Ingin Kukatakan Sesuatu

Perceraian Giana!



Perceraian Giana!

0Hilda dan Giana sama-sama terkejut melihat berita tersebut. Ini karena hotel yang diberitakan merupakan hotel milik keluarga Pangestu. Kebanyakan hotel di bawah bintang empat merupakan milik keluarga mereka.     

Giana membuka berita tersebut dan melihat bahwa nama-nama hotel itu, tanpa terkecuali, semuanya adalah hotel keluarga Pangestu. Giana sangat panik hingga tidak bisa berkata-kata, "Ini…"     

Hilda hanya menghisap rokok Nona Capri-nya dan berkata, "Ini pasti perbuatan Sean. Aku tidak menyangka Sean yang terlihat jujur selama tiga tahun ini, ternyata semua hanya pura-pura. Begitu membalas dendam, dia melakukannya dengan cukup kejam."     

"Begitu banyak privasi tamu yang bocor. Nama Hotel Harmony akan tercemar. Besok harga sahamnya pasti akan anjlok," kata Hilda, "Jika hanya kehilangan uang, itu masalah sepele. Hanya saja, sepertinya tidak akan ada orang yang mau menginap di hotel ini lagi. Aku dengar baru-baru ini uang keluarga Pangestu habis untuk membeli hotel-hotel secara membabi buta di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sepertinya semua uang ini juga habis dengan sia-sia."     

Giana mengguncang lengan Hilda dengan cemas dan bertanya, "Keluarga Pangestu tidak mungkin tamat, kan?"     

Hilda mengembuskan asap rokok berbentuk cincin kecil, lalu menjawab, "Ada kemungkinan."     

Tepat pada saat itu, ponsel Giana berdering dan orang yang meneleponnya adalah Cahyadi. Giana dan Hilda kontan saling melirik. Lalu, Giana menerima panggilan Cahyadi dengan speaker menyala.     

Begitu telepon diangkat, Cahyadi langsung meminta maaf, "Giana, maafkan perbuatanku barusan. Seharusnya aku tidak berbicara seperti itu padamu."     

Giana tidak berbicara. Sementara, Cahyadi melanjutkan, "Begini. Kamu sudah membaca berita? Ada masalah dengan hotel kami dan kami butuh uang untuk membalikkan keadaan. Bisakah keluargamu meminjamkan 200 miliar pada keluarga kami? Aku jamin aku akan segera mengembalikannya padamu. Aku bahkan akan mengembalikan 100 miliar lebih banyak!"     

Giana sontak terkejut. Cahyadi sudah mencapai titik di mana dia bahkan harus meminjam uang dari keluarga Wangsa? Giana sangat kebingungan dan berkata, "Kamu juga tahu, semua uang keluarga kami ada di tangan Nenek. Mereka tidak akan mendengarkan ucapanku."     

Cahyadi terus memohon, "Aku mohon, Giana. Bisakah kamu pergi ke Nenek dan meminta pinjaman? Aku tidak akan meminta jika tidak benar-benar memerlukannya. Selama kamu bersedia meminjamkan uang kepada kami, aku akan menyetujui semua syaratmu!"     

Giana berlagak tertekan dan tidak menolak secara langsung, "Kalau begitu, aku akan menelepon dan menanyakannya pada Nenek."     

Begitu Giana menutup telepon, Hilda mematikan rokoknya dengan semangat dan berkata, "Keluarga Pangestu benar-benar tamat. Jika terus seperti ini, bahkan meskipun kamu melahirkan anak Cahyadi, kamu tidak akan bisa mendapatkan satupun properti darinya. Lebih baik segera bercerai saja."     

Tanpa disangka, saat Giana masih ragu-ragu untuk menghubungi Nenek Wangsa, ternyata neneknya menelepon terlebih dahulu.     

"Halo, Nenek? Aku baru saja ingin menelepon Nenek. Cahyadi ingin meminjam uang dariku," Giana segera memberitahu Nenek Wangsa, "Dia ingin meminjam 200 miliar. Dia bilang akan segera mengembalikannya pada kita, bahkan akan melebihkan 100 miliar."     

"Meminjam uang? Pinjam saja pada nenek moyangnya! Kita keluarga Wangsa tidak punya uang untuk dipinjamkan padanya!" Nenek Wangsa berkata dengan marah di telepon, "Keluarga Pangestu sudah tamat! Giana, cepat ceraikan Cahyadi dan jangan berikan bantuan apapun pada mereka!"     

"Setelah bercerai, Nenek mau kamu segera mendapatkan Sean kembali! Sean yang seharusnya menjadi cucu menantu Nenek!" tambah Nenek Wangsa, "Nenek tidak peduli cara apa yang kamu gunakan. Gunakan cara apa pun untuk memikatnya! Berlutut pun juga tidak apa! Kamu harus mendapatkannya kembali! Jika tidak, jangan sebut dirimu sebagai bagian dari keluarga Wangsa!"     

Tut… Tut...     

Setelah selesai berbicara, Nenek Wangsa langsung menutup telepon. Giana justru sangat senang karena neneknya memiliki pemikiran yang sama dengannya. Mereka sama-sama ingin Giana kembali rujuk dengan Sean.     

"Ayo! Kita pergi ke rumah orang tua Cahyadi dan segera bercerai!"     

Hilda dengan cepat menarik lengan Giana, lalu mereka berdua bangkit dan segera pergi.     

———     

Hilda, Giana, Cahyadi, dan orang tua Cahyadi duduk di sofa ruang tamu lantai satu kediaman keluarga Pangestu.sambil minum teh.     

Giana merasa tidak enak hati untuk membahas perceraian, jadi Hilda mewakilkannya berbicara, "Om Singgih, Tante Lusy, saya tahu hotel kalian sedang mengalami masalah dan membutuhkan uang dengan segera. Giana juga tidak mendapatkan pinjaman dari neneknya. Dia hanya memiliki beberapa ratus juta dan saya hanya memiliki beberapa puluh juta. Jika lebih dari ini, saya harus meminjamnya pada suami saya. Meskipun hanya sedikit, ambil saja."     

Hilda mengeluarkan kartu ATM dari tasnya. Namun, Singgih cepat-cepat mengembalikan kartu ATM itu.     

"Saya tidak bisa menerima uang Nona Hilda," kata Singgih, "Kami memang sedang membutuhkan uang, tapi saya bisa menyelesaikannya sendiri!"     

Singgih merasa sangat malu dan tidak memiliki muka untuk menghadapi Giana, menantunya ini. Awalnya Giana menikah dengan keluarga kaya raya, tetapi keluarga Pangestu sudah ingin meminjam uang darinya di hari pertama pernikahan. Ini benar-benar sangat memalukan!     

"Baiklah kalau begitu. Jika masih ada yang dibutuhkan, silakan temui saya," Hilda melanjutkan, "Di satu sisi, saya sebagai orang luar tidak seharusnya terlibat dalam masalah ini. Tapi, di sisi lain, Giana adalah sahabat terbaik saya, jadi kebahagiaannya adalah kebahagiaan saya. Dia dan Cahyadi benar-benar tidak cocok. Tidak akan ada hasilnya jika mereka memaksakan diri untuk bersama. Saya harap kalian mengizinkan mereka untuk bercerai."     

Wajah Singgih, Lusy, dan Cahyadi langsung menjadi pucat.     

Singgih merenung sejenak, lalu berkata, "Saya tidak meminta Nona Giana untuk tinggal, apalagi berbagi suka dan duka dengan keluarga Pangestu. Jika Nona Giana ingin bercerai, maka bercerai saja!"     

"Nona Hilda benar. Saya juga setuju," Lusy menimpali.     

Menurut Lusy, manfaat dari perceraian Cahyadi dan Giana jauh lebih besar daripada kerugiannya. Sekarang keluarga Pangestu menjadi sasaran karena Sean. Jika Cahyadi terus berusaha menguasai wanita Sean, hal itu akan sangat membahayakan Cahyadi sendiri.     

Cahyadi mengepalkan tangan kanannya erat-erat. Dia tidak rela kehilangan wanita yang bahkan belum sampai satu hari dinikahinya. Cahyadi pun berseru dengan lantang, "Aku tidak akan bercerai!"     

Plak!     

Lusy melayangkan tamparan ke wajah Cahyadi.     

"Hanya karena kamu merebut wanita Sean, perusahaan ayahmu saat ini diserang! Kamu masih bertingkah tidak peduli seperti ini?!" Lusy memaki Cahyadi, "Segera ceraikan Nona Giana. Beritahu teman-temanmu yang tahu kamu pernah tidur dengan Nona Giana, bilang pada mereka bahwa itu hanya bualan dan tidak ada yang terjadi antara dirimu dan Nona Giana. Dengar, tidak?!"     

Lusy sangat jarang menegur Cahyadi. Dalam beberapa tahun terakhir, Cahyadi belum pernah melihat ibunya semarah ini. Cahyadi bahkan menangis. Seorang pria dewasa meneteskan air mata di hadapan tiga orang wanita.     

Cahyadi berdiri dengan enggan dan berseru, "Cerai, ya, cerai! Giana, aku akan membuatmu menyesal suatu hari nanti!"     

Giana tahu bahwa Cahyadi tidak ingin berdamai. Tanpa banyak bicara, Giana hanya berkata, "Aku akan menunggumu di Pengadilan Negeri."     

Setelah mereka selesai berbicara, Giana dan Hilda pamit terlebih dahulu.     

Begitu keduanya pergi, Lusy menyeka air mata Cahyadi dengan tisu dan berkata, "Nak, jangan menangis. Saat kamu pulang sesudah bercerai, Ibu menyiapkan beberapa wanita untukmu. Semuanya ada di kamar di lantai dua. Dua hari ini kamu tidak usah pergi ke mana-mana. Tiduri saja wanita-wanita itu. Dengar, tidak?"     

"Hah?" Cahyadi tertegun. Bahkan air matanya berhenti mengalir. Dia pun bertanya, "Bu, apa maksud Ibu?"     

Cahyadi tidak mengerti, Mengapa Ibu menyiapkan wanita untukku? Memangnya perlu menyiapkan hal-hal seperti ini setelah bercerai?     

"Jangan khawatir. Pokoknya dengarkan saja kata-kata Ibu," kata Lusy, "Semua wanita ini sangat cantik. Kamu pasti menyukai mereka."     

Cahyadi menelan ludah, "Oh…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.