Ingin Kukatakan Sesuatu

Bertemu Giana Lagi



Bertemu Giana Lagi

0Cahyadi pergi ke Pengadilan Negeri dengan diantar sopir dan ditemani dua pengawal dari rumah. Bahkan, ada juga pengawal khusus di depan dan belakang mobilnya.     

"Kamu takut Sean membalas dendam pada Cahyadi?" kata Singgih dengan penuh amarah, "Coba saja kalau dia berani menyentuh putraku!"     

Di rumah, wajah Singgih terlihat muram dan urat-urat di wajahnya terlihat. Singgih sudah bisa menebak mengapa Lusy memberikan wanita-wanita untuk putranya.     

Lusy khawatir Sean akan mengebiri Cahyadi, jadi dia meminta Cahyadi untuk memberikan keturunan terlebih dahulu agar jangan sampai Cahyadi bahkan tidak bisa memiliki anak. Persiapan seperti ini termasuk sangat menyedihkan.     

"Bagaimana kamu tahu kalau Sean tidak akan berani?" balas Lusy, "Kamu juga lihat sendiri hari ini. Andy, John, semua memandangnya seperti tuan mereka. Padahal, mereka berdua adalah orang-orang bengis yang tidak kenal hukum. Mana ada hal yang tidak berani mereka lakukan?"     

Prang!     

Singgih melempar vas bunga ke lantai dengan penuh emosi. Lalu, dia berkata dengan geram, "Putraku akan celaka! Aku akan bertarung dengan Sean sampai titik darah penghabisan!"     

Lusy menggelengkan kepalanya dan berkata, "Singgih, kamu tidak perlu terlalu khawatir. Jika Sean benar-benar ingin melakukan sesuatu pada putra kita, dia pasti sudah melakukannya sejak lama."     

"Bagaimana aku tidak khawatir?" balas Singgih dengan emosi, "Alasan mengapa dia tidak bertindak adalah karena Giana. Dia ingin melihat Giana menikahi Cahyadi sebelum mulai membalas dendam dan itu artinya mulai hari ini!"     

Lusy memegang tangan Singgih dan berkata, "Kamu urus dulu saja masalah perusahaan. Besok pagi-pagi benar, aku akan pergi menemui Sean di Grup Citra Abadi. Semoga masalah ini dapat diselesaikan."     

Singgih mengangguk. Tentu akan sangat bagus jika masalah ini dapat diselesaikan secara damai. Bagaimanapun juga, kekuasaan yang dimiliki oleh Sean terlalu besar dan tidak terduga. Keluarga Pangestu sama sekali bukan tandingannya.     

———     

Pada pukul sebelas malam, sebuah Landaulet Maybach berwarna putih bersih dan tanpa cacat perlahan melaju ke area Pondok Indah. Perbedaan antara mobil mewah ini dengan mobil mewah lainnya adalah mobil ini agak terlihat seperti kereta karena memiliki kokpit depan dan belakang yang terpisah. Selain itu, atap bagian belakang mobil ini juga dapat dibuka.     

Kebetulan cuaca Jakarta di bulan Mei sedikit panas, diikuti dengan angin sepoi-sepoi di malam hari. Dari kejauhan, bagian depan mobil terlihat mewah di tengah gelapnya malam. Sementara di bagian belakang mobil, lampu menyala dan atapnya terbuka. Cahaya yang memancar dari jok belakang memberikan kesan yang mewah pada mobil itu. Kemewahan mobil itu membuat orang yang melihatnya hanya bisa menghela napas.     

Di kursi belakang, samar-samar terlihat seorang pria berjas putih sedang duduk dan minum sampanye. Para wanita di sepanjang jalan ingin berlutut dan meminta nomor teleponnya.     

Pangeran! Benar-benar seperti seorang pangeran di negeri dongeng! Tidak ada wanita yang layak untuk bersanding dengannya!     

Saat mobil hendak memasuki gerbang perumahan, Hilda menghentikan 'kereta mewah' ini dan berteriak memanggil, "Sean! Presdir Sean!"     

Sean melirik ke kanan dan perlahan-lahan menurunkan jendela mobil. Meskipun atap mobil itu terbuka, jendelanya tertutup.     

"Hilda?"     

Tentu saja Hilda bukan satu-satunya orang yang ada di sana. Giana berada di sampingnya.     

Giana mengenakan gaun Chanel hitam. Dia masih terlihat sangat cantik, memikat, berkelas, dan elegan. Melihat penampilan Giana, Sean tersadar bahwa kecantikan seseorang tidak akan banyak dipengaruhi oleh suasana hati atau karakternya.     

"Sean…" Giana memanggil Sean.     

Meskipun Giana mengenakan pakaian mahal, sekarang dia sedang berdiri di luar mobil seharga puluhan milyar. Tentu saja dia merasa seperti seorang pengemis. Sementara, Sean duduk di dalam mobil mewah seperti seorang pangeran pada zaman kuno.     

Sean mengabaikan Giana, tetapi menatap Hilda. Sejujurnya, hubungan Sean dan Hilda dalam tiga tahun terakhir tidak terlalu buruk. Hilda bisa dibilang sahabat Giana yang paling baik terhadap Sean di antara teman-temannya yang lain.     

Semua teman Giana yang lain memandang rendah Sean. Mereka tidak pernah menatap Sean setiap kali bertemu dan selalu memperlakukan dirinya layaknya seorang pelayan, seperti membawakan barang-barang saat di mal serta membelikan makanan dan minuman. Sean benar-benar diperlakukan sebagai seorang pelayan.     

Lain halnya dengan Hilda. Dia tidak pernah mengejek Sean dan bahkan sering mengundang Sean untuk makan malam. Mungkin karena Hilda lebih mementingkan penampilan dan menyukai pria tampan. Kebetulan, Sean cocok dengan seleranya.     

Hilda terlihat murah hati dan apa adanya. Tetapi, karena dia membungkuk, rambut panjangnya yang indah jatuh begitu saja dan menghalangi penglihatannya. Lagi-lagi Hilda menarik rambutnya ke belakang, kemudian berkata, "Haha! Sean, aku kira kamu sudah tidak mengenalku lagi setelah menjadi Presdir Sean."     

Sean tersenyum dan menjawab, "Bagaimana mungkin? Aku masih berutang mentraktirmu makan beberapa kali."     

"Haha! Aku dan Giana kemari untuk meminta makan padamu," kata Hilda, "Biarkan kami datang melihat rumah mewahmu, ya?"     

Sean melirik Giana, kemudian berkata pada Hilda, "Aku menyambut Nona Hilda ke rumahku, tapi ini hari besar bagi Nyonya dan Tuan Cahyadi dan sekarang sudah sangat larut. Lebih baik jangan ke rumah untuk menghindari kesalahpahaman."     

Hilda segera mengeluarkan akta cerai dari tas Giana dan menyerahkannya pada Sean sambil berkata, "Kesalahpahaman apanya? Giana dan Cahyadi sudah bercerai!"     

Sean melirik akta cerai Giana sebelum mengembalikannya ke Hilda, tetapi dia menggelengkan kepalanya dan tidak berbicara. Tentu saja Sean tahu mengapa Giana bercerai.     

Hanya saja, dia tidak menyangka Giana akan menceraikan Cahyadi di hari pernikahan mereka.     

Melihat Sean tidak mengatakan apapun, Hilda menempel di jendela mobil sambil memohon dengan genit, "Kakak Sean, biarkan kami masuk bersamamu, ya? Kenapa? Kamu takut kami akan melakukan sesuatu padamu?"     

Sean tahu bahwa Hilda selalu berbicara apa adanya. Selamanya dia juga tidak akan bisa melawan Hilda dalam hal lelucon kotor.     

Sean tidak terlalu menyukai Hilda karena kehidupan pribadinya yang cukup berantakan. Giana dulunya merupakan seorang gadis kecil yang penurut dan polos. Tetapi, semenjak semakin lama bersama Hilda, Giana perlahan-lahan berubah menjadi gadis yang buruk.     

Melihat penampilan keduanya hari ini, mereka bersikeras untuk tetap masuk. Sean juga tahu bahwa jika dia menolak Giana hari ini, wanita itu akan tetap terus datang padanya.     

"Masuklah ke mobil," kata Sean.     

"Terima kasih, Presdir Sean!"     

Hilda berinisiatif membuka pintu penumpang bagian depan untuk membiarkan Giana dan Sean duduk di kursi belakang. Kursi depan jelas benar-benar berbeda dari kursi belakang. Ruang di kursi depan benar-benar tertutup. Sementara, bintang-bintang dapat terlihat jelas di kursi belakang jika mendongakkan kepala.     

Kursi belakang sangat luas, seperti kabin pesawat terbang kelas satu atau kursi bisnis kereta api yang sangat nyaman. Terdapat pula meja dan tempat untuk gelas sampanye. Setelah Giana duduk, dia menjadi sangat bersemangat.     

"Beginilah seharusnya mobil suamiku! Maybach edisi terbatas! Aku belum pernah melihatnya sebelumnya! Benar-benar sangat nyaman! Bahkan di sini juga ada sampanye!"     

Setelah Giana duduk, tangan kirinya kebetulan menyentuh gelas sampanye yang ada di sebelahnya. Dia mengambil gelas kosong dan bertanya pada Sean, "Bisakah kamu menuangkan segelas untukku?"     

Sean meminum sampanyenya sendiri, lalu menoleh ke kiri dan mengabaikan Giana. Karena kursi barisan depan tidak dapat melihat situasi di barisan belakang, Hilda tidak dapat melihat situasi memalukan yang Giana alami saat ini.     

Dalam dua menit, mobil akhirnya berhenti. Sopir membukakan pintu untuk Sean, kemudian dia membawa kedua tamu memasuki rumahnya.     

Begitu memasuki lantai satu rumah Sean, Giana dan Hilda dikejutkan dengan berbagai dekorasi mewah yang ada di rumah tersebut. Mereka berdua adalah wanita cantik berkulit putih yang kaya raya. Mereka sudah pernah memasuki berbagai macam rumah. Akan tetapi, rumah milik Sean ini memiliki kemewahan dan keindahan yang jauh di luar pemahaman mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.