Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana Menyesal!



Giana Menyesal!

0Di hotel yang megah, Giana yang berbalut gaun pengantin putih menolak pernikahan itu di depan umum. Benar saja, kontan terjadi keributan di tempat.     

Sejak Sean mengungkapkan bahwa dirinya merupakan seorang presiden direktur, hati Giana terguncang hebat. Ditambah lagi saat Giana melihat para orang terkemuka tunduk pada Sean, dia merasa bahwa mantan suaminya itu merupakan raja penguasa Jakarta.     

Mantan kekasih hatinya sekarang menjadi orang kaya yang dikagumi semua orang. Bagaimana bisa Giana menikahi Cahyadi dengan tenang?     

Giana tidak menyukai Cahyadi yang merupakan seorang buaya darat. Dia tidak setampan Sean dan kepribadiannya pun tidak selembut Sean. Lebih baik Sean saja yang menjaga dan memanjakannya.     

Satu-satunya kelebihan yang dimiliki oleh Cahyadi adalah latar belakang keluarganya yang baik dan dapat membantu keluarga Wangsa. Namun, sekarang Cahyadi bahkan tidak lagi memiliki satu-satunya keuntungan yang bisa dibandingkan dengan Sean. Karena itu, Giana tidak ragu untuk menolak Cahyadi di tempat.     

Giana yang berbalut gaun pengantin putih segera berlari turun dari panggung dengan berderai air mata. Dia langsung melompat ke pelukan Sean sambil berteriak, "Sean, aku mencintaimu!"     

Keributan di tempat kejadian menjadi semakin ramai dan heboh.     

"Ya Tuhan! Bahkan pengantin wanita berlari dan memeluk laki-laki lain di pernikahannya!"     

"Haha! Ada banyak tontonan seru di sini!"     

Cahyadi yang berbalut setelan jas masih berdiri di atas panggung dan dikhianati begitu saja.     

Sean tetap duduk dengan tenang di kursi, namun diam-diam perasaannya tidak karuan saat merasakan pelukan dari mantan istrinya. Ada kegembiraan dan kebanggaan, tetapi ada juga kebencian dan kemarahan.     

Sean teringat saat dirinya mengenakan seragam pengantar makanan yang terlihat sederhana dan mengantarkan makanan ke Hotel Raffles. Hari itu, dia berdiri di depan Cahyadi dan Giana. Giana mengatakan pada Sean dengan mantap bahwa orang sepertinya tidak pantas memasuki hotel itu.     

Jika dipikir-pikir lagi, mereka berdua tidak pernah membayangkan bahwa akan terjadi pemandangan seperti hari ini.     

Chintia yang duduk di sebelah Sean mengeluarkan sebatang rokok dari tasnya dan menyalakannya, kemudian tersenyum mengejek. "Giana… Giana… Kamu pikir Sean akan memaafkanmu jika sekarang kamu berlari padanya seperti ini?"     

Sudut bibir Chintia terangkat hingga terbit sebuah senyum sinis. Sebagai seorang wanita, dia benar-benar ingin mengatakan pada Giana, 'Jka sejak awal sudah tahu akan begini, kamu tidak akan bertindak seperti itu!     

Sebagai tuan rumah, Singgih tidak menyangka ini semua akan terjadi. Wajah, tangan, dan kakinya gemetar. Di tempat pernikahan, menantu perempuannya sendiri malah berlari ke pria lain dan mengatakan bahwa dia mencintai pria itu.     

Ini penghinaan! Ini penghinaan bagi keluarga Pangestu! Mau ditaruh di mana muka keluarga Pangestu?!     

Tepat pada saat ini, tiba-tiba Jayadi melangkah maju dan menarik Giana dari pelukan Sean. Lalu, dia menampar putrinya dengan kejam!     

Plak!     

"Kamu sudah gila!" bentak Jayadi yang panik, "Tindakanmu ini sudah menyinggung keluarga Wangsa! Kamu ingin menyeret kami ke liang kubur bersamamu?!"     

Jayadi tahu betapa seriusnya masalah ini. Giana telah membuat keluarga Pangestu kehilangan muka dan menjadi bahan olok-olokan di Jakarta. Bagaimanapun, keluarga Pangestu bukanlah seseorang yang bisa ditandingi keluarga Wangsa dan mereka pasti akan memberikan pembalasan bagi keluarga Jayadi.     

Lana segera datang, memeluk Giana dengan sedih, dan memarahi Jayadi, "Jayadi, kenapa kamu memukul putrimu? Giana dan Sean sudah pernah menikah selama tiga tahun dan memiliki perasaan yang mendalam satu sama lain! Benar saja Giana memilih Sean! Lagi pula, bukankah sekarang Sean juga seorang presiden direktur?"     

"Kamu…! Dasar wanita mata duitan! Tutup mulutmu!"     

Jayadi sangat marah dan benar-benar naik pitam. Dia mengangkat tangannya lagi dan ingin menampar Lana.     

Jayadi tahu bahwa Sean tidak akan menerima Giana kembali. Dia juga tahu bahwa kedatangan Sean hari ini bukan untuk merebut mempelai wanita. Tidak peduli bagaimanapun Giana memohon, tidak akan ada gunanya.     

Sekarang Giana sudah menikah dengan Cahyadi dan menjadi menantu keluarga Pangestu. Satu-satunya pilihan baginya saat ini adalah tetap memilih untuk hidup dengan keluarga Pangestu terlebih dahulu. Jika tidak, Giana tidak mendapatkan apapun dari Sean maupun keluarga Pangestu karena dia sudah menyinggung keduanya.     

Sean tidak mengatakan sepatah kata pun tentang urusan keluarga Wangsa.     

Ketiga orang ini memang berhubungan dengannya di masa lalu. Mereka dulu adalah istrinya, ayah mertuanya, dan ibu mertuanya. Tapi, sekarang mereka semua tidak ada hubungannya lagi dengan Sean.     

Sean bangkit dari tempat duduknya, mengancing jasnya dengan rapi, dan berkata, "Ini benar-benar 'pernikahan paling kalangan atas' di dunia! Tidak heran jika Tuan Muda Cahyadi bersikeras menyuruh saya untuk menghadirinya. Karena saya sudah menyaksikan pernikahannya dan masih ada urusan di kantor, saya pamit dulu."     

Chintia memadamkan rokok Nona Capri yang baru saja dinyalakannya dan berkata, "Saya juga sudah harus pergi."     

Leo yang duduk di meja yang sama buru-buru ikut berdiri sambil berkata, "Presdir Sean, Wapresdir Chintia, tunggu saya. Saya juga sudah tidak mau menghadiri pernikahan ini. Saya akan pergi bersama kalian."     

Setelah mereka bertiga pergi, para tamu di meja-meja lain menghampiri Singgih untuk berpamitan.     

"Direktur Singgih, saya masih ada urusan di perusahaan. Saya pamit dulu."     

"Ada panggilan mendesak dari pegawai. Maaf, ya… Saya pamit dulu."     

"..."     

Tak lama kemudian, hanya ada dua meja tersisa di aula pernikahan yang awalnya ramai. Kedua meja itu bahkan ditempati kerabat keluarga Pangestu sendiri. Pada dasarnya, semua mitra bisnis yang hadir kini telah menghilang.     

Orang-orang ini merupakan orang-orang pintar, Jadi tentu saja mereka akan berpihak pada orang yang berkuasa.     

Siapa yang berani berurusan dengan keluarga Pangestu setelah mengetahui bahwa keluarga Pangestu berkonflik dengan Sean? Jika kabar mengenai mereka yang masih berada di sini sampai ke telinga Sean, bisa-bisa mereka akan bernasib sama dengan puluhan perusahaan sial yang ditutup oleh Sean dan entah kapan mereka akan dihabisi.     

"Argh!"     

Cahyadi mengangkat kursi dan melemparkannya ke atas meja. Dia telah mempersiapkan pernikahan yang menelan biaya miliaran rupiah, tetapi justru tidak ada yang menghadiri,     

Melihat ini semua, Singgih masih menunjukkan sikap yang tenang dan membujuk putranya, "Cahyadi, bawalah Giana ke rumah barumu. Hari ini adalah hari besar kalian. Kalian sebagai pengantin baru tidak perlu memikirkan hal ini. Ayah dan ibumu akan membereskannya!"     

Singgih kemudian berkata pada Giana, "Giana, aku tahu bahwa kamu ingin kembali ke pelukan Sean sekarang, tapi kamu juga sudah melihat bahwa Sean tidak menginginkanmu sama sekali. Kamu sudah menjadi menantu keluarga Pangestu kami secara hukum. Bersyukurlah saja!"     

"Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan Sean, keluarga Pangestu kami juga memiliki aset puluhan triliun yang lebih tinggi dari keluarga Wangsa kalian! Jika kamu menjadi menantu keluarga Pangestu, kamu tidak akan menderita!" kata Singgih lagi.     

Giana menggigit bibirnya dan tidak berbicara.     

Setelah itu, Giana dan Cahyadi naik ke mobil mereka, sementara Singgih dan Lusy juga naik ke mobil mereka sendiri. Mereka semua meninggalkan lokasi pesta pernikahan dan pulang ke rumah masing-masing.     

Giana dan Cahyadi kembali ke rumah baru mereka yang penuh dengan hiasan di kawasan perumahan di Senopati. Tetapi, keduanya saling diam.     

Sesudah mereka sampai di rumah, Giana bahkan tidak mengganti alas kakinya dengan sandal ataupun membersihkan riasannya. Dia hanya duduk di ruang tamu dengan linglung.     

Awalnya, Cahyadi sangat marah pada Giana yang sudah memeluk Sean di pesta pernikahan dan membuatnya sangat malu. Hanya saja, begitu dia melihat penampilan menawan Giana, dia berpikir, Lagi pula, aku juga bukan pria sok suci. Lebih baik aku membujuknya saja. Sayang jika wanita secantik ini tidak dinikmati selama beberapa hari.     

Cahyadi berinisiatif melepaskan sepatu Giana, pergi ke kamar mandi untuk mengisi bak mandi, kemudian berkata, "Istriku, aku sudah menyiapkan air untukmu. Kamu mandi busa dulu saja."      

Cahyadi mengulurkan tangannya untuk menarik Giana, tetapi Giana menepisnya begitu saja sambil berkata, "Jangan sentuh aku! Malam ini kita akan tidur di kamar terpisah!"     

"Apa?!"     

Cahyadi menikahi Giana dan ingin menjadikan wanita itu sebagai istrinya karena menginginkan tubuhnya. Tapi, bisa-bisanya sekarang Giana tidak membiarkannya tidur di kamar yang sama?     

Sebelumnya, Cahyadi selalu mengolok-olok Sean. Dia tidak pernah menyangka bahwa sekarang dia akan mengalami hal yang sama seperti Sean. Cahyadi benar-benar kesal.     

"Giana! Kamu pikir kamu masih suci? Kamu mau berpura-pura masih perawan? Kamu pikir dengan berbuat seperti ini, kamu bisa kembali ke sisi Sean? Jangan bermimpi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.