Ingin Kukatakan Sesuatu

Hari ini Akhirnya tiba!



Hari ini Akhirnya tiba!

0Hari ini adalah hari besar bagi Cahyadi, jadi seharusnya dia sangat bahagia. Tetapi, karena bisnisnya runtuh, Cahyadi yang masih berusia 20 tahunan jadi terlihat seperti orang tua yang sudah mengalami berbagai macam kesulitan hidup.     

Minggu ini bukan hanya investasi perusahaan Cahyadi yang mengalami kegagalan, dia juga kehilangan uang investasi lainnya. Investasi pasar saham, investasi komoditas, dan bahkan investasi kasino gelap Cahyadi, semuanya mengalami kegagalan.     

Di samping Cahyadi, seorang pengiring pengantin pria yang sedang memegang bunga korsase berkata, "Apa Kak Cahyadi sudah menyinggung seseorang? Entah mengapa aku merasa ada orang yang menjadikan Kakak sebagai sasarannya. Meskipun Kakak berinvestasi dengan mata tertutup, tingkat kegagalannya juga tidak mungkin 100%!"     

Cahyadi menggosok lingkaran hitam yang terlihat jelas di bawah matanya dan mengangguk.     

"Itu benar-benar mungkin! Aku pasti menjadi sasaran! Penilaianku tidak mungkin bermasalah!" Cahyadi setuju, "Tapi, aku tidak menyinggung siapapun dalam dua tahun terakhir selain seorang pria bernama Sean Yuwono, mantan suami Giana. Aku sudah menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya. Tapi, dia hanya mengandalkan kekuatan fisiknya dan tidak mengerti bisnis sama sekali. Dia hanyalah seorang pengawal tidak berguna dan sama sekali tidak mungkin memblokirku di dunia bisnis."     

Pengiring pengantin pria memainkan korsase dengan tangan kanannya dan berkata sambil tersenyum, "Kak Cahyadi, Kak Giana adalah wanita tercantik nomor satu di Jakarta, jadi orang yang menyukainya bukan hanya Sean seorang. Jangankan orang lain, bahkan aku saja tidak bisa tenang ketika melihat Kak Giana. Dia terlihat seperti sepotong daging angsa yang jatuh ke dalam mulutmu. Di seluruh Jakarta, pria mana yang tidak iri padamu?"     

Setelah Cahyadi memikirkannya dengan saksama, dia juga berpikir kemungkinan seperti itu memang ada.     

"Brengsek! Pasti ada seorang pria cabul di kalangan bisnis yang menyukai Giana, jadi dia menjadikanku sebagai sasarannya! Si Giana ini benar-benar menantu sial! Belum menikah saja sudah membuatku kehilangan 1 triliun karena dia!" rutuk Cahyadi.     

Pengiring pengantin pria tersenyum geli dan membalas, "Kakak juga tidak bisa bilang begitu. Bukankah keluarga Kakak tidak kekurangan uang 1 triliun ini? Kalau sudah gagal, biarkan saja. Paling-paling Kakak hanya perlu bekerja di perusahaan ayah Kakak dan menjadi anak yang bergantung pada orang tua saja."     

"Tapi, Giana si menantu perempuan cantik ini sudah ada di dalam genggamanmu, jadi kamu bisa memainkannya sesuka hatimu," lanjut pengiring pengantin pria, "Meskipun mungkin pria cabul itu sangat hebat di dunia bisnis, dia tidak akan bisa menang darimu dalam hal percintaan."     

Cahyadi tertawa terbahak-bahak mendengar perkataannya, lalu berkata, "Jason! Perkataanmu ini sangat benar! Saingan sialan! Berani-beraninya membuatku kehilangan 1 triliun! Hahaha!"     

Sesudah itu, Cahyadi segera menghubungi Giana. Giana yang sudah bangun dari tidurnya dan sedang berdandan segera mengangkat telepon, "Halo?"     

"Istriku, sedang apa?"     

"Sedang berdandan dan mencoba gaun pengantin."     

"Hehe… Istriku, menurutku lebih baik sekarang kamu tidur selagi masih bisa!"     

Giana menutup telepon dengan sedikit kesal. Di samping Giana, sahabat baiknya, Hilda, bertanya sambil melihat riasannya, "Apa itu Cahyadi? Apa yang dia katakan?"     

Giana melemparkan iPhone miliknya keras-keras ke samping.     

"Kata-kata jorok! Cahyadi benar-benar mesum! Jika bukan karena keluarganya yang kaya raya, aku tidak akan mau menikah dengannya!" keluh Giana, "Sean-ku masih lebih baik darinya. Cara berbicaranya saja sangat lembut."     

Hilda tertawa dan berkata, "Sayangku, kamu sedang memakai baju pengantin dan akan menikah dengan laki-laki lain. Bukankah tidak baik jika kamu masih memuji mantan suamimu?"     

Giana memikirkan Sean dan suasana hatinya menjadi tidak karuan. Dia pun berkata, "Hilda, Sean tidak bersedia menjadi ban serep. Bagaimana, ya? Bagaimana jika Sean sudah menikah saat aku bercerai beberapa tahun lagi?"     

Hilda tidak menjawab, tetapi malah menyuruhnya berdiri. Giana yang berbalut gaun pengantin berwarna putih kini berdiri di depan cermin, seperti malaikat yang turun ke bumi. Kecantikan seperti ini hanya ada di surga!     

Hilda menyentuh wajah kecil Giana dan melihatnya di cermin sambil berkata, "Lihat wajahmu ini. Lelaki mana yang bisa menolakmu? Percaya saja padaku. Kamu pasti akan mendapatkannya! Seumur hidupnya, Sean ditakdirkan untuk menjadi ban serep!"     

———     

Satu jam kemudian, orang tua Cahyadi masih berada di Perumahan Kemang. Perumahan ini juga merupakan area perumahan kalangan atas di Jakarta dengan kisaran harga di atas 300 juta per meter persegi.      

Di dalam rumah, Singgih dan Lusy sama-sama berdandan di depan cermin.     

Lusy mengenakan chongsam merah yang membuatnya terlihat bermartabat dan elegan. Lusy sudah berusia di atas empat puluh tahun, namun baik tubuh maupun penampilannya bisa menempati peringkat pertama di Jakarta. Selain itu, bukan hanya tampilannya yang masih mempesona, karakter dan pembawaannya juga patut dijadikan contoh.     

Sambil membantu Singgih mengikat dasi, Lusy berkata, "Singgih, aku rasa rencana ekspansi perusahaan yang kamu lakukan baru-baru ini terlalu agresif. Kamu bahkan menginvestasikan semua dana perusahaan dan juga melakukan sejumlah pinjaman yang besar. Aku rasa tidak seharusnya kamu begitu mempercayai Paul."     

Singgih berkata dengan sangat ketus, "Jika dulu aku tidak mempercayai Paul, perusahaan kita tidak akan memiliki kesempatan untuk dapat dikenal! Lagi pula, aku juga tidak menggunakan sepeserpun uang keluargamu, jadi untuk apa kamu khawatir?!"     

Lusy berkata dengan perlahan-lahan, "Maksudku bukan begitu. Jika benar-benar akan menghasilkan, aku bisa meminta uang pada keluargaku untukmu."     

"Aku tidak butuh!" tukas Singgih yang tiba-tiba sangat marah, "Keluarga Liono-mu itu selalu merendahkanku! Kali ini aku akan menunjukkan pada keluarga Liono-mu bagaimana aku akan bangkit lagi!"     

Melihat Singgih marah, Lusy dengan cepat menepuk-nepuk dan menghiburnya, "Iya, iya… Hari ini adalah hari pernikahan putra kita. Tidak usah membicarakan hal ini.     

"Mari kita bicara tentang hal lain," Lusy mengalihkan pembicaraan, "Aku dengar Cahyadi juga mengundang mantan suami Giana. Dia bahkan bilang akan mempermalukannya di depan umum. Aku rasa hal ini tidak baik. Bujuklah Cahyadi agar jangan berbuat seperti itu. Aku dengar mantan suami Giana pandai ilmu bela diri, jadi lebih baik jangan memprovokasi dia."     

Singgih mendengus dingin.     

"Apanya yang harus dibujuk? Bukankah orang itu hanyalah seorang pengawal? Jika Cahyadi ingin mempermalukannya, memangnya kenapa?" balas Singgih, "Bisa ilmu bela diri? Itu lebih konyol lagi! Berapa banyak petinggi lembaga pemerintahan dan kepala biro kepolisian yang akan datang hari ini? Dia mana mungkin berani!"     

Lusy menggelengkan kepalanya. Ayah dan anak sama saja dan sama-sama tidak bisa dibujuk sama sekali.     

Tiba-tiba ekspresi Singgih berubah dan dia berkata, "Tidak usah memedulikan mantan suami Giana. Sebaliknya, ada tamu yang membutuhkan perhatian khusus dari kita."     

"Aku dengar Chintia bilang Presdir Yuwono dari Grup Citra Abadi dipastikan 100% akan datang ke pernikahan hari ini. Kamu juga tahu betapa misteriusnya si Presdir Yuwono ini. Dengar-dengar, restoran-restoran baru yang buka akhir-akhir ini seperti restoran The Cloud, tempat-tempat karaoke baru, dan diskotik-diskotik semuanya dibuka oleh Presdir Yuwono," kata Singgih, "Sekarang Presdir Yuwono sudah menjadi bos besar di berbagai industri kuliner, hiburan, bisnis, logistik, dan industri-industri lainnya di Jakarta! Bahkan banyak orang menyebutnya sebagai Raja Jakarta!"     

Lusy mengerutkan keningnya dan berkomentar, "Chintia, Chintia! Kamu memanggilnya dengan begitu akrab rupanya!"     

Singgih tersenyum dan membujuk Lusy, "Aduh… Namanya juga teman lama. Kamu jangan berpikir terlalu jauh begitu. Aku dan Wapresdir Chintia tidak ada hubungan apa-apa. Jangan sampai kamu melampiaskan kecemburuanmu pada Presdir Yuwono. Kita tidak boleh sampai menyinggungnya."     

"Memangnya aku ini wanita yang tidak tahu apa-apa?" balas Lusy, "Ya, sudah. Kalau begitu, aku pasti akan melayani Presdir Yuwono dengan baik saat bertemu dengannya nanti."     

———     

Beberapa jam kemudian, Chintia datang ke Perumahan Pondok Indah tempat Sean berada pada pukul sepuluh pagi. Sean sudah selesai bersiap dan mengenakan setelan jas yang keren.     

"Presdir Yuwono, hari ini… sangat tampan," Chintia mengatakannya dari lubuk hati yang terdalam.     

Sean merapikan dasinya dan berkata, "Ayo berangkat! Hari ini, aku akan membuat seluruh orang yang ada di Jakarta tahu bahwa Presiden Direktur Grup Citra Abadi, Presdir Yuwono, adalah menantu yang ditelantarkan oleh keluarga Wangsa yaitu aku, Sean Yuwono!"     

Chintia mengikuti di belakang Sean dengan tangannya yang gemetar kegirangan.     

Hari ini akhirnya tiba!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.