Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengejutkan Para Kalangan Atas



Mengejutkan Para Kalangan Atas

0"Halo, saya Sean Yuwono."     

Sean keluar dari mobil Maybach macan tutul putih seharga 60 milyar dengan mengenakan setelan jas putih. Semua orang begitu mengaguminya. Saat ini Sean sama luar biasa dan berharganya seperti malaikat di mata semua orang.     

Singgih tidak seperti Cahyadi dan yang lainnya yang pernah bertemu Sean. Ini adalah pertama kali keduanya bertemu. Singgih memegang tangan Sean dan menyambutnya dengan penuh semangat, "Sungguh suatu kehormatan bagi saya dan putra saya, Presdir Yuwono!"     

Lusy tak kalah terkejut dan berkata, "Presdir Yuwono sangat muda dan tampan! Benar-benar tidak terduga!"     

Sean melirik Lusy dan berkata, "Anda istri Direktur Pangestu, bukan? Ternyata memang seorang wanita cantik."     

"Presdir Yuwono bisa saja!" sahut Singgih, "Benar, dia istri saya."     

Lusy juga langsung merasa bersemangat. Sebagai seorang wanita berusia empat puluhan, dia tampak sedikit malu ketika dipuji seorang pria berusia dua puluhan seperti Sean.     

Pada saat ini, Cahyadi melihat Sean yang menatap ibunya dengan sembarangan dan bahkan mengatakan pujian tidak pantas. Dia langsung naik pitam.     

"Sean, kamu berlagak menjadi Presdir Yuwono!" tuduh Cahyadi, "Kamu sama sekali bukan Presiden Direktur Grup Citra Abadi! Kamu adalah pengawal Chintia!"     

Giana turut terkejut dan bertanya-tanya, Kenapa Chintia mau bekerja sama dan berakting bersama Sean? Semua orang yang datang ke tempat pernikahan ini adalah para orang hebat dan berkuasa di Jakarta. Apa boleh Chintia menipu semua orang seperti ini?     

Sebelum Sean sempat berbicara, Direktur Hartono melangkah maju sambil mengulurkan tangannya dan berkata, "Presdir Sean Yuwono, saya sudah lama mendengar nama Anda. Suatu kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan Anda untuk pertama kalinya."     

Sean terkejut saat melihat Direktur Hartono dan bertanya, "Direktur Hartono? Anda memiliki hubungan dengan keluarga Pangestu?"     

Jika Direktur Hartono dan keluarga Pangestu merupakan kerabat atau berteman dekat, Sean akan benar-benar sakit kepala. Meskipun Sean yakin akan memenangkan pertempuran akhirnya, tentu saja pertempuran itu akan menjadi jauh lebih sulit. Bagaimanapun juga, Direktur Hartono tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia.     

Direktur Hartono melambaikan tangan berkali-kali, lalu menjawab, "Tidak, tidak. Saya secara khusus datang ke sini untuk menemui Anda. Saya hanya mendengar baru-baru ini Anda datang ke Jakarta."     

"Sebenarnya tiga tahun yang lalu saya sempat makan malam dengan kakek Presdir Sean di LA. Kakek Presdir Sean benar-benar idola saya! Saya sudah lama memikirkan kapan saya bisa kembali mengunjungi beliau. Saya takut mengganggu beliau. Entah bagaimana keadaan beliau sekarang," terang Direktur Hartono, "Apa beliau sehat?"     

Cahyadi dan Giana sama sekali tidak menyangka, Direktur Hartono mengenal kakek Sean? Apa tidak salah?     

Sean tersenyum dan menjawab, "Kakek dalam keadaan sehat. Saya juga pernah mendengar Kakek menyebutkan tentang Direktur Hartono. Kakek selalu bilang Direktur Hartono adalah sosok yang legendaris dan seorang pebisnis berbakat yang langka ditemui dalam seratus tahun. Saya juga selalu ingin bertemu dan mengobrol dengan Anda."     

"Kakek saya sekarang ada di Inggris. Begini saja. Jika Anda sedang berada di Inggris, beritahu saya saja. Saya akan mengatur pertemuan kalian," Sean menawarkan.     

Direktur Hartono langsung menyahut dengan semangat, "Bagus sekali kalau begitu! Saya akan menambahkan Whatsapp Anda, ya?"     

Direktur Hartono berinisiatif mengeluarkan ponselnya dan memindai Whatsapp Sean. Sementara, semua petinggi bisnis yang hadir meneteskan air liur karena iri. Mereka juga sangat menginginkan nomor Whatsapp Direktur Hartono. Akan tetapi, seorang senior seperti Direktur Hartono justru berinisiatif untuk menambahkan Whatsapp seorang junior!     

Setelah menambahkan Whatsapp, Direktur Hartono berkata, "Masih ada rapat yang harus saya hadiri. Kalau begitu, saya pamit dulu."     

Direktur Hartono berjabat tangan lagi dengan Sean, lalu segera pergi meninggalkan tempat itu.     

Begitu Direktur Hartono pergi, tiba-tiba seseorang muncul dan melompat ke hadapan Sean, lalu segera belutut dan bersujud tanpa henti di depan Sean. Semua orang terkejut melihatnya, begitu pula Cahyadi yang tercengang.     

"Bukankah ini direktur perwakilan umum Kami Antar yang ada di Jakarta, Bos Kuncoro Mangun?" kata Cahyadi, "Sudah lama tidak berjumpa. Ke mana saja kamu? Kenapa bersujud pada Sean?"     

Benar. Dia adalah Kuncoro Mangun yang dulunya memecat Sean!     

Kuncoro melirik Cahyadi dan menjelaskan, "Saya sudah mencari Direktur Hendra dan memohon padanya untuk mengizinkan saya menjadi cabang perwakilannya lagi. Setelah saya memohon selama setengah bulan, barulah dia mau memberitahu bahwa saya sudah menyinggung Presdir Sean. Asalkan Presdir Sean bersedia memaafkan saya, Direktur Hendra akan bersedia untuk terus bekerja sama dengan saya."     

Setelah menjelaskan, Kuncoro terus bersujud pada Sean dan memohon, "Presdir Sean Yuwono! Tuan Sean! Saya bersalah! Pengetahuan saya dangkal sampai tidak mengenali Anda! Saat itu saya menyinggung Anda karena hasutan keluarga Wangsa. Saya tidak memiliki dendam dan kebencian terhadap Anda. Ini benar-benar kesalahpahaman! Mohon Presdir Sean Yuwono memaafkan saya!"     

Seluruh keluarga Wangsa tercengang. Jayanata pun bertanya, "Bos Kuncoro, kamu yakin Sean adalah Presdir Yuwono? Jangan membuat kesalahan!"     

Kuncoro menoleh dan langsung memarahi Jayanata, "Nenek moyangmu yang membuat kesalahan! Direktur Hendra sendiri yang memberitahuku bahwa Kak Sean sudah membubarkan kantor cabang yang kupegang! Jika bukan karenamu, aku juga tidak akan jadi begini!"     

Jayanata menelan ludah. Dia mulai berpikir dengan cemas, ​​Mungkinkah panggilan telepon Sean di pesta ulang tahun itu benar? Apakah dia benar-benar membubarkan kantor cabang Kuncoro setelah panggilan telepon itu?     

"Presdir Yuwono! Presdir Yuwono!"     

Pada saat ini, suara raungan orang lain terdengar di sana. Terlihat seorang pria paruh baya berpenampilan tak karuan yang datang mendekat.     

"Bukankah ini William Sondari dari Restoran The Storey? Bos William? Kenapa dia berpakaian sangat buruk dan kacau seperti ini?"     

"Restorannya mendapatkan tekanan dari tujuh restoran The Cloud. Setiap hari bisnisnya tidak berjalan dan sudah lama tidak bisa bertahan lagi!"     

Seseorang mengenalinya. Dia memang bos pemilik Restoran The Storey, William Sondari.     

William berjalan ke hadapan Sean dan berlutut di tempat, di sisi kanan Kuncoro. Dia ikut memohon, "Presdir Sean Yuwono! Tuan Sean! Saya bersalah! Pengetahuan saya dangkal sampai tidak mengenal…"     

"Jangan ambil kalimatku," kata Kuncoro.     

William mengabaikan Kuncoro dan melanjutkan, "Ini semua karena hasutan keluarga Wangsa! Saya sudah merasa tidak asing saat pertama kali bertemu Anda. Namun, saya benar-benar tidak punya pilihan lain di pesta ulang tahun selain melakukan hal yang sama dengan yang lain! Presdir Yuwono, anggap saja saya seperti hama dan tolong lepaskan saya!"     

William tidak tahan lagi. Setiap hari selalu ada penyanyi terkenal yang menyanyi di Restoran The Cloud. Selain itu, harga makanan di The Cloud juga lebih murah. Sean benar-benar membakar uang dan mempermainkan William, sementara William sudah tidak bisa mengikuti permainannya lagi.     

Melihat Kuncoro dan William berlutut di hadapan Sean, Cahyadi tidak lagi hanya berpikir bahwa mereka salah mengenali orang. Dia bergumam, "Mungkinkah... Sean benar-benar presiden direktur Grup Citra Abadi?"     

Pada saat ini, Sandi muncul sambil membawa ponselnya dan berkata, "Bagi mereka yang masih mempertanyakan identitas mantan ipar saya, keluarkan ponsel kalian dan periksa saja siapa presiden direktur Grup Citra Abadi di aplikasi Heaven Eye!"     

Nama dan foto presiden direktur perusahaan dapat dilihat di aplikasi Heaven Eye. Sebelumnya, Sean selalu menyembunyikan identitasnya agar orang lain tidak bisa menemukannya. Namun, hari ini Sean sudah tidak perlu lagi bersembunyi.     

Cahyadi dan Giana mengeluarkan ponsel mereka di saat yang bersamaan, lalu mencari dan memeriksanya. Benar saja, mereka melihat nama dan foto Sean ada di kolom Presiden Direktur Grup Citra Abadi!     

"Tidak!" pekik Giana. Dia sangat terkejut hingga iPhone-nya terjatuh ke tanah.     

Giana tahu bahwa informasi Heaven Eye tidak akan pernah salah. Kuncoro dan William juga tidak mungkin melakukan kesalahan. Kebenaran sudah sangat jelas. Sean Yuwono memang merupakan Presiden Direktur Grup Citra Abadi.     

"Nenek? Nenek? Nenek kenapa?"     

Sandi merasa bangga menjadi satu-satunya orang di tempat kejadian yang mengetahui identitas Sean terlebih dahulu, selain Chintia. Akan tetapi, Nenek Wangsa yang sedari tadi duduk di kursi tiba-tiba pingsan.     

"Bu? Ibu kenapa? Aku akan mengantar Ibu ke rumah sakit!"     

Jayanata cepat-cepat menggendong Nenek Wangsa. Namun, Jayadi dan Lana buru-buru berkata, "Biar kami yang antar!"     

Jayanata menggendong Nenek Wangsa dan menolak untuk melepaskannya. Saat ini, siapa yang berani menghadapi Sean? Seluruh keluarga Wangsa ingin melarikan diri.     

"Biar aku yang mengantar Ibu. Ini hari pernikahan putrimu. Lebih baik kalian di sini saja."     

Setelah mengatakannya, Jayanata cepat-cepat pergi, seolah sedang melarikan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.