Ingin Kukatakan Sesuatu

Hadiah Ini Bukan untuk Anda!



Hadiah Ini Bukan untuk Anda!

0Cahyadi adalah seseorang yang sangat peduli dengan harga dirinya. Di lingkaran teman-teman konglomerat generasi kedua, dia selalu menjadi orang yang paling suka pamer.     

Hari ini, Cahyadi menikah dengan wanita tercantik nomor satu di Jakarta. Namun, satu-satunya hal yang menjadi pembicaraan orang-orang adalah fakta bahwa Giana menikah untuk yang kedua kalinya. Karena itu, Cahyadi sudah memberitahu teman-temannya terlebih dahulu bahwa di pesta pernikahan hari ini, Sean akan dipermalukan di depan umum.     

Siapa sangka bahwa Cahyadi gagal mempermalukan Sean dan malah dipermalukan oleh Sean?     

Menunduk dan berlutut untuk menuangkan alkohol untuk Sean? Cahyadi tidak bisa melakukannya!     

"Apa jangan-jangan dia menipuku?"     

Cahyadi tiba-tiba memiliki pemikiran seperti itu karena menurutnya, Sean tidak mungkin menjadi seorang presiden direktur atau konglomerat generasi kedua. Keluarga kaya mana yang mau membiarkan putra mereka tinggal di rumah mertua?     

"Presdir Yuwono selalu misterius dan tidak pernah menunjukkan batang hidungnya, jadi Sean menggunakan koneksinya dengan Chintia dan meminta wanita itu untuk membantunya berpura-pura menjadi Presdir Yuwono di pernikahanku!" tebak Cahyadi.     

"Chintia si wanita tua ini sudah lama tertarik pada Sean dan mungkin keduanya sekarang sudah bersama, jadi tidak heran jika Chintia membantunya! Mengenai berita dari Heaven Eyes, Chintia bisa memasukkan informasinya. Peretas pun juga mungkin melakukannya," Cahyadi terus berkutat dengan dugaannya.     

"Penampilan Presdir Hartono juga sepertinya sedikit berbeda dengan di televisi. Tinggi badannya tidak sesuai, jadi mungkin saja dia palsu!" lanjut Cahyadi, "Sementara Kuncoro dan William, bisnis mereka sudah bangkrut dan sejak awal mereka sudah menjadi gelandangan! Sean sangat pandai berkelahi, jadi sangat mungkin bagi mereka untuk datang ke sini dan bersandiwara di bawah paksaan dan bujukannya!"     

Setelah menganalisis semua 'bukti keaslian presiden direktur' sampai ke tahap ini, kepala Cahyadi terasa panas dan senyuman mulai mengembang di wajahnya.     

"Hahaha!" Cahyadi tiba-tiba tertawa, "Sean, kamu sedang menipu kami, kan? Kamu sama sekali bukan seorang presiden direktur dan hanyalah seorang pengawal! Kamu sengaja bersandiwara dengan Chintia! Kenapa? Kamu ingin membuat Giana menyesal?"     

Ketika Cahyadi berkata demikian, semua tamu yang hadir terkejut. Amarah Lusy sudah memuncak.     

"Cahyadi! Omong kosong apa yang kamu bicarakan?" tegur Lusy, "Apa kamu tidak lihat bagaimana sikap Presdir Hartono pada Presdir Sean?!"     

"Aku tidak berbicara omong kosong!" Cahyadi mulai menjelaskan, "Apa kalian tidak merasa tinggi badan dan penampilan Direktur Hartono berbeda dengan di TV?"     

Tidak ada yang pernah melihat Direktur Hartono secara langsung. Jadi, setelah Cahyadi mengatakannya, barulah mereka mulai meragukannya.     

"Meskipun kamu bilang tadi aku tidak benar-benar memperhatikan penampilan Direktur Hartono, berdasarkan perasaanku, aku merasa begitu."     

"Aku melihatnya dengan sungguh-sungguh! Sepertinya ada yang tidak benar dengan dagunya. Dagu Direktur Hartono tidak setajam itu."     

"Tingginya tidak cocok! Sepertinya Direktur Hartono tidak setinggi itu, kan? Bukankah tinggi badannya hanya 150 cm lebih? Tapi, yang barusan tingginya 170 cm!"     

"Tidak salah lagi! Bagaimana mungkin orang sibuk seperti Direktur Hartono sampai datang ke pesta pernikahan hanya untuk satu orang? Selain itu, sesudah menunjukkan batang hidungnya, dia buru-buru pergi begitu saja! Di sampingnya juga tidak ada seorangpun yang kita kenal."     

Semua orang mulai berdiskusi, saling memperdebatkan, dan sangat setuju dengan pernyataan Cahyadi. Chintia tidak tahan lagi dan menyahut, "Cahyadi! Apa kamu bodoh? Apa mungkin informasi dari Heaven Eyes itu palsu?"     

Cahyadi membalas sambil tersenyum, "Wapresdir Chintia masih mencoba terus bersandiwara rupanya. Itu hanyalah sebuah aplikasi. Apa susahnya merubah informasi yang ada di dalamnya dalam beberapa menit?"     

Pada saat ini, Kuncoro dan William yang masih berlutut di samping Sean mulai berbicara mewakili Sean.     

"Cahyadi, bodoh! Beraninya mempertanyakan Presdir Sean!" sahut Kuncoro, "Waktu itu aku juga tidak percaya bahwa Sean adalah Presdir Yuwono. Itu sebabnya aku sampai di titik ini! Jika kamu tetap bersikukuh pada pemikiranmu yang salah itu, jika saatnya tiba, mau mati pun kamu tidak akan tahu bagaimana caranya!"     

William menimpali, "Cahyadi, semestinya kamu bukan orang yang bodoh. Seharusnya kamu juga tahu bahwa alasan yang kamu cari-cari itu sudah terlalu mengada-ada, kan? Kamu sudah merebut istri Presdir Sean! Jadi, mau bagaimanapun, kamu sudah tamat! Itu sebabnya kamu tetap memfitnah Presdir Sean, kan?!"     

Kata-kata William membuat Cahyadi berkeringat dingin. Karena Cahyadi dan William sudah terlalu banyak berhubungan dengan satu sama lain, William si bajingan ini benar-benar bisa membaca pikiran Cahyadi.     

"Keamanan! Seret kedua anjing yang berlutut ini!" Cahyadi berteriak dengan suara yang keras, "Kalian berdua hanyalah sampah tidak berguna! Jangan pikir aku tidak tahu berapa banyak yang Sean berikan pada kalian!"     

Tak lama kemudian, dua orang gagah perkasa datang untuk membawa Kuncoro dan William keluar.     

Saat ini, Giana yang sangat panik sudah hampir menangis. Dia juga merasa bahwa Sean tidak seperti seorang presiden direktur. Itu karena selama tiga tahun terakhir, Sean sudah memperlakukan Giana dengan terlalu baik. Jika Sean adalah presiden direktur dan berasal dari keluarga terkemuka, mengapa dia mau diperlakukan seperti anjing oleh Giana?     

"Sean, sebenarnya kamu ini berpura-pura atau tidak?" tanya Giana, "Aku mohon padamu, jangan buat masalah lagi. Kamu tidak boleh membuat lelucon di hari seperti ini!"     

Giana sangat ingin membuat Sean mengatakan jawabannya. Namun, Sean tidak berdebat dan hanya menjawab dengan datar, "Selamanya kamu tidak akan bisa membangunkan orang yang pura-pura tidur. Jika aku yang bukan seorang presiden direktur bisa membuat kalian berdua merasa lebih baik, ya sudah kalau begitu. Iya, aku berpura-pura."     

Sudah dua kali Sean mengatakan bahwa dirinya adalah seorang presiden direktur. Jadi, jika mereka masih tidak percaya juga, lebih baik dia mengatakan bahwa dirinya bukan presiden direktur saja. Untuk apa repot-repot menjelaskan pada orang bodoh.     

Begitu Sean 'mengakui' bahwa dirinya berpura-pura, mantan ibu mertuanya, Lana, menghela napas lega dan datang mendekat.     

"Dasar bajingan kecil! Kamu sudah membuatku kaget setengah mati!" Lana marah-marah, "Aku bahkan mengira kamu benar-benar kaya! Sudah membuat keributan sampai selama ini, tapi ternyata kamu hanya berpura-pura! Kamu…"     

Sebelum Lana selesai berbicara, Jayadi segera menariknya dengan sangat kuat ke tempat yang jauh dan menegur dengan suara yang pelan, "Bisa-bisanya kamu masih bermain api! Sudah bosan hidup?!"     

Lana ikut berbisik, "Bukankah dia berpura-pura?"     

Jayadi menggelengkan kepalanya dan dengan penuh emosi berkata, "Dasar wanita bodoh! Kalau kamu ingin membuat masalah bagi dirimu sendiri, jangan libatkan keluarga Wangsa kami! Jika kamu masih berani memprovokasi Sean lagi, aku akan segera menceraikanmu! Pergilah bersama anak selebritimu itu!"     

Wajah Lana tiba-tiba memerah.     

Jayadi bisa melihat bahwa Sean pasti tidak sedang berpura-pura menjadi presiden direktur. Bukan karena hal lain, melainkan karena sikap Sandi terhadap Sean.     

Sementara, saat ini Singgih berada dalam dilema. Dia tidak dapat mengonfirmasi keaslian identitas Sean. Jadi, dia hanya bisa berkata, "Begini. Semuanya, silakan duduk dulu saja. Silakan minum teh. Pernikahan akan segera dimulai."     

"Presdir Sean dan putra kami adalah teman. Mereka hanya bercanda," Lusy menambahkan, "Mari kita semua duduk saja."     

Setelah mendengarkan kata-kata tuan rumah, semua orang kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Namun, pandangan mereka semua masih tertuju pada Sean.     

Sean dan Chintia duduk di meja terpisah. Chintia menyesap teh dan berkata, "Bisa-bisanya orang-orang bodoh ini meragukan identitasmu."     

Sean juga menyesap teh dan berkata, "Selain Giana dan Lana, aku rasa keluarga Pangestu dan keluarga Wangsa sudah percaya kalau aku adalah presiden direktur. Tapi, orang-orang lain…"     

Baru saja Sean berkata begitu, seorang tamu penting lain datang ke pesta pernikahan. Setelah Singgih melihat orang itu, dia segera menghampirinya dengan terkejut.     

"Bukankah ini presdir Tukupedia yang terkenal, Presdir Leo?"     

Industri e-commerce memang sedang meledak saat ini. Pada tanggal sebelas bulan sebelas tahun lalu, Tukupedia meraup volume transaksi hingga melebihi 40 triliun. Meskipun tidak sebaik pendahulunya, Tukupedia juga memiliki kedudukan penting di industri e-commerce domestik saat ini. Presdir Leo Wijaya juga seorang pria besar yang bernilai puluhan triliun.     

Leo memegang hadiah dan berjalan mendekat, lalu menjabat tangan Singgih dan berkata, "Saya hanya pernah sekali bertemu dengan Direktur Singgih di Jakarta, tapi Direktur Singgih masih bisa mengingat saya. Direktur Singgih benar-benar memiliki ingatan yang kuat rupanya."     

"Tidak, tidak. Presdir Leo menyempatkan hadir di pernikahan anak saya hari ini, bahkan sampai membawa hadiah. Benar-benar suatu kebanggaan bagi saya!" kata Singgih sambil tertawa lebar.     

"Maaf, hadiah ini bukan untuk putra Anda," tukas Leo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.