "Tampar wajahnya dengan sapu. Saya akan menggandakan gaji bulanan Bibi sepuluh kali lipat."     

"Sepuluh kali lipat?"     

Wanita paruh baya itu sontak kegirangan, menjalankan perintah Sean dengan patuh, dan menampar wajah Cahyadi dengan sapu yang ada di tangannya.     

Cahyadi tidak menyangka dan tidak ingin percaya bahwa dirinya, seorang tuan muda dari keluarga Pangestu yang terhormat, ditampar oleh seorang pelayan. Dia memuntahkan sampah yang menempel di sapu dan masuk ke mulutnya, "Ahhh! Cih!"     

"Tukang sapu busuk! Sudah bosan hidup, ya?! Apa kamu tidak tahu aku ini siapa?" teriak Cahyadi sambil menghindari pukulan wanita paruh baya itu.     

"Mana saya tahu? Saya ke sini untuk bersih-bersih!" jawab wanita itu, "Bos yang menggaji saya, jadi saya akan melakukan apa pun yang dia minta."     

Si pelayan paruh baya hendak memukul Cahyadi dengan sapu lagi, tetapi Sean menghentikannya. Sean menatap Cahyadi sambil berkata, "Sudah percaya? Jika kamu tidak percaya, aku bisa menyuruh pelayan lain untuk memukulmu."     

Cahyadi menunjuk Sean dan berkata dengan penuh emosi, "Oke! Sean, aku di sini untuk melamar. Aku berpikir, siapa yang sudah menghancurkan rencanaku? Ternyata kamu! Kenapa? Apa kamu panik saat melihatku melamar Giana? Cemburu? Sakit hati?"     

Giana tahu bahwa Sean masih mencintainya sehingga tentu saja tidak ingin melihatnya dilamar oleh orang lain. Namun, Sean berkata, "Aku dan Giana sudah bercerai. Jika kamu melamarnya, itu tidak ada sangkut pautnya denganku sama sekali. Hanya saja, harus tunduk pada peraturanku saat di restoranku! Tanpa persetujuanku, kamu tidak bisa melakukan hal-hal semacam ini!"     

"Kamu…!"     

Cahyadi sangat kesal. Tetapi, sekarang Sean adalah pemilik restoran, sedangkan dirinya hanyalah seorang tamu. Jika Cahyadi tidak di kandangnya sendiri, dia tidak akan bisa mengganggu Sean.     

"Sean, kamu pasti tidak punya uang untuk membeli restoran ini dan bahkan mengundang penyanyi terkenal untuk bernyanyi di sini," tebak Cahyadi, "Menurut tebakanku, Wapresdir Chintia adalah bos besar yang berada di belakang layar, kan?"     

Chintia tidak menyangkal sepenuhnya, "Aku memang memiliki beberapa saham."     

Ketika Chintia mengetahui bahwa Sean akan mengambil alih industri F&B di Jakarta, dia segera menginvestasikan uangnya sebesar 8 miliar. Dia tahu bahwa dengan kekuatan Sean, menguasai pasar F&B yang ada di Jakarta akan semudah membalikkan telapak tangan. Investasi ini dijamin pasti menguntungkan.     

Cahyadi mendengus dingin, kemudian berkata, "Aku rasa sepertinya Wapresdir Chintia tetap pemegang saham terbesar, sementara Sean hanya memiliki sedikit saja, kan? Sean, paling-paling kamu hanya memiliki beberapa ratus juta, hanya satu persen dari keseluruhan saham. Untuk apa berlagak seperti ini?!"     

Cahyadi mengeluarkan kotak Tiffany & co. dari sakunya, membukanya, dan mengeluarkan cincin berlian di dalamnya. Begitu melihat cincin berlian itu, Giana sangat terkejut. Warna dan kualitas cincin berlian ini saja bahkan bisa membuat wanita manapun tergila-gila!     

"Ini cincin berlian tiga karat yang bernilai lebih dari 8 miliar!" kata Cahyadi dengan penuh kebanggan, "Meskipun kamu bekerja sebagai pengawal seumur hidupmu, kamu tetap tidak mungkin bisa membelikan Giana cincin ini! Aku akan menggunakan cincin ini untuk merebut wanita yang sangat kamu cintai selama tiga tahun, di depan matamu!"     

Setelah berbicara, Cahyadi menghadap Giana dan berlutut dengan satu kaki, kemudian berkata, "Giana, menikahlah denganku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.