Ingin Kukatakan Sesuatu

William Sondari Sudah Tamat!



William Sondari Sudah Tamat!

0Sean memandang pemuda itu dan bertanya, "Apa William yang mengirimmu?"     

Pemuda itu langsung kebingungan dan mengalihkan pandangannya, tetapi mulutnya berkata, "Siapa William? Aku tidak mengenalnya!"     

Meskipun pemuda itu menyangkalnya, Sean sudah yakin bahwa tamu ini adalah orang suruhan William.     

Sean mengambil kelas yang diajar seorang ahli psikologi, Roland Miller, saat berada di Amerika Serikat. Waktu masih kecil, kakeknya juga pernah mengajarinya cara membaca bahasa tubuh seseorang. Karenanya, Sean sangat mahir dalam melihat dan menilai seseorang melalui perkataan dan perbuatannya.     

Tentu saja manusia masih bisa melakukan kesalahan dan Sean sudah salah menilai Giana. Akan tetapi, dia tidak mungkin salah menilai pemuda di hadapannya ini.     

"Serahkan ponselmu," kata Sean. Karena pemuda ini adalah orang suruhan William, dia pasti memiliki informasi atau catatan panggilan yang terkait dengan William di ponselnya.     

Pemuda itu terlihat jelas semakin panik dan menolak, "Menyuruhku menyerahkan ponselku? Kamu kira dirimu siapa, hah?"     

"Harus diberi pelajaran!"     

Sean bersiap untuk bangkit dan memberi pelajaran pada bocah ini. Namun, Chintia berkata, "Presdir Yuwono, biar saya saja."     

Sean jelas tidak menyangka. Meskipun pemuda ini kurus dan rapuh, bagaimanapun juga Chintia adalah seorang wanita. Seharusnya tidak mudah bagi seorang wanita untuk melumpuhkan seorang pria, bukan?     

Melihat Chintia mendekat, pemuda itu menatap wajah dan tubuh Chintia dengan mata yang berbinar.     

"Ck… Ck… Wanita ini boleh juga! Bahkan sepuluh kali lipat lebih bagus dibanding wanita yang bermain denganku tadi malam!" komentar pemuda itu, "Sini! Wanita manis, ponselnya ada di sini… Jika kamu bisa…"     

Buk!     

Baru saja pemuda itu mengeluarkan ponselnya dan belum selesai berbicara, Chintia segera mengulurkan tangan dan menekan tangan pemuda itu di atas meja makan. Sean benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Chintia memiliki keterampilan yang cukup bagus. Kekuatan semacam ini sudah jauh melampaui gadis-gadis biasa dan lebih dari cukup untuk berurusan dengan pria yang tidak terlalu kuat.     

Chintia menahan tangan pemuda itu dan menggunakan sidik jarinya untuk membuka kunci ponsel, kemudian melemparkan ponselnya pada Sean.     

Bisa-bisanya ponselku dirampas oleh seorang wanita? Pemuda itu merasa kesal bukan main. Ini benar-benar membuatnya sangat malu.     

"Wanita busuk! Berani-beraninya merebut ponselku! Aku akan menghabisimu!"     

Pemuda itu ingin segera menyerang Chintia. Sean sudah berdiri dan bersiap untuk menyelamatkan Chintia kapan saja, namun Chintia sendiri tidak terburu-buru dan tetap berada di posisinya. Begitu musuh mendekat, dia segera menarik baju pemuda itu dan mengambil kesempatan ini untuk membanting bahu pemuda itu ke atas meja dengan teknik judo.     

Buk!     

"Aaah!"     

Pemuda itu berteriak kesakitan, sementara Chintia mengebaskan tangannya dengan tampak tangguh dan berkata, "Maaf, Presdir Yuwono. Makanan ini sudah tidak bisa dimakan."     

Sean tercengang. Dia meletakkan ponsel pemuda itu terlebih dahulu, lalu bertepuk tangan dan berkata, "Kak Chintia sangat perkasa!"     

Rosiana turut kagum dan langsung memeluk pinggang Chintia sambil berkata, "Wapresdir Chintia yang sangat perkasa, mohon perlindungannya!"     

Pemuda itu benar-benar kalah dari Chintia. Hanya saja, sebagai seorang pria, dia masih harus mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal…     

"Wanita busuk! Kalau berani, ayo lawan aku di kandangku! Aku akan menghabisimu!"     

Chintia berjalan mendekat dan menampar wajah pemuda itu.     

Plak!     

"Heh, bocah. Mau di manapun melawanmu, aku yang akan mempermainkanmu! Kamu tidak pantas! Hanya laki-laki yang benar-benar kuat yang pantas bertanding denganku!"     

Mata Chintia beralih pada Sean saat mengucapkan kalimat terakhir. Chintia adalah jagoan di antara para wanita, sementara Sean juga merupakan seseorang yang terlatih di keluarganya.     

Sean merasa sedikit canggung. Dia kembali mengambil ponsel pemuda itu dan mulai memeriksanya. Chintia pun merasakan kepahitan di hatinya.     

Selama tiga tahun terakhir, tidak ada yang terjadi di antara Sean dan Giana. Mungkin Sean masih hanya menyukai gadis kecil semacam itu. Semuanya gara-gara Giana si murahan itu! Jika Sean dan Giana menjadi pasangan suami-istri yang sesungguhnya selama tiga tahun dan Sean sudah puas bermain dengan gadis lemah seperti Giana, dia pasti akan tertarik bertemu dengan wanita sepertiku!     

Chintia sengaja menunjukkan sisinya ini di depan Sean. Dia ingin Sean tahu bahwa dirinya dan Sean adalah 'pasangan yang sepadan' dan dia juga bersedia untuk menerima Sean yang ingin 'meminta nasihat' padanya kapan saja.     

Sean memeriksa ponsel pemuda itu dan benar saja, ada ruang obrolan dengan William di Whatsapp. Catatan obrolan menjelaskan bagaimana cara mereka menukar mikrofon dan menciptakan kekacauan di tempat kejadian.     

Sean langsung melakukan panggilan video di Whatsapp. Tak butuh waktu lama, William menjawab dengan cepat.     

"Lama tidak berjumpa, Bos William..." Sean berkata pada William melalui layar ponsel.     

William tertegun sejenak sebelum bertanya, "Siapa kamu? Kenapa kamu menggunakan ponsel Tri?"     

Sean tersenyum. "Bos William benar-benar pelupa. Beberapa hari yang lalu, Bos bilang ingin memasukkan saya ke dalam daftar hitam. Begitu saja, sudah tidak kenal?"     

"Kamu menantu tidak berguna keluarga Wangsa!" kata William dengan terkejut, "Bagaimana bisa kamu menggunakan Whatsapp Tri? Apa yang kamu inginkan?"     

"Anda menyuruh orang untuk membuat keributan di restoran milik saya. Justru saya yang ingin bertanya, apa yang Anda inginkan?!" balas Sean.     

"Apa? Kamu yang membeli Restoran The Cloud?" William mendadak panik.     

William selalu merasa heran dan bertanya-tanya. Mengapa pesaingnya menjual seluruh restoran miliknya hanya dalam semalam? Siapa yang sudah membelinya? Untuk apa membeli restoran-restoran ini?     

Jika ingin menghasilkan uang dari bisnis F&B, tidak pantas untuk membeli restoran milik orang lain yang masih sedang berjalan. William menebak bahwa orang ini sedang sangat terburu-buru. Sangat terburu-buru sampai ingin membuat pencapaian di industri kuliner Jakarta. Sekarang William tahu alasannya.     

"Kamu ingin balas dendam padaku? Haha! Bocah kecil. Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa punya uang untuk membeli restoran sebanyak ini, tapi aku sudah berpuluh-puluh tahun berada di industri katering Jakarta. Kamu tidak akan mungkin menang melawanku!" William berkata dengan sangat serius.     

"Oke," balas Sean, "Kalau begitu, kita tunggu dan lihat saja."     

Sean memutus panggilan video, kemudian menendang pemuda itu keluar dan segera menelepon Andy sambil berpikir, Karena kamu menggunakan cara yang kasar, jangan salahkan aku jika menggunakan cara yang sama untuk berurusan denganmu!     

"Tuan Muda!" Andy sangat senang ketika menerima telepon Sean.     

Sean langsung memberikan instruksi tanpa basa-basi, "Kirim orang-orangmu untuk makan di The Storey dan buat sedikit masalah di sana."     

"Siap!" Andy langsung mengerti apa yang ingin dilakukan Sean.     

Dua puluh menit kemudian, ratusan orang dari beberapa negara Asia Tenggara datang ke Restoran The Storey. Sopir William berlari ke arahnya sambil berseru dengan penuh semangat, "Bos, ada tamu! Ada banyak tamu! Mereka semua tamu asing!"     

Sebenarnya hari ini The Storey sangat sepi. Semua tamu sudah direbut oleh The Cloud yang berada tepat di seberangnya.     

Ketika mendengar bahwa ada banyak tamu yang datang, William segera berkata dengan bersemangat, "Hahaha! Suruh koki untuk memasak dengan hati-hati dan layani mereka dengan baik!"     

William memberikan standar layanan tertinggi. Akan tetapi, satu jam kemudian, ratusan tamu dari berbagai negara di Asia Tenggara tersebut tertelungkup di meja makan dengan mulut yang berbusa.     

"A... Apa yang terjadi di sini?!" pekik William dengan panik, "Apa jangan-jangan keracunan makanan? Jangan bercanda! Jika ada satu saja yang mati, restoranku ini pasti akan langsung ditutup! Apalagi, mereka semua orang asing!"     

William tahu bahwa jika terjadi sesuatu pada tamu asing, itu akan menyebabkan masalah besar dan sepuluh kali lipat lebih sulit untuk ditangani daripada tamu dalam negeri.     

Ketika Sean dan Chintia keluar dari Restoran The Cloud, mereka melihat 120 mobil ambulans yang satu per satu membawa para tamu keluar dari dalam The Storey. Sean berkata dengan datar, "The Storey sudah tamat!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.