Ingin Kukatakan Sesuatu

Memberitahu yang Sebenarnya pada Keluarga Wangsa!



Memberitahu yang Sebenarnya pada Keluarga Wangsa!

0Sean mengabaikan Nenek Wangsa yang sangat dihormati di keluarga Wangsa. Dia bukan datang untuk seorang pun dari keluarga Wangsa, melainkan hanya demi seekor anjing pudel.     

Sean memandang Sandi dan bertanya, "Di mana Holly?"     

Pada saat ini, dari seluruh anggota keluarga Wangsa, Sean hanya bersedia berbicara secara langsung pada Sandi. Sandi segera menjawab, "Ada di kamar Giana."     

Lana turut mendekat dan berkata, "Sean, jangan salahkan Giana karena tidak keluar untuk menemuimu. Kemarin dia berlutut terlalu lama dan membutuhkan waktu beberapa jam untuk menyelamatkannya. Sekarang dia baru saja sembuh dan belum bisa berjalan."     

Sean tahu bahwa Giana memiliki tubuh yang lemah. Giana sudah berlutut selama dua jam sehingga kemungkinan sekarang benar-benar sulit berdiri. Namun, tentu saja Sean tidak akan percaya omong kosong mengenai butuh waktu beberapa jam untuk menyelamatkannya.     

Selama tiga tahun terakhir, Sean sudah merawat Giana dengan sangat cermat. Dia lebih tahu seperti apa kondisi kesehatan Giana daripada siapapun.     

Tanpa berbicara apapun lagi, Sean langsung berjalan masuk.     

Begitu memasuki lantai pertama yang tidak asing, Sean melihat Giana duduk di meja makan sambil menggendong Holly. Di atas meja, sudah terhidang sederet makanan menggugah selera yang tidak pernah begitu melimpah seperti ini dalam tiga tahun terakhir.     

Ketika Sean melihat kaki Holly yang dibungkus perban putih, dia merasa kasihan dan segera menghampirinya. Namun, begitu sampai di depan Holly, hal pertama yang Sean lihat adalah luka di kaki Giana.     

Giana mengenakan rok pendek. Awalnya, dia berencana mengenakan celana panjang untuk menutupi lukanya. Tetapi, Hilda si penasihat justru memarahinya. Bagaimana bisa Giana memenangkan simpati Sean dengan mengenakan celana panjang?     

Sean mengingat dengan jelas seperti apa penampilan Giana kemarin. Dia memang sedikit merasa kasihan begitu melihat Giana yang seperti ini sekarang.     

"Sean, kamu sudah datang rupanya," kata Giana dengan nada yang sangat lemah. Bibirnya terlihat dan pucat. Meskipun terlihat pucat dan lemah, dia tetap cantik dan memesona.     

Sean mengabaikan Giana dan tidak menyapanya. Dia mengulurkan tangannya dan mengambil Holly dari lengannya.     

Begitu Holly melihat Sean, anjing pudel itu langsung melompat ke arah Sean dengan penuh semangat. Melihat Holly yang berjalan pincang, Sean tahu bahwa Holly memang benar-benar terluka. Sean merasa sangat kasihan pada Holly. Dia tidak ingin keluarga Wangsa melakukan hal seperti ini pada Holly hanya untuk bertemu dengannya.     

Akhirnya, Sean berkata kepada Nenek Wangsa secara langsung, "Nyonya Wangsa, saya harap Anda dapat menjual anjing ini kepada saya. Saya bersedia membayar 2 miliar."     

Nenek Wangsa masuk dengan tongkatnya dan berkata sambil tersenyum, "Sean, duduk dan makan dulu. Kita adalah keluarga. Holly adalah anjingku dan tentu saja anjingmu juga. Untuk apa kamu berkata ingin membelinya? Kamu terlalu menganggap kami seperti orang luar."     

"Giana dan aku sudah bercerai. Anda dan saya memang sudah bukan keluarga," Sean mencibir, "Saya tidak berencana untuk memakan makanan ini. Saya akan pergi setelah membeli anjing ini."     

Sean sudah bertekad kuat dan membuat seluruh anggota keluarga Wangsa merasa dipermalukan.     

"Baik. Kalau kamu tidak mau makan, setidaknya beritahu Nenek, sebenarnya ada apa ini?" tanya Nenek Wangsa, "Kenapa kamu yang begitu kaya malah menjadi menantu kami dan menumpang di rumah keluarga kami? Kenapa hanya mendiang suami Nenek saja yang mengetahuinya? Sean, jika kamu tidak mengatakan yang sebenarnya, Nenek benar-benar tidak akan bisa mati dengan tenang!"     

Sean tahu bahwa selama tiga tahun terakhir, semua ini sudah disembunyikan dari seluruh orang yang ada di keluarga Wangsa. Jadi, sudah seharusnya juga dia memberikan penjelasan pada semua orang hari ini.     

"Baiklah. Karena kalian semua ingin mengetahuinya, aku akan memberitahu kalian," kata Sean, "Kami keluarga Yuwono memiliki aturan yang aneh. Anak laki-laki harus melalui berbagai ujian sebelum dapat mewarisi bisnis keluarga. Karena itu, kakekku mengaturku menjadi menantu keluarga Wangsa selama tiga tahun kemarin untuk mengasah karakterku."     

Sean menerangkan, "Meskipun keluarga Wangsa hanyalah keluarga kalangan kelas dua, kalian masih memiliki kedudukan dan kehormatan. Bagaimanapun juga, sangat sulit bagiku untuk bisa berhasil bergabung dengan keluarga kalian. Jadi, kakekku bertemu dengan kakek Giana untuk mendiskusikan masalah ini."     

"Kakek Giana sangat senang keluarga Yuwono kami bisa menjadi besannya. Hanya saja, kakekku berkata padanya bahwa masalah ini harus dirahasiakan dari seluruh keluarga Wangsa dan hanya beliau yang boleh mengetahuinya," lanjut Sean, "Begitu masalah ini bocor, pernikahan ini akan menjadi tidak sah!"     

Begitu mendengar ini, semua orang tiba-tiba tersadar.     

"Pantas saja sebelum Ayah meninggal, ada sesuatu yang ingin Ayah sampaikan padaku!" kata Jayadi, "Selama dua tahun terakhir, aku terus memikirkan apa yang ingin Ayah sampaikan padaku dengan susah payah seperti itu."     

Jayadi mengingat masa lalu dan menghela napas dengan berat. Kakek Wangsa tidak berani mengatakannya karena begitu masalah ini bocor ke Jayadi atau Lana, sikap mereka terhadap Sean pasti akan berubah. Jika mereka berubah dan menjadi baik pada Sean, ujian pelatihan karakter Sean tidak akan ada artinya lagi.     

Nenek Wangsa sekarang memarahi Giana, "Giana! Laki-laki yang begitu baik seperti Sean tidak mudah untuk didapatkan! Bisa-bisanya kamu tidak tahu bagaimana cara untuk menghargainya!"     

"Benar, benar! Ini semua salah Kakak! Jika aku yang menikah dengan Sean, aku tidak akan mungkin begitu!" sahut Yuana yang ikut berjalan mendekat, "Sean, kamu tidak ingin menjadi menantu keluarga ini satu tahun lagi? Kali ini, menikahlah denganku! Biar aku yang melatihmu!"     

Sean kehabisan kata-kata. Dia menatap Yuana dan menolak mentah-mentah, "Terima kasih, tapi tidak perlu!"     

Benar-benar gila! Sesudah masuk ke keluarga Wangsa selama tiga tahun, aku masih harus menukar istri dan melanjutkan pernikahan selama satu tahun lagi? Kalau begitu, karakterku sudah lama hancur!     

Nenek Wangsa langsung menegur Yuana, "Yuana, jangan berbicara yang tidak-tidak!"      

Nenek Wangsa kemudian memandang Sean lagi dan berkata, "Sean, kami sekeluarga sudah memperlakukanmu dengan begitu buruk selama tiga tahun ini. Hari ini kami ingin bersulang dan meminta maaf padamu!"     

"Jayanata, Jayadi, tuangkan anggur!" perintah Nenek Wangsa.     

"Baik, Bu."     

Semua anggota keluarga Wangsa mengangkat gelas anggur masing-masing dan bersulang untuk Sean sebagai permintaan maaf. Sementara, Sean memeluk Holly dan menyaksikan mereka dengan tatapan yang dingin. Setelah mereka semua selesai minum anggur, Sean bertanya, "Apa sudah bisa membuat penawaran?"     

Sean melanjutkan, "Aku tidak peduli dengan permintaan maaf kalian. Tenang saja. Aku juga tidak berencana untuk membalas dendam pada kalian. Mengenai proyek Grand Giana, perusahaan kami akan terus bekerja sama dengan kalian, tapi hanya sebatas proyek ini saja. Jangan pernah berpikir untuk bekerja sama lagi di masa depan."     

Suasana hati Nenek Wangsa menjadi rumit. Sesudah melirik Giana, dia berkata, "Sean, Nenek tahu kamu menyukai anjing ini. Selama tiga tahun kamu bersama keluarga kami, kamu juga tahu betapa Nenek menyukai anjing ini. Bagaimana kalau dalam seminggu, Holly di rumahmu selama lima hari, lalu di sini selama dua hari? Bagaimana menurutmu?"     

Sean tahu bahwa Nenek Wangsa sangat bergantung pada Holly. Wanita tua ini tidak memiliki teman, jadi sejak awal dia sudah menganggap anjing ini sebagai temannya. Sean pun mengangguk, "Oke, katakan saja harganya."     

"Tidak perlu bayar, tidak perlu bayar!" Lana mendekat sambil tersenyum, "Kita ini keluarga. Untuk apa membicarakan uang? Lagi pula, gelang giok yang waktu itu kamu berikan untuk Nenek bernilai 20 miliar!"     

Lana merasa sangat bangga karena hadiah berharga itu merupakan pemberian menantunya.     

Nenek Wangsa melirik gelang giok di pergelangan tangan kirinya, melepasnya, dan menyerahkannya pada Sean, "Sean, terima kasih sudah memberi Nenek hadiah yang begitu berharga. Nenek tidak memenuhi kewajibanku sebagai seorang nenek. Nenek tidak layak menerima hadiahmu. Ambil kembali saja!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.