Ingin Kukatakan Sesuatu

Lusy Liono Memohon Pengampunan



Lusy Liono Memohon Pengampunan

0Tiga tahun lalu, ketika Sean baru mengenal Yuana, postur tubuhnya belum seseksi ini. Waktu itu Yuana hanyalah seorang gadis SMA di bawah umur dan terlihat seperti gadis kecil dari atas sampai bawah.     

Sedari dulu, Sean selalu menganggap Yuana sebagai adik perempuannya dan tidak pernah memiliki pemikiran lain terhadapnya. Namun, baru-baru ini Sandi si bajingan itu sering mengirim beberapa foto pribadi Yuana ke Whatsapp Sean. Semua foto yang dikirim adalah foto-foto yang membuat orang mimisan dan tidak bisa tenang karena melihatnya.     

Akibatnya, sekarang Sean sama sekali tidak berani menatap Yuana. Begitu melihatnya, Sean akan langsung memikirkan foto-foto itu, kemudian memiliki pikiran-pikiran buruk padanya. Hal ini membuat Sean merasa dirinya sangat berdosa.     

Tidak peduli betapa Sean mendambakan tubuh Giana, tetap saja itu merupakan hal yang wajar, masuk akal, dan tidak melanggar hukum. Hanya saja, Sean tidak seharusnya memiliki pemikiran seperti itu terhadap Yuana.     

Akhirnya, Sean terus mengabaikan Yuana dan meninggalkan rumah keluarga Wangsa. Seluruh keluarga Wangsa pun keluar untuk mengantarnya. Begitu mobil Sean benar-benar menjauh dari rumah, barulah mereka berbalik dan masuk.     

Begitu kembali ke mobil, hal pertama yang Sean lakukan adalah menghubungi Pengurus Rumah Tangga Fairus.     

"Pengurus Fairus."     

"Tuan Muda, apa ada perintah yang ingin Tuan Muda berikan pada saya?"     

"Apakah cucumu masih ada di Jakarta Pusat? Aku ingin mengaturkan kencan buta untuknya."     

"Benar. Dia ada di Jakarta Pusat. Saya akan menyuruhnya datang."     

"Ya."     

Sebenarnya, alasan mengapa Sean setuju untuk makan bersama Giana besok bukan karena ingin memberinya kesempatan dan kembali bersamanya, melainkan untuk tujuan lainnya.     

Dalam tiga tahun terakhir, fakta bahwa Sean sudah menyembunyikan identitasnya dari Giana memang tidak adil bagi mantan istrinya itu. Karena itu, Sean akan menebusnya.     

Sean akan memperkenalkan Giana pada putra keluarga konglomerat dengan aset yang hampir mencapai 20 triliun dan juga kebetulan merupakan cucu Pengurus Rumah Tangga Fairus. Meskipun Fairus adalah anak buah keluarga Yuwono, kekuasaan dan asetnya di luar jangkauan keluarga Wangsa. Karena itu, cucu Fairus pasti layak untuk bersanding dengan Giana. Jika Giana bersedia, ini sama saja dengan menikahi keluarga konglomerat.     

Menurut Sean, Giana ingin kembali padanya hanya karena uang. Jika benar demikian, maka Giana tidak perlu repot-repot. Bukankah kamu menyukai uang? Kalau begitu aku akan memperkenalkanmu pada seorang pria kaya, pikir Sean.     

Satu-satunya hal buruk tentang cucu Fairus adalah tubuhnya yang cacat dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi, bukankah ini sesuai dengan selera Giana? Tidak sekamar dengan Sean selama tiga tahun membuktikan bahwa Giana tidak peduli dengan hal semacam ini.     

Sambil memikirkan ini, mobil Sean melaju dengan cepat ke kawasan Perumahan Pondok Indah.     

"Presdir Yuwono! Presdir Yuwono!"     

Tadi malam, ketika Sean tiba di depan pintu rumahnya, Hilda dan Giana menghentikannya. Sean tidak menduga ada wanita lain yang juga menghentikannya hari ini.     

Begitu Sean membuka jendela, ternyata wanita itu adalah ibu Cahyadi, Lusy Liono. Lusy ini benar-benar tekun. Dia bahkan berada di perusahaan Sean sepanjang hari dan menunggu Sean tanpa makan atau minum tadi. Sekarang, dia sudah menunggu di kediaman Sean dan berlari menghampirinya.     

Sean berkata pada Lusy, "Nyonya Pangestu, pulanglah. Tidak ada yang perlu saya bicarakan dengan Anda."     

Lusy memohon dengan getir, "Presdir Yuwono, saya mohon pada Anda. Beri saya sedikit waktu. Lima menit saja sudah cukup."     

Sean menggelengkan kepalanya. Ketika melihat Lusy memohon dengan sangat, dia pun akhirnya berkata, "Masuklah."     

Sean tidak membiarkan Lusy masuk ke mobil, tetapi membiarkannya berlari mengikutinya di belakang mobil. Orang-orang dari keluarga Pangestu tidak layak duduk di mobil yang sama dengan Sean.     

Sean tidak meminta pelayannya untuk menyiapkan teh, air, atau yang lainnya ketika tiba di lantai satu rumahnya. Begitu duduk di sofa, Sean langsung berkata, "Ada perlu apa? Katakanlah."     

Lusy tidak berani berbelit-belit dan langsung berbicara ke intinya, "Presdir Yuwono, saya juga baru benar-benar mengerti apa yang terjadi antara Anda, Cahyadi, dan Giana setelah bertemu dengan Anda kemarin."     

"Cahyadi si bajingan ini jelas-jelas tahu bahwa Giana sudah bersuami, tapi masih saja merayunya. Dia memang harus dihajar! Saya dan ayahnya sudah menghajarnya dengan sangat keras!" kata Lusy lagi, "Tapi, menurut pengakuan Cahyadi dan Giana, keduanya sama sekali tidak melakukan apapun, jadi Nona Giana masih suci dan perawan."     

Sean menjadi sangat marah. "Jangan membahas ini dengan saya! Saya melihat putra Anda dan mantan istri saya menyewa kamar hotel dengan mata kepala saya sendiri!"     

"Benar, benar, benar. Meskipun tidak terjadi apapun, Cahyadi tetap bersalah karena sudah memiliki pikiran seperti itu. Hanya saja, Anda tidak bisa sepenuhnya menyalahkan ini semua pada Cahyadi. Si Giana ini selalu membenci kemiskinan dan mencintai kekayaan. Jika bukan karena dia terus merasa Presdir Yuwono tidak kompeten, dia juga tidak mungkin menerima Cahyadi," Lusy terus berusaha menjelaskan.     

Sean mendengus dingin dan memperingatkan, "Anda tidak perlu mengkhawatirkan masalah Giana. Saya punya cara sendiri untuk menghukumnya. Hanya saja, jangan pernah Anda sepenuhnya menyalahkan Giana atas masalah ini!"     

Lusy merasa sangat cemas ketika mengetahui baik Giana maupun Cahyadi tidak akan dapat lolos dari hukuman Sean. Dia langsung bertanya, "Saya ingin bertanya, Presdir Yuwono berencana menghukum putra saya dengan cara seperti apa?"     

Sean berpikir sejenak sebelum menjawab, "Tidak tahu. Mungkin saya akan meminta pendapat Andy dan John. Seharusnya mereka cenderung ingin mengebiri Cahyadi."     

Kepala Lusy terasa semakin berat usai mendengar kalimat ini. Dia seketika berlutut di depan Sean dan memohon, "Presdir Yuwono, Cahyadi masih begitu muda dan belum memiliki anak. Saya mohon, mohon, mohon agar Anda jangan menghukumnya dengan kejam."     

Air mata Lusy mengalir sangat deras bagaikan hujan. Dia menunjukkan dengan sangat jelas seperti apa rasa sakit yang dirasakan oleh seorang ibu.     

Sebenarnya, sebelum Lusy datang kemari, dia sudah menyiapkan beberapa wanita untuk Cahyadi. Setelah melewati tadi malam, seharusnya sudah ada wanita yang hamil dan mengandung darah daging Cahyadi.     

Lusy yang berlutut di depan Sean membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Bagaimanapun, Lusy adalah seorang tetua. Dia juga memiliki reputasi dan pengaruh tertentu di lingkaran bisnis Jakarta.     

Jika mengesampingkan hal-hal ini, Sean sangat mengagumi karakter, penampilan, dan cara Lusy berbicara. Tetapi, Sean juga tidak membantunya berdiri. Putra Lusy sudah melakukan sesuatu yang salah. Jika Lusy mau berlutut, maka berlutut saja.     

"Kalau begitu, bagaimana jika memotong jarinya?" tanya Sean.     

Lusy terus berlutut dan memohon, "Presdir Yuwono! Seperti kata pepatah, anak adalah harta orang tua yang paling berharga. Jika Anda memotong jarinya, itu sama saja dengan memotong jari kami! Tolong lepaskan Cahyadi dan jangan sakiti dia…"     

Sean mendengus dingin dan mencibir, "Anda memang sama sekali tidak ingin anak Anda membayar harga apapun!"     

"Putra Anda telah mencari gara-gara dengan saya, sementara saat ini saya adalah orang nomor satu di dunia bisnis Jakarta," kata Sean dengan tegas, "Semua orang tahu masalah apa yang sudah diperbuat oleh putra Anda bersama mantan istri saya. Jika saya tidak sedikit menghukumnya dan hanya membiarkannya berlaku sesuka hati di Jakarta seperti tidak terjadi apa-apa, bagaimana saya bisa tetap berada di Jakarta nantinya?!"     

Lusy setuju dengan perkataan Sean. Sebagai Presiden Direktur Grup Citra Abadi, Sean sangat terkenal dan memiliki kedudukan. Jadi, setelah identitas Sean terungkap, semua orang membicarakannya. Tidak mungkin Sean tidak memedulikan harga dirinya.     

Sean melihat Lusy yang tiba-tiba terdiam selama tiga menit. Melihatnya seperti itu membuat Sean bertanya-tanya, Apa ada sesuatu yang terjadi pada Lusy?     

Tiga menit kemudian, Lusy tiba-tiba melepas pakaian luarnya dan berkata, "Presdir Yuwono, saya bersedia membantu Anda untuk mendapatkan harga diri Anda."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.