Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengatur Kencan Buta untuk Mantan Istri!



Mengatur Kencan Buta untuk Mantan Istri!

0Giana sangat bersemangat hingga sudah menganggap dirinya sebagai istri Sean, nyonya muda keluarga Yuwono. Sementara, Pengurus Rumah Tangga Fairus yang ada di hadapannya adalah pelayan Sean, jadi dia juga pelayan Giana.     

Akhirnya, Giana mulai memanggilnya, "Pengurus Fairus…"     

Sean mengerutkan keningnya. Dia kira Giana akan memanggil Fairus 'Kakek' atau 'Tuan Fairus'. Dia tidak menyangka Giana akan ikut memanggil 'Pengurus Fairus' seperti dirinya.     

Fairus merupakan pengurus rumah tangga keluarga Yuwono sehingga wajar saja jika Sean memanggilnya seperti itu. Hanya saja, atas dasar apa Giana juga memanggilnya seperti itu?     

Giana tidak menganggap dirinya orang luar dan berkata, "Pengurus Fairus, pujian Anda membuat saya malu. Sean sudah memperlakukan Anda sebagai anggota keluarga sendiri, jadi saya juga akan memperlakukan Anda sebagai anggota keluarga nantinya. Tenang saja."     

Sean tidak bisa menahan perasaan geli setelah mendengar ini. Kata-kata Giana seperti sedang menganugerahkan kebaikan pada Fairus. Seperti sedang berkata, Ke depannya aku akan menjadi nyonya muda keluarga Yuwono. Aku tidak akan memperlakukanmu seperti pelayan.     

"Terima kasih. Terima kasih."     

Fairus selalu menjaga sikapnya. Meskipun dia tahu bahwa Giana bukan lagi istri Sean, dia tidak akan berani bersikap tidak sopan pada Giana tanpa perintah dari Sean.     

Sean kembali memperkenalkan, "Ini cucu Pengurus Fairus, Randy Panjaya. Dia seumuran dengan kita. Dia tidak bisa berdiri karena kakinya terluka."     

Giana berinisiatif untuk mendekat dan menjabat tangan Randy.     

"Halo, bagaimana bisa kakimu terluka? Ya Tuhan… Kasihan sekali. Kamu masih begitu muda."     

"Saya mengalami kecelakaan tahun lalu," jawab Randy.     

Giana menatap Randy dengan tatapan penuh belas kasihan dan berkata, "Sayang sekali. Tapi, kamu tidak perlu cemas. Kakekmu sudah bertahun-tahun merawat Sean, jadi saya dan Sean tidak mungkin tidak memedulikanmu."     

Setelah selesai berbicara, Giana berbalik dan berkata pada Sean, "Mari beri Randy sejumlah uang, atau carikan rumah sakit yang bagus untuknya. Siapa tahu masih ada kemungkinan untuk pulih."     

Untuk pertama kalinya, Sean merasa Giana adalah seorang wanita yang tidak berpengetahuan. Dulunya, Giana selalu menyebut Sean orang kampungan yang berasal dari desa. Sekarang, Sean merasa bahwa Giana-lah yang kampungan.     

Sean menjelaskan pada Giana, "Meskipun Pengurus Fairus merupakan pengurus rumah tangga keluarga Yuwono, dia memiliki setidaknya aset sebesar 20 triliun. Tanpa diberi uang, beliau juga sudah bisa menemukan dokter terbaik di dunia untuk Randy."     

"Du… Dua puluh triliun?"     

Giana tertegun selama beberapa saat. Di dalam mulutnya, seperti ada lidah besar yang membuatnya sulit berkata-kata. Giana tidak pernah menyangka bahwa seorang pengurus rumah tangga ternyata bisa memiliki aset puluhan triliun!     

Keluarga Wangsa mereka yang sudah berbisnis selama bertahun-tahun hanya memiliki aset beberapa triliun. Bahkan, keluarga Cahyadi yang memasuki pasar saham saja hanya memiliki aset 20 triliun di masa-masa paling cemerlangnya.     

Ketika Giana memandang Fairus lagi, dia tidak berani melihatnya sebagai seorang pelayan lagi.     

"Anda… juga seorang presiden direktur?" tanya Giana dengan penuh hormat.     

Fairus tetap bersikap rendah hati dan menjawab dengan hormat, "Bukan, bukan. Saya hanyalah seorang pelayan. Dulu saya berinvestasi bersama Tuan Besar dan membeli beberapa saham dari beliau. Setelah berinvestasi di bidang properti, saya juga membeli beberapa properti sendiri sehingga seiring berjalannya waktu, saya memiliki sedikit kekayaan."     

"Semua uang saya ini adalah pemberian keluarga Yuwono," terang Fairus, "Tuan Muda Tertua, Tuan Muda Kedua, Tuan Muda Ketiga, dan Nona Muda Ketiga bisa mengambilnya kapan saja.     

Giana sangat senang mendengar Fairus menyebutkan 'Nona Muda Ketiga' karena menyangka bahwa yang dimaksud adalah dirinya. Giana memandang Sean dengan heran dan bertanya, "Jika Pengurus Fairus yang menginvestasikan sedikit uangnya bisa memiliki aset 20 triliun, aset kakekmu jangan-jangan 200 triliun, ya?"     

Sebelum menunggu Sean menjawab, Fairus yang tidak bisa menahan tawanya menyahut, "Seharusnya Nona Giana mengganti kata-kata 'jangan-jangan' ini dengan 'lebih dari'."     

"Lebih dari 200 triliun?!" pekik Giana yang begitu bersemangat. Dia memukul Sean dengan manja, lalu berkata, "Kamu benar-benar menyebalkan! Kakek begitu kaya raya seperti ini, tapi kamu tidak bilang padaku."     

Fairus mewakilkan Sean dan menjelaskan, "Nona Giana juga jangan menyalahkan Tuan Muda Ketiga. Pelatihan yang diberikan Tuan Besar sangat ketat. Jika Tuan Muda memberitahumu, pelatihan itu akan gagal dan Tuan Besar akan memandang rendah Tuan Muda."     

Giana mendadak merasa kasihan. "Iya. Bagaimanapun juga, Kakek berbuat seperti ini dengan maksud yang baik. Sebagian besar konglomerat generasi kedua memiliki sifat yang manja, seenaknya, dan tidak bisa menderita sedikitpun. Jadi, dengan kakek mengatur pelatihan seperti ini, bagi Sean ini merupakan hal yang baik."     

Setelah itu, tiba-tiba Giana mencium pipi Sean, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku sudah tidak menyalahkanmu, sayangku."     

Sean benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Jika dia tahu Giana akan menciumnya, kemungkinan dia akan menghindar dan tidak membiarkannya. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa.     

"Semuanya, silakan duduk." kata Sean, "Mari kita makan terlebih dahulu."     

Dalam sekejap, satu per satu hidangan diantar.     

Giana sangat senang dan berkata, "Ini semua hidangan favoritku. Terima kasih, Sean."     

Sean tersenyum dan berkata, "Aku sudah bilang akan menebus kesalahanku padamu hari ini."     

Giana mengulurkan tangannya lagi dan memegang Sean. "Jangan berkata begitu. Sebenarnya aku juga melakukan kesalahan. Kita tidak perlu menebus kesalahan satu sama lain, asalkan ke depannya kita hidup bersama dengan baik saja."     

Sean melepaskan tangan Giana. Sebenarnya dia baru ingin membicarakannya setelah beberapa saat, tetapi Sean tidak tahan lagi karena Giana sangat tidak mengerti situasi yang sedang terjadi.     

Sean berkata, "Giana, aku rasa kamu sudah salah mengartikan maksudku. Sebenarnya hari ini aku mengajakmu keluar karena ingin mengatur kencan buta untukmu."     

"Kencan buta? Kencan buta apa?" ​​Giana benar-benar kebingungan.     

Sean menunjuk Randy dan berkata, "Randy seumuran denganmu. Pengurus Fairus hanya memiliki seorang cucu. Ke depannya, dia akan menyerahkan seluruh asetnya pada Randy. Aku tahu kamu selalu ingin menikahi keluarga kaya dengan uang puluhan triliun untuk membantu keluarga Wangsa kalian naik status menjadi keluarga kalangan atas di Jakarta. Karena itu, aku ingin menjodohkanmu dengan Randy agar kalian bisa mengenal satu sama lain."     

Emosi Giana seketika meledak. "Apa katamu? Kamu ingin mengenalkanku pada seorang pelayan?! Kamu sedang menghinaku!"     

Sean mendengus dingin dan menegur, "Nona Giana, tolong jaga kata-katamu! Mereka pelayanku, tapi bukan pelayanmu!"     

Fairus tidak hanya memiliki aset puluhan triliun, tetapi juga membiayai dan melatih banyak orang seperti seorang bos besar Andy. Itu merupakan keahlian Fairus. Karena itu, keberadaan Fairus bisa dianggap berkedudukan jauh lebih tinggi dibanding keluarga Wangsa.     

Giana membalikkan cangkir tehnya dengan marah, menunjuk Randy, dan meraung pada Sean, "Kakinya saja sudah seperti itu, tapi kamu memintaku menikah dengannya?! Kamu memang sedang menghinaku!"     

Sean berkata dengan tenang, "Mungkin Randy memang tidak bisa memuaskanmu dalam beberapa aspek, tapi kamu dan aku bahkan selalu tidur di kamar terpisah selama tiga tahun terakhir. Seharusnya kamu sudah terbiasa dengan hubungan suami-istri yang seperti ini."     

"Selain itu, Giana, kamu memang cantik dan tidak ada tandingannya di dunia ini. Tapi, bagaimanapun juga, kamu sudah menikah dua kali," lanjut Sean, "Akan sulit bagi putra normal keluarga kaya raya dengan uang 10 triliun untuk menyukaimu. Jadi, aku harap kamu mempertimbangkannya baik-baik dan menerimanya!"     

Giana begitu marah. Dia mengambil secangkir teh dan langsung menyiramkannya ke wajah Sean. Kemudian, dia berseru dengan penuh emosi, "Aku tidak akan menerimanya! Aku tidak akan mempertimbangkannya! Sean, kamu benar-benar keterlaluan! Aku begitu mencintaimu, tapi kamu malah menyerahkanku pada lelaki lain!"     

Setelah selesai mengatakannya, Giana keluar dari ruangan sambil menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.