Ingin Kukatakan Sesuatu

Sean sudah Memaafkanku?



Sean sudah Memaafkanku?

0Keesokan harinya, Sean baru tiba di perusahaan pukul sepuluh pagi.     

Kemarin malam Sean mendengarkan Lusy bernyanyi hingga terlalu larut. Dia menikmati nyanyian Lusy sambil meminum Whiskey. Dalam sekejap, dia benar-benar merasa sedang kembali ke masa lampau.     

Bakat menyanyi Lusy benar-benar mengagumkan dan setingkat diva. Jika bukan karena kondisi keluarganya yang sangat baik dan membuatnya sama sekali tidak berpikir untuk mencari uang dengan mengandalkan musik, wanita ini sekarang pasti sudah menjadi diva musik pop dunia.     

Sean bahkan mengambil ponsel untuk merekam Lusy yang sedang bernyanyi dan mengirimkannya pada Kakek dan Paman Paul. Kakek memuji Lusy dan sangat menyukai penampilan Lusy yang mengingatkannya pada wanita zaman dulu. Sementara, Paul terus-menerus iri pada Sean karena dia sudah memikirkan Lusy untuk waktu yang lama.     

Meskipun Sean minum banyak alkohol, tidak ada apapun yang terjadi antara dirinya dan Lusy. Dia hanya membiarkan Lusy berganti-ganti mengenakan 20 kebaya yang dibawanya.     

Tok! Tok!     

"Masuk."     

Chintia membuka pintu kantor Sean dan berjalan masuk. Dia sengaja berjalan hingga begitu dekat dengan Sean dan melihat lingkaran hitam di mata Sean, lalu berkata, "Sekarang tersebar desas-desus di perusahaan bahwa Presdir Yuwono tidur dengan istri Direktur Singgih."     

Sean tetap membaca dokumen dan berkata dengan datar, "Oh, tadi malam Nyonya Lusy menghabiskan malam di sana."     

Sean memang menginginkan dampak semacam ini. Dia ingin orang-orang di perusahaan menyebarkan desas-desus ini. Jika tidak, wibawanya sebagai presiden direktur akan sangat berkurang. Bahkan, meskipun para pegawai menghormatinya ketika saling bertemu, mereka akan menertawakan Sean karena sudah diselingkuhi oleh istrinya.     

Chintia tidak bodoh. Dia juga tahu bahwa mungkin ini hanya cara Sean untuk membalas dendam. Dia pun kembali bertanya, "Kalau begitu, apakah sebenarnya kamu... dan dia…"     

Sean meletakkan pena, mengangkat kepalanya, dan menjawab sambil tersenyum, "Tidak, aku hanya membiarkannya menyanyikan lagu sepanjang malam. Aku tidak suka wanita tua."     

Chintia sangat senang mendengar bagian pertama dari kalimat itu. Tetapi, ketika mendengar kalimat terakhir, senyumnya yang baru saja merekah kembali sirna.     

Begitu melihat perubahan ekspresi Chintia, barulah Sean sadar bahwa Chintia menempatkan dirinya sendiri di jajaran 'wanita tua'. Sean pun segera menjelaskan, "Chintia, aku tidak membicarakan tentangmu. Umurmu baru 30 tahun. Usia ini adalah usia wanita favoritku."     

"Benarkah?" Chintia sangat gembira. Dia percaya diri akan penampilan dan kemampuannya, tetapi dia khawatir Sean merasa dirinya terlalu tua.     

"Kalau begitu, bisakah kita makan malam bersama malam ini?" Chintia berinisiatif mengajak Sean, "Kamu sudah bercerai dan Giana sudah menyesalinya. Kamu juga sudah mempermalukan Cahyadi. Balas dendammu sudah terbalaskan. Mari kita minum-minum dan merayakannya."     

"Malam ini tidak bisa," jawab Sean, "Aku ada janji dengan Giana."     

Chintia sontak kebingungan. "Kamu masih menyukainya? Apa karena kamu tahu tidak ada yang terjadi antara dirinya dan Cahyadi, jadi kamu tidak keberatan untuk bersama dengannya lagi?"     

Chintia tahu betul tentang beberapa rumor yang baru-baru ini tersebar. Orang-orang juga mengabarkan bahwa masalah yang terjadi antara Giana dan Cahyadi adalah palsu.     

"Mana mungkin? Hal yang paling aku pedulikan bukanlah hubungan antara Giana dan Cahyadi, melainkan sikap Giana setelah mengetahui identitasku!" tukas Sean, "Tapi, aku memang sudah menyembunyikan kebenaran darinya selama tiga tahun, jadi aku ingin menebus kesalahanku. Aku akan menjodohkannya dengan seseorang hari ini."     

"Haha! Menjodohkannya dengan seseorang?" Chintia tertawa begitu mendengarnya.     

Setelah mengetahui yang sebenarnya, Chintia bisa menebak bahwa hari ini Giana pasti akan sangat kesal pada Sean. Tampaknya balas dendam Presdir Sean terhadap Giana belum benar-benar berakhir.     

———     

Restoran OKU adalah restoran dengan gaya taman klasik yang sudah terkenal sejak lama di Jakarta. Dulunya, Sean dan Giana sering datang ke sini.     

Ada dua hidangan Restoran OKU yang paling terkenal, salah satunya adalah bebek tua yang direbus dengan bunga cicada. Bunga cicada adalah obat tradisional yang direbus selama tiga tahun dan sangat bergizi. Sementara, menu yang lain adalah 'rela'. Meskipun hanya terlihat seperti sepiring kecil kubis, hidangan itu diperoleh dari sepuluh kati sayuran hijau.     

Sean sudah memesan ruang pribadi dan sampai di Restoran OKU pada pukul 8 malam. Ketika tiba di ruangan itu, hanya terdapat Fairus dan cucu semata wayangnya, Randy Panjaya. Sementara, Giana belum juga tiba.     

"Tuan Muda Ketiga."     

"Tuan Muda Ketiga."     

Melihat Sean masuk, Fairus berdiri untuk menyambutnya. Cucunya, Randy juga sangat menghormati Sean. Tetapi, Randy berada di kursi roda dan tidak bisa berdiri.     

Saat ini, Giana sudah tiba dan masih duduk di mobil Hilda yang berhenti di parkiran restoran.     

Giana yang sangat gugup bertanya pada Hilda, "Ini sudah jam delapan. Kami membuat janji untuk bertemu jam delapan. Kenapa kamu tidak membiarkanku masuk?!"     

Hilda menjawab, "Untuk apa kamu terburu-buru? Bukankah dulu setiap membuat janji makan malam bersama, kamu selalu membuat Sean menunggu selama setengah jam?"     

Giana terdiam sebelum membelas, "Sekarang dan dulu berbeda! Kakak! Sekarang dia Presdir Sean! Bisa-bisanya kamu masih membuatnya menungguku selama setengah jam?!"     

Hilda semakin tidak tahu harus berkata apa.     

"Jika aku membiarkanmu datang lebih awal setengah jam, dia akan semakin teringat bahwa dulu kamu sudah memperlakukannya dengan sangat keterlaluan," Hilda mengingatkan, "Dulu dia hanyalah menantu parasit, jadi kamu selalu menindasnya. Tapi, begitu sekarang dia menjadi presiden direktur, kamu memperlakukannya dengan berbeda!"     

Hilda terus meyakinkan, "Sangat wajar bagi laki-laki untuk menunggu wanita. Jika kamu datang lebih awal, kamu hanya akan menurunkan harga dirimu dan membuatnya meremehkanmu. Tunggu saja beberapa menit lagi. Semuanya akan baik-baik saja."     

Giana melihat cermin rias lagi. Dia sudah berdandan dengan sangat cantik. Dia yakin Sean akan menyukai penampilannya malam ini.     

Lima menit kemudian, Hilda berkata pada Giana, "Kamu sudah bisa masuk. Semangat, sahabatku! Taklukkan Sean! Aku tunggu undangan pernikahanmu!"     

"Iya, iya! Tenang saja!"     

Giana keluar dari mobil Hilda, memasuki restoran, dan berjalan ke ruang pribadi tempat Sean berada dengan penuh percaya diri.     

Begitu membuka pintu, gaun teratai hijau Giana membuat mata ketiga pria yang ada di dalam ruang itu berbinar. Teratai melambangkan sesuatu yang keluar dari lumpur tanpa ternoda dan juga melambangkan kesucian. Ditambah lagi, wajah Giana yang polos dan cantik sungguh membuat orang merasa kasihan padanya.     

Giana memanggil dengan lembut, "Sean."     

Giana terlihat lebih pemalu saat menyadari kehadiran orang-orang lain di ruangan itu, seperti seorang gadis kecil yang takut bertemu orang asing.     

Sean tersenyum dan berkata, "Kamu sudah datang rupanya! Biar kuperkenalkan, beliau adalah Pengurus Fairus. Meskipun seorang pengurus rumah tangga, dia melihatku tumbuh dari kecil hingga dewasa, jadi aku selalu menganggapnya sebagai keluargaku sendiri."     

Giana merasa tersanjung dan membatin, Sean benar-benar ingin memaafkanku! Dia bahkan memperkenalkanku pada pengurus rumah tangga keluarga Yuwono! Bukankah ini untuk mempersiapkanku menjadi istri keluarga Yuwono? Wow! Benar-benar keren!     

Giana sangat bersemangat, tetapi dia tetap harus terlihat tenang dan sopan di permukaan.     

Fairus terlebih dahulu mengangguk pada Giana, "Halo, Nona Giana. Anda bagaikan malaikat yang turun dari surga. Selama hidup saya yang sudah 70 tahun lebih ini, saya belum pernah bertemu seseorang yang lebih cantik dari Anda."     

Ketika Giana mendengar pujian Fairus, dia menjadi semakin yakin bahwa dirinya bisa kembali ke pelukan Sean!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.