Ingin Kukatakan Sesuatu

Memohon Maaf pada Presdir Sean Yuwono!



Memohon Maaf pada Presdir Sean Yuwono!

0Setiap kali Jayanata bertemu dengan Sean dalam tiga tahun terakhir, dia pasti mengejek dan memakinya. Entah berapa banyak ejekan dan makian yang sudah keluar dari mulutnya itu. Ditambah lagi, Jayanata bahkan juga mengirim preman untuk menghajar Sean beberapa waktu lalu karena insiden yang dialami Sandi.     

Sean jelas memilih untuk menunjukkan identitasnya di hari pernikahan Giana karena ingin membalas dendam.     

Hubungan Jayanata dan Giana tidak dekat. Jayanata pun tidak mau turut sengsara dan tinggal lebih lama lagi di sana, jadi dia memilih untuk pergi sesegera mungkin.     

Jayanata membawa Nenek Wangsa duduk di kursi belakang Audi Q7 miliknya dan memerintahkan sopir, "Cepat! Pergi ke rumah sakit!"     

Tepat setelah Jayanata selesai berbicara, tiba-tiba dia mendengar Nenek Wangsa meraung, "Ah…!!!"     

Raungan Nyonya Besar Wangsa membuat Jayanata ketakutan. Dia langsung bertanya dengan panik, "Bu? Ibu tidak apa-apa? Mengagetkanku saja! Aku kira Sean si bocah itu sudah membuat Ibu kaget hingga jatuh pingsan."     

Jayanata merasa lega. Sementara, Nenek Wangsa terus memukul kakinya dengan sedih     

"Ibu bersalah pada ayahmu yang sudah meninggal! Ibu benar-benar bodoh! Ibu baru mengerti kenapa ayahmu membiarkan Sean masuk ke keluarga kita, tapi Ibu sendiri yang mengusirnya dari keluarga Wangsa!" ratap Nenek Wangsa, "Kenapa aku begitu bodoh?!"     

Sampai detik ini, Nenek Wangsa tidak mengerti kenapa Kakek Wangsa yang selalu bersikap cerdik malah memilih Sean sebagai menantunya. Ternyata Sean bukan seorang preman, melainkan seorang presiden direktur yang sebenarnya, bahkan seorang konglomerat.     

Tadi Nenek Wangsa sebenarnya hanya berpura-pura pingsan karena tidak tahu harus bagaimana menghadapi Sean. Di masa lalu, keluarga Wangsa sudah melakukan begitu banyak hal yang menyakiti Sean. Karena itu, Nenek Wangsa sudah benar-benar kehilangan muka untuk berhadapan dengan Sean.     

Nenek Wangsa bertanya, "Sepertinya Sandi sudah tahu identitas Sean terlebih dulu. Bajingan ini! Kenapa dia tidak memberitahu kita sebelumnya?"     

Jayanata tampak tidak tahu harus berbuat apa. Dia pun menjawab, "Sebenarnya akhir-akhir ini Sandi terus-menerus membicarakan tentang Sean denganku. Dia bilang Sean sangat hebat dan menyuruhku untuk tidak memprovokasinya. Aku yang tidak memercayainya…"     

"Aduh!" Nenek Wangsa menghela napas penuh penyesalan, "Kita sudah melewatkannya! Kita sudah melewatkan kesempatan besar!"     

Nenek Wangsa mulai mengomel, "Giana dan Sean sudah bersama selama tiga tahun, tapi mereka bahkan tidak memiliki anak! Yuana yang malang! Dia selalu memikirkan Presdir Yuwono, tapi ternyata dia adalah Sean! Rencana keluarga Wangsa untuk mengubah nasib dengan mengandalkan cucu menantu benar-benar sirna!"     

———     

Di luar hotel, Yuana tidak bisa tenang untuk waktu yang lama setelah mengetahui bahwa Presdir Yuwono yang sudah lama diimpikannya ternyata adalah Sean.     

Yuana mengambil inisiatif untuk berjalan menghampiri Sean dan bertanya, "Sean, apa kamu memang benar Presdir Yuwono? Presiden Direktur Grup Citra Abadi?"     

Sean melihat ekspresi terkejut Yuana dan menjawab sambil tersenyum, "Tentu saja benar."     

Yuana langsung berkata dengan ekspresi penuh kasih sayang, "Aku benar-benar tidak pernah membayangkan bahwa cinta paling, paling sejatiku ternyata sudah ada di sisiku selama ini. Bahkan, menjagaku diam-diam selama tiga tahun…"     

"..." Sean tidak bisa berkata-kata. Bukankah Yuana selalu sibuk membuat video pendek? Sejak kapan dia mulai berpuisi?     

Sean menjawab dengan canggung, "Bahkan sebelum ini, aku ini kakak iparmu. Sejak kapan aku menjadi cinta paling, paling sejatimu?"     

Yuana buru-buru menyangkal, "Kamu bukan kakak iparku! Kamu tidak pernah mendengarkan apa yang ayahku bilang? Awalnya Kakek mengatur untuk menikahkanmu denganku!"     

"Ya Tuhan… Tuhan benar-benar sudah mempermainkan kita sampai seperti ini hingga kehidupan kita tertunda selama tiga tahun," keluh Yuana, "Kita bertemu setiap hari selama tiga tahun ini, tapi kita tidak tahu..."     

"Sudah, sudah. Jangan dibahas lagi. Kita bicarakan lagi masalah kita ini nanti."     

Ketika Yuana sedang membacakan puisi cintanya, kedua tangannya yang putih dan lembut mulai meraih Sean. Namun, sementara ini Sean tidak ingin terlalu terlibat dengan Yuana karena dia bukan pemeran utama hari ini.     

Meskipun Yuana sering mengejek Sean di masa lalu, apa yang Yuana lakukan tidak pantas dibandingkan dengan apa yang Giana lakukan.     

Sementara Yuana mendekati Sean, Singgih dan Lusy sudah mengetahui seluruh masalah ini dari Cahyadi.     

Singgih berbisik pada Lusy, "Gawat! Sean adalah mantan suami Giana. Apa menurutmu Sean datang ke sini untuk membawa kabur Giana?"     

Lusy bahkan merasa lebih khawatir daripada Singgih. Jika Sean hanya datang untuk membawa kabur Giana, itu masih lebih baik. Paling-paling mereka hanya akan kehilangan muka. Akan tetapi, Lusy takut Sean akan membalas dendam pada Cahyadi. Bagaimanapun juga, di mata orang awam, kebencian Sean karena istrinya diambil sudah cukup menjadi alasan untuk menghabisi Cahyadi!     

Lusy menghampiri Sean dengan pandangan mata penuh hormat dan bertanya, "Apakah Presdir Sean datang ke pernikahan ini untuk Giana?"     

Jika Sean menjawab iya, Lusy tidak akan ragu untuk meminta Cahyadi menyerahkan Giana. Presiden Direktur Grup Citra Abadi jelas bukan seseorang yang bisa diprovokasi oleh seorang pemeran pembantu seperti Cahyadi.     

Giana tertegun sejenak, lalu menggosok-gosokkan tangannya dan berseru dengan girang, "Dia sudah datang! Dia melalui berbagai hal untuk menikahiku! Pahlawanku, suami tercintaku! Dia datang untuk membawaku kabur dari pernikahan!"     

Giana tahu bahwa Sean sangat mencintainya, jadi dia pikir Sean datang ke sini untuk membawanya kabur. Namun, Sean berkata dengan datar, "Nona Giana memang mantan istri saya, tapi saya tidak memiliki hubungan apapun lagi dengannya."     

Sean menjelaskan pada Lusy, "Sebenarnya saya tidak berencana untuk datang ke sini, tapi putra Nyonya bersikeras mengundang saya untuk datang. Katanya, dia akan menunjukkan pada saya apa yang disebut dengan pernikahan kalangan atas. Dia bahkan menyebut saya bukan laki-laki jika tidak datang. Jadi, saya datang menemani Chintia."     

Pernyataan Sean membuat Giana merasa hatinya membeku. Dia tidak datang ke sini untuk membawa kabur mempelai wanita.     

Plak!     

Lusy langsung menampar wajah Cahyadi di saat itu juga. Mendengarkan suaranya saja, tamparan itu terdengar sangat kuat. Ibunya menamparnya tanpa belas kasihan.     

"Bisa-bisanya kamu mengundang seseorang untuk datang ke pernikahanmu dengan kata-kata seperti itu? Cepat minta maaf pada Presdir Sean!" Lusy berteriak dengan keras pada Cahyadi.     

Saat ditampar, Cahyadi akhirnya menyadari alasan mengapa semua investasi yang ditanamkannya di perusahaan manapun jadi bangkrut. Ternyata dia menjadi sasaran Sean!     

Cahyadi tidak berani menentang ibunya dan meminta maaf dengan patuh, "Ma… Maafkan aku."     

Sean tersenyum dan tidak mengatakan apapun.     

Ketika Singgih melihat bahwa Sean tidak berniat untuk membawa kabur mempelai wanita, dia buru-buru berkata, "Presdir Sean, silakan masuk. Setelah Anda duduk, saya akan menyuruh anak itu meminta maaf pada Anda lagi di depan umum."     

Sean memasukkan tangannya ke saku. Karena dia sudah datang, tentu saja dia juga harus mengikuti jalannya acara pernikahan mereka.     

Setelah Singgih mengatur tempat duduk untuk Sean, dia buru-buru memanggil orang untuk menuangkan tiga gelas alkohol. Singgih memegang gelas dan berkata, "Saya dengar Cahyadi sudah menyinggung Presdir Sean sebelumnya. Sebagai seorang ayah, saya tidak pandai mendisiplinkan anak saya. Karena itu, saya akan menghukum diri saya dengan minum tiga gelas alkohol ini sebagai permintaan maaf pada Presdir Sean!"     

Singgih minum tiga gelas alkohol berturut-turut. Sebagai tuan rumah pesta pernikahan ini, Singgih merendahkan dirinya dan memberi muka pada Sean.     

Sean tersenyum. Mereka yang menjadi pebisnis, terutama pemilik bisnis besar, dapat melakukan apa saja dan bertindak sesuai situasi. Tidak seperti kalangan bawah yang akan tetap melawan dan keras kepala, bahkan jika dipukul sampai mati.     

Sejak awal Sean sudah menduga bahwa ketika dirinya mengungkapkan identitasnya, keluarga Pangestu pasti akan langsung melunak. Dia sudah sejak lama merencanakan balas dendam terhadap keluarga Pangestu. Karenanya, masalah ini bukanlah sesuatu yang dapat terselesaikan hanya karena Singgih mengaku bersalah dan bersulang untuknya.     

Sebagai tetua, Singgih berdiri dan minum tiga gelas berturut-turut, sementara Sean hanya duduk dan menontonnya. Tepat pada saat ini, Singgih berkata pada Cahyadi, "Kenapa kamu tidak menuangkan alkohol untuk meminta maaf pada Presdir Sean?"     

Raut wajah Cahyadi terlihat murung. Dia tidak bergerak dan hanya mengepalkan tinjunya erat-erat. Cahyadi jengkel setengah mati dan merasa seluruh tamu yang ada sedang menertawakan dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.