Ingin Kukatakan Sesuatu

Menikah di Hari Ulang Tahun Sean!



Menikah di Hari Ulang Tahun Sean!

0Seminggu telah berlalu.     

Pada pukul dua siang, matahari begitu terik di Jakarta. Orang-orang yang berlalu-lalang mengangkat payung dan mengenakan kacamata hitam.     

Saat ini, Cahyadi duduk kursi pengemudi BMW sambil menunggu Giana. Dia sedang marah besar dan berbicara di telepon dengan wajah tertekan.     

"Apa?! Perusahaan Sukses Jaya juga bangkrut? Brengsek! Bagaimana bisa perusahaan yang selama ini baik-baik saja mendadak bangkrut?"     

Perusahaan Sukses Jaya adalah salah satu dari 70 perusahaan tempat Cahyadi berinvestasi dan selama ini juga paling menguntungkan. Tetapi, untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, perusahaan-perusahaan yang menghasilkan uang baginya tiba-tiba menjadi sasaran para perusahaan lain di industri yang sama dalam dua hari terakhir hingga bangkrut satu per satu dan tidak ada yang tersisa.     

Tak hanya perusahaan yang bangkrut, investasi Cahyadi di empat puluh atau lima puluh perusahaan gagal sehingga sekarang dia kehilangan hampir semua uang yang diinvestasikannya.     

"Brengsek! Benar-benar sial!" umpat Cahyadi.     

Cahyadi memukul kemudi dengan kesal, kemudian menghubungi ayahnya.     

"Ayah, akhir-akhir ini aku sedang kurang beruntung. Semua perusahaan tempatku berinvestasi yang bisa menghasilkan uang kini bangkrut. Bisakah Ayah memberiku 200 miliar lagi?"     

Singgih menyahut, "Akhir-akhir ini perusahaan juga sedang membutuhkan uang. Dua hari yang lalu ayah menghubungi ahli industri perhotelan dunia, Paul Robert. Dia memberitahu Ayah untuk membuka kembali hotel-hotel yang sudah tutup dan membuka hotel di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur."     

Cahyadi bertanya-tanya, "Ayah, bukankah dulunya dia menentang ekspansi membabi buta yang kita lakukan?"     

"Apa yang kamu tahu?" balas Singgih, "Sekarang berbeda dengan dulu! Sekarang orang-orang asing yang bekerja di Indonesia juga mampu untuk tinggal di hotel. Masalah kualitas tidak perlu terlalu tinggi, yang terpenting kuantitasnya! Kita akan bersiap menginvestasikan sebagian besar uang keluarga."     

Cahyadi tercengang. Jika sebagian besar uang keluarga diinvestasikan, jumlahnya setidaknya sebesar dua atau empat triliun lebih. Cahyadi pun berpikir, Jika investasi berhasil, tidak ada masalah. Tetapi, jika gagal… Bukankah keluarga Pangestu akan miskin dan kelaparan?     

"Ayah, aku tidak setuju!" tolak Cahyadi, "Semua telur tidak bisa dimasukkan ke satu keranjang saja! Bagaimana jika saran Paul Robert kali ini salah? Bukankah keluarga kita akan bangkrut?!"     

"Apa yang kamu katakan juga masuk akal," balas Cahyadi, "Membagi dana investasi memang benar. Begini saja. Ayah lihat pekerjaanmu dalam satu tahun terakhir cukup baik. Ayah akan memberimu 1 triliun! Kamu pakai untuk berinvestasi saja! Dengan begini, meskipun investasi Ayah gagal, masih ada kamu, kan?"     

"Terima kasih, Ayah! Aku akan menggunakan uang 1 triliun ini untuk menghasilkan 10 triliun!" kata Cahyadi dengan semangat.     

Pada saat ini, Giana yang terlihat menawan masuk mobil lewat pintu penumpang bagian depan. Melihat ekspresi bersemangat Cahyadi membuatnya bertanya, "Apa yang membuatmu sesenang ini?"     

"Ayahku memberiku satu triliun lagi!" jawab Cahyadi, "Haha! Giana, bagaimana rasanya menjadi Nyonya Cahyadi? Uang 1 triliun ini akan segera menjadi 10 triliun!"     

Giana merasa sangat girang dan diam-diam bergumam, "Bukankah keluarga Pangestu ini terlalu kaya? Bahkan Ayah Mertua bisa memberikan uang sebesar 1 triliun dengan begitu saja."     

Giana berinisiatif memegang tangan Cahyadi dan berkata, "Cahyadi, aku sangat senang bisa menikah denganmu! Uang sebesar ini belum pernah aku miliki sebelumnya!"     

"Tidak perlu dikatakan! Sean yang tidak berguna itu bahkan sepertinya tidak bisa memberimu 100 juta! Haha!" kata Cahyadi dengan bangga. Lalu, dia bertanya, "Ngomong-ngomong, kita sudah mendaftarkan pernikahan kita. Kamu tidak ingin mengubah panggilanmu padaku?"     

Giana ragu-ragu sejenak sebelum berkata, "Su… Suami."     

Ini adalah pertama kalinya Giana memanggil pria lain sebagai suaminya. Dulu, gelar ini hanyalah milik Sean. Saat ini, tiba-tiba Giana sangat merindukan Sean. Dia merindukan momen-momen saat dia memanggil Sean sebagai suaminya tiga tahun terakhir ini.     

Sean adalah menantu parasit yang tidak memiliki kedudukan di rumah. Karena itu, saat Giana menyebut Sean sebagai suaminya, itu adalah momen paling membahagiakan baginya dan selalu muncul senyuman di wajahnya.     

Lain halnya dengan saat ini. Giana sama sekali tidak tersenyum ketika memanggil Cahyadi sebagai suaminya, bahkan ada perasaan sedih di hatinya. Giana diam-diam bergumam, "Mungkin, inilah takdirku dan Sean."     

Giana menghela napas sejenak, lalu kembali pada perannya sebagai istri Cahyadi. Dia berkata, "Suamiku, antarkan aku ke Grup Citra Abadi. Aku ingin memberikan undangan pernikahan kita pada Presdir Yuwono dan Wapresdir Chintia secara langsung."     

Giana dan Cahyadi sudah menetapkan tanggal pernikahan mereka untuk diadakan seminggu ke depan, tepatnya pada tanggal 12 Mei.     

Sekarang keluarga Wangsa bekerja sama dengan Grup Citra Abadi dalam proyek Grand Giana dan Giana merupakan wakil direktur proyek ini. Jadi, Giana yang akan menikah tentu saja sudah dipastikan akan mengundang Presiden Direktur Grup Citra Abadi.     

"Oke," kata Cahyadi, "Oh, ya! Apa kamu sudah mengundang Sean?"     

Giana tiba-tiba merasa canggung. "Dia mantan suamiku, jadi untuk apa mengundangnya?"     

Cahyadi tersenyum dan berkata, "Bukankah akan seru kalau mengundangnya? Apa masih ada undangan lebih? Berikan satu padaku. Aku akan mengundangnya!"     

Cahyadi mengeluarkan undangan pernikahan tanpa nama dari tas Giana, lalu mengambil pena dan menulis nama Sean. Dia juga menulis di bagian bawah, 'Jika kamu laki-laki, datanglah! Aku akan menunjukkan padamu apa yang disebut dengan pernikahan papan atas!'     

Setelah selesai menulis, Cahyadi memasukkan undangan tadi kembali ke tas Giana.     

Giana tahu apa maksud Cahyadi. Cahyadi ingin membuat para tamu yang hadir melihat perbandingan antara dirinya dan Sean. Perbedaan mantan suami dengan suami yang sekarang bagaikan bumi dan langit.     

"Oh, ya, Giana. Tidurlah di rumahku malam ini," pinta Cahyadi, "Aku sedang sangat kesal dua hari belakangan ini. Perusahaan favoritku sudah gulung tikar. Bantu aku menghilangkan stress."     

Cahyadi memegang tangan Giana. Secara logika, keduanya sudah memiliki buku nikah sehingga Giana sudah bisa tinggal satu atap dengan Cahyadi. Namun, Giana berkata, "Nenek bilang kita tidak boleh tinggal bersama sebelum menikah. Tunggu sebentar lagi, ya... Lagi pula, kita akan menikah dalam seminggu."     

"Nenekmu benar-benar kuno! Hah…" keluh Cahyadi yang sedikit kesal. Namun, dia berkata lagi, "Aku sudah mengenalmu selama ini dan baru sekali tidur denganmu. Tapi, aku masih lebih baik dibanding Sean si bocah itu. Sudah menikah denganmu selama tiga tahun, tapi belum pernah sekalipun menidurimu! Haha!"     

Giana menundukkan kepala dan berkata, "Sudah, tidak usah membicarakan dia. Menyetirlah saja."     

Laju mobil bertambah cepat hingga mencapai kecepatan 80 km/jam. Giana melihat pemandangan di luar jendela sambil membatin, Sean, jangan salahkan aku yang tidak membiarkanmu menyentuhku dalam tiga tahun terakhir. Sebenarnya aku juga menyukaimu, tapi jika aku benar-benar menjadi wanitamu, sekarang Cahyadi tidak mungkin begitu mencintaiku seperti ini. Keluarga Pangestu juga tidak akan bersedia mengakuiku sebagai menantunya.     

Jika ada yang mau kamu salahkan, salahkan saja waktu yang membuat kita bertemu di saat yang tidak tepat! batin Giana pada akhirnya.     

Lebih dari 20 menit kemudian, Giana tiba di gedung kantor Grup Citra Abadi.     

Rambut panjang Giana terurai di bahunya. Dia mengenakan dua anting persegi asimetris, satu besar dan satunya lagi kecil. Dia mengenakan kemeja putih dan celana panjang high waist hitam. Giana terlihat polos dan cantik, tapi juga memberikan kesan wanita dewasa yang sudah menikah.     

Tok! Tok!     

Giana mengetuk pintu kantor Chintia.     

"Silakan masuk."     

Giana membuka pintu dan berjalan masuk, sementara Chintia segera bangkit dari tempat duduknya dan menyambut.     

"Nyonya Cahyadi berpakaian sangat indah hari ini," kata Chintia, "Ketika Anda menikah dengan keluarga kaya, seluruh penampilan Anda menjadi jauh lebih berwibawa."     

Giana menyadari ironi yang tersembunyi di balik kata-kata Chintia. Dia tersenyum tipis dan membalas, "Terima kasih, Wapresdir Chintia. Masih butuh sepuluh tahun agar saya bisa mengejar cara berpakaian dan penampilan Wapresdir Chintia. Ngomong-ngomong, hari ini saya ingin mengantar undangan pernikahan untuk Anda dan Presdir Yuwono."     

Chintia sedikit terkejut dan bertanya, "Tanggal pernikahannya sudah ditentukan?"     

"Iya," jawab Giana, "Minggu depan, tanggal 12 Mei."     

Chintia terhenyak di tempat dan berseru, "12 Mei? Bukankah itu hari ulang tahun Sean?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.