Ingin Kukatakan Sesuatu

Semua Orang Menantikan Kemunculan Presdir Yuwono!



Semua Orang Menantikan Kemunculan Presdir Yuwono!

0Kerumunan mobil pengantin mewah terlihat memasuki Perumahan Kelapa Gading. Cahyadi menyambut para kerabat yang datang dengan gembira dan melupakan hal tidak menyenangkan mengenai bisnisnya untuk sementara waktu.     

Sebelum menjemput Giana, Cahyadi terlebih dulu bertemu dengan Yuana di lantai satu. Meskipun Yuana tidak berperan sebagai pengiring pengantin wanita, dia juga mengenakan gaun putih yang sangat indah dan memukau.     

Begitu bertemu Yuana, Cahyadi langsung menggodanya, "Ah! Hari ini Yuana sangat cantik! Hampir saja Kakak mengira kamu pengantinku!"     

Yuana memainkan rambut dengan jari kanannya dan membalas, "Cih! Pengantin priaku adalah Presdir Yuwono yang terkenal."     

Tiba-tiba Cahyadi tersadar dan berkata, "Pantas saja hari ini Yuana berdandan dengan begitu cantik! Ternyata untuk bertemu dengan Presdir Yuwono hari ini, ya!"     

Yuana mengangguk dan menyahut, "Tentu saja! Katanya hari ini Presdir Yuwono pasti 100% akan menghadiri pernikahanmu dan kakakku. Cahyadi, tidak disangka keluargamu hebat juga! Padahal, selama ini Presdir Yuwono selalu misterius dan tidak mau bertemu orang."     

Cahyadi tersenyum puas.     

"Haha! Tentu saja! Keluarga Pangestu kami adalah keluarga kalangan atas di Jakarta, jadi wajar saja jika Presdir Yuwono tidak akan mempermalukan keluarga kami," kata Cahyadi dengan bangga, "Yuana, mulai hari ini dan seterusnya, kita adalah satu keluarga. Ke depannya kita harus saling bekerja sama, ya!"     

"Iya, iya… Aku akan mengingat apa yang sudah kujanjikan padamu," jawab Yuana, "Cepat pergi dan jemput kakakku."     

Yuana sudah sangat tidak sabar ingin pergi ke tempat pernikahan Cahyadi dan Giana digelar. Namun, tentu saja bukan karena dia menantikan pernikahan keduanya. Yuana menantikan pertemuannya dengan calon suami idealnya, Presdir Yuwono dari Grup Citra Abadi.     

Satu jam kemudian, lokasi pernikahan Giana dan Cahyadi di Hotel Ritz Carlton sudah dipersiapkan sebaik mungkin.     

Keluarga Pangestu layak menjadi keluarga kaya raya kalangan atas di Jakarta. Sejak tadi hingga sekarang, mobil-mobil mewah terus berdatangan memasuki hotel untuk menghadiri pernikahan keluarga Pangestu. Singgih dan Lusy juga sudah sibuk menyambut para tamu.     

"Direktur Juandi! Suatu kehormatan besar bagi saya untuk bisa mengundang Anda datang ke pernikahan anak saya!"     

"Pejabat Bramanta! Selamat datang, selamat datang! Nanti Anda harus banyak minum, ya…"     

"Wakil Wali Kota Juantoro! Astaga! Selamat datang! Maaf tidak bisa menyambut Anda di luar. Nanti saya pasti akan menghukum diri saya dengan minum untuk Anda! Haha! Silakan duduk."     

Melihat Singgih dan istrinya menyambut para pejabat, Giana yang berada dalam balutan gaun pengantin putih turut merasa sangat senang. Dia diam-diam berkata dalam hatinya, Lingkaran sosial keluarga Pangestu sangat luar biasa! Ada banyak orang yang belum pernah kulihat di pesta ulang tahun Nenek. Kemungkinan mereka tokoh-tokoh besar yang sesungguhnya berada dalam lingkaran bisnis dan politik Jakarta, bukan?     

Menikah dengan keluarga konglomerat benar-benar menakjubkan! Tidak seperti terakhir kali saat menikahi Sean, semua tamu di pernikahan itu keluarga kami dan kami tidak memiliki satupun tamu terhormat, batin Giana lagi.     

Jika disuruh memilih antara Sean dan Cahyadi, Giana lebih menyukai Sean. Hanya saja, dalam hal latar belakang keluarga serta kebahagiaan dan kebanggaan setelah menikah, Giana merasa Sean sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan Cahyadi.     

Pada saat ini, Giana tidak menyesal sudah menceraikan Sean. Sebaliknya, dia justru merasa sangat beruntung.     

Tiba-tiba, terjadi keributan di tempat kejadian.     

"Direktur Hartono! Astaga! Direktur Hartono ternyata sudah datang!"     

Singgih terkejut. Dia buru-buru berjalan menghampiri Direktur Hartono, memegang tangannya dengan dua tangan, dan berkata, "Orang terkaya di Indonesia datang ke sini! Bagaimana bisa saya, Singgih Pangestu, mengundang Anda?"     

Cahyadi, Giana, dan keluarga Wangsa semuanya tercengang. Mereka memiliki tanda tanya besar yang sama, Keluarga Pangestu bahkan memiliki hubungan dengan Direktur Hartono, orang terkaya di Indonesia?     

Seperti diketahui, keluarga Pangestu hanyalah keluarga kalangan atas di Jakarta yang bahkan bukan termasuk sepuluh besar di Jakarta. Sementara, Direktur Hartono merupakan orang terkaya nomor satu di Indonesia dan termasuk 20 besar di dunia. Direktur Hartono benar-benar berada di tingkat berbeda!     

Singgih berkata dengan suara yang keras, "Kerabat dan teman mana yang membantu saya mengundang Direktur Hartono? Saya, Singgih Pangestu, pasti akan berterima kasih padanya nanti!"     

Direktur Hartono berjabat tangan dengan Singgih sambil tersenyum dan berkata, "Direktur Singgih terlalu merendah. Hari ini saya datang tanpa diundang. Saya harap Direktur Singgih tidak tersinggung."     

Direktur Hartono dan keluarga Pangestu sama sekali tidak mengenal satu sama lain. Tetapi, tanpa memiliki undangan, dia bisa masuk hanya dengan menunjukkan wajahnya.     

"Direktur Hartono tidak perlu sungkan! Kedatangan Anda merupakan suatu kehormatan bagi saya!" balas Singgih sebelum bertanya, "Entah apa maksud kedatangan khusus Anda kemari. Apa ada sesuatu yang penting?"     

Bagi sesama pebisnis, Singgih tahu bahwa Direktur Hartono harus mengurus banyak hal. Hari ini Direktur Hartono menghadiri sebuah forum dan besok dia masih harus terbang untuk bertemu dengan presiden negara lain. Direktur Hartono sama sekali tidak mungkin punya waktu untuk menghadiri pernikahan orang asing. Jadi, Singgih menduga bahwa ada hal yang harus diurus oleh Direktur Hartono di sini.     

Direktur Hartono masih tersenyum dan menjawab, "Sejujurnya, alasan pertama kedatangan saya ke sini adalah untuk memberi selamat pada mempelai laki-laki dan perempuan. Alasan yang kedua, saya ingin bertemu dengan Presdir Yuwono dari Grup Citra Abadi."     

Kalimat pertama hanyalah bentuk sopan santun yang dapat diabaikan, tetapi kalimat sesudah itu membuat Singgih benar-benar terkejut.     

Bahkan orang terkaya di Indonesia sangat ingin bertemu dengan Presdir Yuwono? Jika demikian, si Presdir Yuwono yang misterius ini mungkin saja bahkan lebih kaya dari Direktur Hartono! Memikirkan hal ini membuat semua orang yang hadir di sana semakin kagum pada Presdir Yuwono.     

Singgih buru-buru berkata, "Mari, Direktur Hartono! Silakan duduk! Saya akan segera menghubungi wakil presiden direktur Grup Citra Abadi dan menanyakan keberadaan mereka."     

"Terima kasih, terima kasih," Direktur Hartono berterima kasih dengan kedua tangannya, lalu menyapa para pebisnis lainnya dengan ramah sambil tersenyum. Dia bersikap rendah hati dan tidak terlihat seperti konglomerat terkaya.     

Melihat semua ini, Giana juga jadi sangat penasaran dengan Presdir Yuwono.     

"Presdir Yuwono… Wanita dengan latar belakang keluarga dan penampilan seperti apa yang pantas menjadi istri Presdir Yuwono? Ah… Lebih baik aku tidak usah memikirkannya."     

Giana mengakui bahwa dirinya tidak layak bagi Presdir Yuwono, tidak seperti Yuana dengan fantasi tidak realistisnya.     

Singgih mengatur tempat duduk untuk Direktur Hartono, lalu segera menghubungi Chintia dan bertanya, "Chintia, apa kamu dan Presdir Yuwono sudah berangkat?"     

"Segera sampai ke pintu masuk hotel," jawab Chintia,     

"Apa? Di pintu masuk? Aku akan keluar menyambut kalian!"     

Singgih, yang sangat girang, segera berkata pada istri dan anak-anaknya, "Presdir Yuwono dan Wapresdir Chintia sudah sampai di pintu masuk. Cepat pergi bersamaku untuk menyambut mereka di pintu masuk!"     

"Baik!"     

Cahyadi, Giana, dan yang lainnya mengikuti Singgih.     

"Ah! Presdir Yuwono tersayangku sudah datang! Nenek, Ayah, ayo kita juga ke sana!" seru Yuana sambil melompat dengan penuh semangat.     

Nenek Wangsa mengangguk dan menyahut, "Presdir Yuwono adalah mitra bisnis kita. Tentu saja kita harus ke sana."     

Setelah para tamu lain mendengarnya, mereka semua bangkit dari tempat duduknya. Banyak yang mulai berbincang dan membahas tentang Presdir Yuwono dengan begitu antusias.     

"Dengar-dengar Presdir Yuwono dari Grup Citra Abadi sudah mengakuisisi banyak restoran dan tempat karaoke. Sekarang, banyak industri di Jakarta yang sudah dikuasai olehnya!"     

"Tidak hanya itu. Dengar-dengar, jika sedang senggang, dia akan menghancurkan perusahaan lain hanya untuk sekadar bersenang-senang. Bahkan, ada puluhan perusahaan yang sudah bangkrut selama sebulan terakhir!"     

"Cepat lihat! Bahkan Direktur Hartono sudah di pintu masuk. Ayo kita ke sana juga dan melihat betapa agungnya Presdir Yuwono!"     

"Hari ini kita harus menggunakan kesempatan ini untuk berteman dengan Presdir Yuwono!"     

"..."     

Maybach Landaulet putih, yang dikenal sebagai 'mobil paling mahal di dunia' dan bernilai lebih dari 60 miliar, datang perlahan dan berhenti di pintu masuk hotel. Petugas hotel membukakan pintu mobil. Kemudian, Chintia yang mengenakan gaun putih turun dari mobil terlebih dahulu. Semua orang tahu bahwa orang yang akan turun selanjutnya pasti Presdir Yuwono.     

Sesudah itu, Sean yang mengenakan setelan jas putih turun dari mobil. Chintia meraih lengan Sean dan memperkenalkannya pada Singgih, "Direktur Singgih, ini Presdir Yuwono dari Grup Citra Abadi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.