Ingin Kukatakan Sesuatu

Seribu Alasan untuk Bersedih!



Seribu Alasan untuk Bersedih!

0Bernyanyi dan mengiringi sendiri?     

Sean bisa memainkan alat musik?     

Giana dan Cahyadi sama-sama terkejut.     

"Giana, apa Sean tahu cara bermain piano atau gitar?" tanya Cahyadi.     

Giana menggelengkan kepalanya. Dia memang memiliki piano di rumah, tetapi dia belum pernah sama sekali melihat Sean memainkan pianonya selama tiga tahun ini. Apalagi, Sean lahir di daerah pedesaan dengan kondisi keluarga yang tidak baik, jadi sangat sulit memiliki uang untuk belajar musik.     

Dewa Musik menjawab dengan senang hati, "Tentu saja boleh. Kebetulan pemain keyboard kami juga lelah, jadi dia bisa beristirahat sejenak. Silakan naik ke atas panggung."     

Dewa Musik berinisiatif untuk mengulurkan tangannya dan menarik Sean ke atas panggung.     

"Semuanya yang ada di sini, mari kita berikan tepuk tangan untuk menyemangatinya. Oke?"     

Dewa Musik mengajak para penggemar di sana untuk menyemangati Sean karena khawatir Sean akan merasa gugup di hadapan puluhan ribu penonton. Namun, bagaimana bisa sekarang Sean masih mengenal apa itu gugup? Hatinya telah lama diliputi kekecewaan dan kesedihan.     

Di tengah sorak-sorai penonton, Sean menghampiri piano dan duduk. Dia sedang memikirkan lagu apa yang akan dinyanyikannya. Hati Bagai Tersayat Pisau tentu merupakan pilihan paling tepat untuk suasana hati Sean saat ini, tetapi dia tidak ingin menyanyikan lagu ini. Lagu ini terdengar terlalu merendah dan akan membuat Cahyadi dan Giana tertawa.     

Sean memilih untuk menyanyikan salah satu lagu Dewa Musik yang paling populer, namun belum dinyanyikan malam ini, Seribu Alasan untuk Bersedih. Judul lagunya saja bahkan sudah memiliki makna terselubung.     

Jika kamu bisa melihat kesedihanku. Ada seribu alasan di baliknya, tetapi jelas bukan karena… Kehilanganmu!     

Karena sesi meminta lagu sekaligus merupakan akhir dari konser, semua lampu di Gelora Bung Karno sudah dinyalakan. Tidak hanya lampu di atas panggung, lampu di seluruh stadion bahkan juga menyala. Tetapi, saat ini lampu di stadion dipadamkan lagi dan semua lampu di atas panggung kembali dinyalakan.     

Kedua tangan Sean menekan tuts putih. Tangan kirinya memainkan nada dasar rendah, sementara tangan kanannya memainkan melodi nada tinggi. Dengan posisi tangan yang tepat, jari-jari tangan kanannya mulai bergerak dengan natural.     

Segera setelah pembukaan lagu Seribu Alasan untuk Bersedih mengalun, para penggemar langsung bersorak dan semangat mereka bangkit.     

Giana yang berada di bawah panggung langsung terkejut meskipun baru saja mendengar alunan lagu selama beberapa detik. Dia telah bermain piano sejak sekolah dasar dan memiliki keahlian piano yang sangat tinggi. Tentu saja dia dapat menilai kemampuan bermain piano Sean dalam waktu yang singkat.     

Postur yang tepat, permainan yang bersih, dan ritme yang tepat. Untuk dapat memainkan pendahuluan lagu ini dengan sangat sempurna, setidaknya Sean sudah belajar piano selama tiga tahun.     

"Apakah dia mulai belajar piano setelah masuk ke keluargamu? Astaga! Setiap hari melakukan banyak hal, tapi dia masih sempat berlatih piano sebaik ini! Sean sialan! Kenapa tidak memberitahuku kalau bisa bermain piano?!"     

Giana menyesal karena dia baru tahu sekarang bahwa Sean bisa bermain piano. Setelah memainkan pendahuluan, Sean mulai bernyanyi, "Orang yang kucinta, bukanlah milikku lagi."     

Mencengangkan! Suara nyanyian Sean nyaris sangat berbeda dengan saat dia berbicara!     

"Ya Tuhan. Bagaimana bisa sebagus ini?!"     

Giana dan semua orang di Gelora Bung Karno tercengang mendengar nyanyian dan menyambutnya dengan tepuk tangan yang hangat. Bagaimanapun juga, ini adalah konser Dewa Musik. Ketika orang lain bernyanyi di konser Dewa Musik, itu sama saja dengan menyanyi di depan pengamat musik yang handal. Bagaikan perpaduan sempurna antara Vince Carter dan Zach LaVine, karena siapapun tidak akan bisa dibandingkan dengan Dewa Musik.     

Suara Sean tidak hanya melebihi Dewa Musik, tetapi juga membuat mata orang yang melihatnya berbinar. Ini karena guru vokal Sean adalah Seth Riggs, guru Michael Jackson 'King of Pop' dan guru vokal banyak raja musik Tiongkok, seperti JJ Lin. Sean belajar darinya di usia 6 tahun, jadi para penyanyi dunia ini harus menyebut Sean sebagai saudara mereka.     

Tentu saja, saat ini Sean bukan sengaja ingin memamerkan keterampilan menyanyinya, melainkan hanya ingin bernyanyi sesuka hati.     

"Kali ini cintaku tidak bertahan selamanya… Jalan yang sudah dilalui, tidak akan bisa kembali… Seribu alasan untuk bersedih, seribu alasan untuk bersedih… Pada akhirnya, cintaku hanyalah tinggal cerita!"     

Bagian awal lagu hanya diiringi oleh permainan piano Sean sendiri. Tetapi, ketika memasuki refrain, drum dan yang lainnya mulai ikut bermain. Bahkan, Dewa Musik pun ikut menyanyikan harmoni untuk Sean. Seluruh pertunjukan langsung berubah menjadi sebuah pertunjukan kelas atas yang memabukkan.     

"Astaga…"     

Giana benar-benar mabuk kepayang. Dia tidak percaya bahwa pria yang bersinar di atas panggung saat ini adalah mantan suaminya. Mantan suami yang disebut tidak berguna olehnya dan keluarganya.     

"Bagaimana bisa dia… sehebat ini?"     

Baru sekarang Giana tahu bahwa selain latar belakang keluarganya yang miskin, kepribadiannya, cara bicaranya, pendidikannya, dan keterampilan seninya, Sean jauh berkali-kali lipat lebih baik dibanding anak-anak konglomerat kaya lainnya.     

"Seribu alasan untuk bersedih, seribu alasan untuk bersedih… Pada akhirnya, aku terhapus dari cerita orang lain!"     

Setelah lagu selesai dinyanyikan, seluruh penonton bertepuk tangan meriah. Banyak orang mengatakan bahwa Sean bisa debut sebagai bintang dengan penampilannya, permainan pianonya, dan keterampilannya menyanyi. Namun, setelah Sean selesai bernyanyi, dia berjalan turun dari panggung tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

Alih-alih kembali ke tempat duduknya, Sean langsung berjalan menuju pintu keluar.     

"Sean!"     

Giana sudah tidak bisa menahan dirinya. Dia melepaskan tangan Cahyadi dan berlari ke arah pintu keluar untuk mengejar Sean. Selama lebih dari empat menit tadi, Giana sudah dibuat terpesona oleh mantan suaminya.     

"Giana!"     

Cahyadi ingin mengejar Giana, tetapi dihentikan oleh Chintia, "Tuan Muda Cahyadi, konsernya belum berakhir. Selesaikan dulu, baru pergi."     

Cahyadi berkata dengan sedikit cemas, "Tapi, Giana pergi mencari Sean!"     

Chintia tersenyum dan berkata, "Memang kenapa? Dia sudah menerima lamaranmu. Apa yang kamu khawatirkan? Jangan-jangan kamu merasa dia akan memilih Sean dan bukan dirimu?"     

Cahyadi tertawa. "Haha! Jika dibandingkan dengan Sean, tentu saja aku sangat percaya diri. Baiklah, aku tidak akan mengikuti mereka."     

Sementara itu, Sean berjalan semakin cepat. Giana berlari dan mengejar sepanjang jalan hingga berhasil menyusul dan meraih Sean di pintu keluar.     

"Sean! Berhenti!" cegat Giana dengan napas terengah-engah.     

Meskipun Giana kelelahan, dia masih terlihat sama seperti sebelumnya. Cantik dan menawan. Setelah berhenti, Giana menyadari ada air mata di mata Sean. Itu menunjukkan bahwa Sean baru saja menangis.     

"Sean!"     

Giana langsung melemparkan dirinya ke dalam pelukan Sean. Dia benar-benar tersentuh dengan lagu yang baru saja Sean nyanyikan.     

Sean menyanyikan perasaannya pada Giana di depan puluhan ribu orang. Giana bisa mengetahuinya.     

Sean dengan lembut mendorong Giana menjauh. "Jangan begini. Kamu akan segera menjadi istri orang lain."     

"Bodoh. Kalau kamu begitu mencintaiku seperti ini, kenapa saat itu kamu begitu impulsif dan bersikeras menceraikanku?" Giana bertanya dengan ekspresi penuh kasih sayang, "Aku tahu laki-laki tidak bisa menerima hal seperti itu, tapi tidak semua laki-laki pantas untuk memilih bercerai!"     

Sean merasa bahwa apa yang dikatakan Giana sangat konyol. Dia pun bertanya, "Laki-laki seperti apa yang pantas dan laki-laki seperti apa yang tidak pantas?"     

"Yang pantas adalah laki-laki yang memiliki uang dan kekayaan. Laki-laki berlatar belakang keluarga yang buruk harusnya bisa menahan diri," jawab Giana, "Sean, kalau saja saat itu kamu menahan sikap impulsifmu dan menganggapnya tidak pernah terjadi, sekarang aku… masih menjadi istrimu…"     

------     

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.      

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.      

Terimakasih atas pengertian Anda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.