Ingin Kukatakan Sesuatu

Ingin Kembali Bersama?



Ingin Kembali Bersama?

0Sean tidak ke sini untuk mengambil kembali gelang giok itu.     

"Saya tidak akan mengambil apa yang sudah saya berikan. Terlebih lagi, saya tidak ingin memakan makanan di keluarga Wangsa secara cuma-cuma selama tiga tahun ini," kata Sean.     

Hidup Sean bergantung pada keluarga Wangsa selama tiga tahun terakhir dan dia juga tidak ingin menjadi bahan pergunjingan karena hal ini.     

Nenek Wangsa mengangguk-angguk sambil mengambil kembali gelang giok ini. Nenek Wangsa selalu menyukai gelang ini. Bahkan, ketika kemarin Nenek Wangsa mengetahui bahwa gelang ini benar-benar merupakan pemberian Sean, dia memegangi gelang ini hingga tertidur pulas.     

Sean menggendong Holly si pudel dan berkata, "Jika tidak ada hal lain lagi, saya permisi dulu."     

"Tunggu sebentar," Giana cepat-cepat menghentikan Sean dan berkata, "Aku ingin mengobrol berdua denganmu. Tidak akan memakan waktu lama."     

Lana mendekat dan berkata, "Benar, Sean. Kamu bahkan belum sampai semenit berada di sini. Kamu sudah ingin pergi tanpa duduk terlebih dahulu? Kamu terlalu tergesa-gesa."     

Nenek Wangsa turut memohon untuk Giana, "Bagaimanapun juga, kalian pernah menjadi suami dan istri selama tiga tahun. Jika kamu tidak setuju lagi, bisa-bisa cucuku Giana ini akan berlutut lagi dan memohon padamu."     

Begitu Sean melihat lutut merah Giana, dia juga benar-benar tidak ingin melihat Giana berlutut lagi. Dia akhirnya menjawab, "Baiklah."     

Giana tidak bisa naik tangga, jadi Sean menemaninya naik lift sampai di sebuah kamar di lantai dua. Begitu memasuki kamar, Sean melihat bahwa kamar ini ditata dengan sangat hati-hati. Gaya dan suasana kamar ini sama dengan kamar Giana di Alam Sutera.     

Selagi melamun, Sean membayangkan dirinya sedang kembali ke rumah yang ditinggalinya selama tiga tahun terakhir.     

"Sean, tidak ada bangku di ruangan ini. Kita berbicara sambil duduk di tempat tidur saja."     

Giana duduk di tempat tidur terlebih dahulu. Tentu saja Sean tidak memilih untuk duduk di sampingnya     

"Aku berdiri saja," kata Sean.     

Giana tidak memaksa Sean dan menundukkan kepalanya, seperti seorang siswi SMP yang pemalu. Dia menggosok-gosok kedua tangannya dan kedua kakinya tertutup rapat. Suaranya juga terdengar sangat lembut.     

"Begini… Soal kemarin… Terima kasih."     

Giana mengangkat kepalanya dan menatap Sean. Ketika Sean melihatnya, dia merasa saat ini Giana sangat mirip dengan saat keduanya pertama kali bertemu.     

Saat mereka pertama kali bertemu, Giana masih seorang mahasiswi. Keluarga besarnya menjodohkannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dikenalnya untuk menjadi suaminya. Di malam pertama mereka, Giana juga berbicara dengan lembut seperti ini. Itu juga merupakan saat-saat yang paling Sean sukai dari Giana.     

Tentu saja, Giana berlaku seperti ini atas instruksi Hilda. Hilda percaya bahwa bagian terbaik dari suatu hubungan adalah pertemuan pertama, jadi dia meminta Giana untuk membuat suasana seperti saat pertama kali berkenalan dengan Sean.     

"Berterima kasih padaku?"     

Sean cukup terkejut. Dia kemarin benar-benar berhati dingin dan sangat kejam pada Giana. Dia bahkan membiarkan Giana berlutut sambil diguyur hujan lebat di halaman rumahnya selama dua jam dan tidak menganggapnya sedikitpun.     

Bukannya membenci Sean, Giana justru berterima kasih padanya?     

"Perawat... sudah memberitahukan semuanya padaku," Giana berkata dengan lembut. Dia masih merasa malu-malu saat mengucapkan kalimat ini.     

"Oh."     

Baru pada saat itulah Sean mengerti apa yang sedang terjadi. Ternyata perawat tidak mengikuti instruksinya dan mengatakan yang sebenarnya pada Giana. Namun, kebenaran yang sesungguhnya tetap tidak terlihat.      

Saat Giana pingsan, Sean membawanya ke dalam rumah agar tidak terus kehujanan. Hal ini wajar dilakukan oleh sesama manusia. Belum lagi, Giana adalah mantan istrinya. Bahkan, jika itu seorang yang asing atau tunawisma sekalipun, Sean akan tetap berbuat seperti itu. Entah perawat itu mengikuti instruksi Sean atau tidak, dia juga tidak peduli.     

Tanpa disangka, Giana berkata, "Sean… Mengenai apa yang kamu perbuat padaku tadi malam… Aku tidak menyalahkanmu."     

Sean langsung tertegun. Dari cara bicara Giana, seolah-olah Sean sudah mengambil keuntungan darinya. Sean malah jadi naik pitam.     

"Benar! Begitu melihatmu pingsan tadi malam, aku menggendongmu dari halaman dan membawamu masuk ke rumah. Kenapa? Apa aku tidak boleh menggendongmu? Hanya karena aku menggendongmu sebentar, kamu sudah mau menyalahkanku? Iya?!"     

Sean benar-benar marah karena Giana sudah memperlakukannya seperti ini selama tiga tahun terakhir. Jangankan menggendong, menyentuh tangannya saja bahkan tidak diperbolehkan.     

Suatu ketika mereka sedang mencoba mobil Porsche manual antik tahun 1980-an. Karena Giana duduk agak ke tengah, punggung tangan Sean tidak sengaja bersentuhan dengan paha Giana saat ingin mengganti persneling. Giana sangat marah saat itu. Dia bahkan mengomeli Sean sepanjang hari dan menyebutnya tidak tahu malu dan mengambil keuntungan darinya.     

Hari seperti ini benar-benar menyesakkan. Jelas-jelas mereka adalah pasangan suami-istri, jadi mengapa tidak boleh bersentuhan?     

Kakek meminta Sean untuk menjadi menantu parasit sejati, bukan pelayan sejati. Jika dia tidak bisa menyentuh istrinya sendiri, apa perbedaan antara dirinya dan seorang pelayan di keluarga Wangsa?     

"Bukan, bukan. Kamu jangan marah begitu," kata Giana, "Suamiku, kamu boleh melakukan apa saja padaku. Bagaimana mungkin aku menyalahkanmu?"     

Giana segera memeluk Sean, tetapi pria itu segera mendorongnya menjauh dan menegurnya dengan galak, "Jangan panggil aku suami! Panggil aku Sean!"     

Karena kakinya cedera dan tubuhnya lemah, Giana tidak bisa memaksa Sean seperti kemarin. Dia merasa dirinya disalahkan dan berkata, "Sean, aku memang hampir saja melakukan kesalahan padamu, tapi memangnya kamu juga tidak bersalah?"     

Giana mulai menyalahkan, "Jelas-jelas kamu anak keluarga kaya raya, tapi kamu membohongi kami dan bilang bahwa kamu seorang gelandangan miskin. Kamu sudah menipuku selama tiga tahun penuh! Jika kamu mengatakan yang sebenarnya sejak awal, aku pasti tidak mungkin memedulikan seseorang seperti Cahyadi!"     

Sean tahu dirinya telah menyembunyikan kebenaran ini selama tiga tahun dan hal itu juga sangat tidak adil bagi Giana.     

"Kamu benar," jawab Sean, "Aku sudah menyembunyikannya selama tiga tahun. Aku juga salah. Begini saja. Saat kamu sudah sembuh, aku akan mengajakmu makan di luar. Saat itu, aku akan menebus kesalahanku padamu."     

"Menebus?"     

Perasaan Giana tiba-tiba menjadi girang. Menebus apa? Apa dia ingin kembali bersamaku lagi? Ingin menikahiku lagi? Ya Tuhan… Apa itu artinya mobil mewah Maybach edisi terbatas dan vila di Phuket, semuanya sudah menjadi milikku?     

Giana meraih tangan Sean dengan penuh semangat dan berkata, "Aku tidak apa-apa! Aku tidak terluka! Kita bisa pergi besok. Besok kita pergi makan bersama saja!"     

Sean melirik kaki Giana lagi, lalu mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu besok."     

"Pergi ke mana? Mie Ayam Instan yang di luar kota itu?" tanya Giana.     

Sean tertawa dan berkata, "Sekarang aku adalah seorang presiden direktur. Bagaimana mungkin aku membawamu ke depot kecil seperti itu? Bagaimana kalau kita pergi ke restoran OKU saja? Bukankah kamu selalu menyukai suasana di sana?"     

"Iya, iya!" jawab Giana kegirangan.     

Sean melepaskan jari-jari Giana, lalu berkata, "Aku sudah harus pergi."     

"Aku akan mengantarmu," sahut Giana.     

Sean menolak, "Tidak perlu. Istirahatlah saja."     

Sean meninggalkan kamar bersama Holly si pudel dan turun ke lantai satu.     

"Oh, Sean. Baru mengobrol sebentar, kenapa sudah keluar? Mengobrollah lebih lama."     

Lana agak sedih ketika melihat Sean turun begitu cepat. Keluarga mereka sudah terlanjur berharap Sean dan Giana akan tidur nyenyak. Bagaimanapun, di mata keluarga Wangsa, mereka menganggap bahwa Sean masih menginginkan tubuh Giana.     

"Tidak perlu," tukas Sean, "Besok kami sudah berjanji untuk makan bersama."     

Lana dan yang lainnya menjadi girang ketika mendengar hal ini. Ada kemajuan! Sean bersedia makan dengan Giana! Ini menunjukkan bahwa keduanya masih memiliki kelanjutan!     

Lain halnya dengan Yuana. Begitu mengetahui hal ini, Yuana benar-benar merasa cemburu. Dia segera mendekat dan berkata, "Sean, aku rasa kita juga perlu mengobrol berdua juga!"     

Sean tidak memberi Yuana kesempatan sama sekali. "Mainlah di luar saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.