Ingin Kukatakan Sesuatu

Berpura-pura Tidak Bercerai!



Berpura-pura Tidak Bercerai!

0Nenek Wangsa ingin memanfaatkan saat Nenek Wanda sekarat untuk menciptakan kesempatan bagi Giana dan Sean.     

Satu-satunya hal yang masih belum pasti adalah apakah Sean akan setuju atau tidak. Bagaimanapun juga, Sean sudah menceraikan Giana dan bukan lagi menjadi bagian dari keluarga Wangsa. Pada dasarnya, Sean tidak memiliki hubungan apapun dengan keluarga Wangsa, apalagi hubungan yang begitu jauh dengan adik perempuan kakek Giana.     

Terkait hal ini, keluarga Jayanata tidak memiliki banyak harapan.     

"Maksud Ibu benar-benar baik," kata Jayanata, "Tapi, Giana, kamu juga jangan terlalu senang dulu. Sean si bocah itu begitu kejam. Dia sudah membiarkanmu berlutut dua jam di tengah hujan tanpa memedulikanmu sedikit pun. Dia bahkan menjodohkanmu dengan orang cacat. Haha! Paman rasa dia tidak akan mau berpura-pura menjadi pasangan suami-istri denganmu hanya demi Tante Wanda."     

Giana menggigit bibirnya. Dia sendiri juga cemas jika Sean akan bersikap tidak berperasaan padanya seperti sebelumnya. Namun, Giana tetap mengumpulkan keberaniannya untuk menghubungi Sean dan memberitahukan kondisi Nenek Wanda dengan cara bicara yang seolah-olah panik dan sangat sedih.     

Sean masih sedang makan bersama Fairus dan Randy di Restoran OKU ketika Giana tiba-tiba meneleponnya.     

Begitu Sean melihat panggilan Giana, dia berpikir, Jangan-jangan setelah pulang dan berpikir, dia merasa menikah dengan Randy juga tidak begitu buruk, jadi lagi-lagi dia menyesal?     

Sejujurnya, saat Giana tadi menolak kencan buta yang sudah diatur oleh Sean dan bahkan menyiramkan secangkir teh ke wajah Sean dengan begitu emosi, Sean jadi sangat mengagumi Giana. Hal ini membuktikan bahwa Giana bukan wanita yang hanya melihat uang dan memiliki harga diri.     

Hal yang paling dibenci Sean adalah saat Giana merendahkan dirinya sendiri demi uang. Padahal, sebenarnya Giana begitu hebat.     

"Halo?" Sean menjawab panggilan telepon Giana.     

"Sean…" Begitu membuka mulutnya, Giana menangis, seolah-olah sangat sedih.     

"Kamu tidak perlu menangis," kata Sean, "Aku tidak memedulikan hal yang baru saja terjadi."     

"Aku minta maaf karena sudah menyirammu dengan teh tadi. Aku berbuat seperti itu karena tahu tehnya tidak panas," kata Giana, "Tapi, aku bukan meneleponmu karena ini. Nenek Wanda akan meninggal."     

Seketika Sean merasa cemas. "Apa? Nenek Wanda, dia…"     

Giana langsung memberitahu, "Keluarga Nenek Wanda barusan menelepon dan bilang Nenek tidak bisa bertahan lama. Kemungkinan malam ini, atau mungkin besok malam, Nenek akan meninggal."     

Sean yang sedang makan pun meletakkan mangkuk dan sendok, lalu menempelkan tangannya yang lain di dahinya dan menghela napas panjang.     

Kakek Giana yang dulunya kepala keluarga Wangsa meninggal lebih awal dan tidak sempat bertahan sampai akhir pelatihan Sean dalam keluarga Wangsa. Selama itu, semua orang memandang Sean dengan dingin.     

Hanya Nenek Wanda satu-satunya yang tidak pernah memperlakukan Sean sebagai menantu parasit. Dia juga memperlakukannya dengan baik, sama seperti perlakuannya pada Sandi.     

Nenek Wanda adalah salah satu nyonya besar paling baik yang pernah Sean temui. Terlebih lagi, Nenek Wanda adalah penyelamat Sean! Penyelamat!     

Lebih dari setengah tahun yang lalu, saat Sean belum menjadi pengantar makanan, Sean melakukan pekerjaan kotor dan melelahkan di keluarga Wangsa setiap harinya. Suatu hari, salah satu rekan seperjuangan Sean di medan perang dulu datang ke Jakarta untuk menemuinya dan makan bersama.     

Malam itu, Sean merasa sangat tidak nyaman dan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya. Dokter belum pernah menemui penyakit semacam ini. Pada akhirnya, sebaiknya Sean harus segera dioperasi. Hanya saja, operasi membutuhkan biaya lebih dari puluhan juta.     

Saat itu, seluruh keluarga Wangsa sedang berlibur ke Swiss. Sean tidak bisa menghubungi Giana sehingga memutuskan untuk menghubungi Lana dan Jayadi untuk meminjam uang. Namun, begitu mereka mendengar bahwa operasi itu akan menelan biaya puluhan juta, keduanya langsung menolak dan menuduh Sean berpura-pura sakit.     

Sean sudah tidak bisa menahan rasa sakit yang dirasakannya dan harus membayar biaya operasi saat itu juga. Namun, keluarga Wangsa tidak memberikan pinjaman padanya.     

Jika Sean menghubungi keluarganya untuk meminta uang, ujian pelatihannya akan terbukti gagal. Sudah dua setengah tahun Sean menjalaninya, jadi dia tidak ingin gagal di saat-saat terakhir. Tiga generasi keluarga Yuwono memiliki tiga putra dan empat putri yang saling bersaing satu sama lain. Itu sebabnya Sean tidak ingin gagal.     

Sean mencoba peruntungannya dengan menghubungi Nenek Wanda karena di matanya, Nenek Wanda memberikan kesan yang sangat baik dan perhatian padanya.     

Saat pertama kali bergabung dengan keluarga Wangsa, Sean baru saja kembali dari medan perang dan sering mengalami mimpi buruk saat tidur di malam hari. Begitu terbangun, dia juga akan terbangun dengan perasaan gelisah.     

Melihat kondisi Sean yang buruk, Nenek Wanda memberinya sebuah obat tradisional. Sean memang merasa jauh lebih baik setelah mengonsumsi obat itu. Sean pun menghubungi Nenek Wanda.     

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Nenek Wanda langsung mentransfer uang sebesar 600 juta ke rekening Sean. Nenek Wanda bahkan bilang Sean tidak perlu memberitahukannya pada keluarga Wangsa dan tidak perlu membayarnya kembali. Sean menggunakan uang itu untuk biaya operasi dan akhirnya dapat menyelamatkan hidupnya.     

Pada saat itulah Sean memutuskan untuk mencari uang dengan menjadi kurir pengantar makanan agar tidak lagi mengemis sepeser pun pada keluarga Wangsa.     

Di suatu pagi, Sean mendengar bahwa Nenek Wanda sakit sehingga dia mengajak Giana ke Bandung untuk menjenguk Nenek Wanda di sore hari. Namun, Giana menolak dengan alasan harus bertemu klien sore itu. Baru pada saat itulah Sean tahu bahwa klien yang ditemui Giana adalah Cahyadi. Mereka bahkan juga menyewa kamar hotel malam itu.     

"Sudah lebih dari sebulan. Jika Nenek Wanda sudah sakit parah lebih dari sebulan yang lalu, kemungkinan Nenek Wanda benar-benar sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi," kata Giana lagi.     

Sean merasa bahwa Giana tidak sedang berbohong. Giana juga tidak mungkin berbohong dengan membawa-bawa nyawa Nenek Wanda.     

Giana melanjutkan, "Sean, aku tahu kami semua sudah memperlakukanmu dengan tidak baik, tapi Nenek Wanda adalah orang paling baik di dunia ini. Dia tidak pernah sekalipun berkata kasar padamu. Nenek bahkan memberimu makanan dan barang-barang lainnya. Tidak bisakah kamu pergi ke Bandung untuk mengantarnya ke peristirahatan terakhir? Demi hubungan kita sebagai suami-istri selama tiga tahun ini?"     

"Tidak bisa."     

Jawaban Sean membuat hati Giana menjadi dingin. Dia hanya bisa berkata, "Baiklah. Anggap saja aku tidak pernah bertanya padamu."     

Tanpa disangka, Sean lanjut berkata, "Aku tidak mengunjungi Nenek demi dirimu, tapi karena kebaikan Nenek padaku."     

Giana terkejut. "Kamu bersedia pergi?"     

"Aku masih berhutang 600 juta padanya," kata Sean, "Nenek Wanda pernah menyelamatkan hidupku ketika seluruh keluarga Wangsa sedang menikmati liburan di Swiss."     

Giana baru teringat akan kejadian itu. Tidak heran jika akhirnya Sean memutuskan menjadi pengantar makanan.     

Giana tidak tahan lagi dan merasa kesal pada ibunya. Andai saja ibunya mentransferkan uang setelah menerima panggilan dari Sean, Sean tidak akan menjadi pengantar makanan. Dia juga tidak akan menangkap basah Giana dan Cahyadi yang menyewa kamar hotel. Dengan begitu, Sean tidak akan tahu bahwa Giana sudah mengkhianatinya.     

Andaikan begitu, sekarang Giana menjadi cucu menantu keluarga Yuwono sekaligus istri seorang presiden direktur.     

Ibu benar-benar keterlaluan! Sudah menghancurkan masa depanku hanya demi menyimpan puluhan juta! Giana mengomel di dalam hatinya, tetapi tidak berani mengatakannya.     

Giana melanjutkan, "Sean, kamu juga tahu Nenek Wanda paling menyukai kita. Jika Nenek tahu kita sudah bercerai, Nenek pasti akan meninggal! Bahkan mungkin langsung meninggal di tempat!"     

"Lalu, apa maksudmu?" tanya Sean.     

"Maksudku, bisakah kita berpura-pura tidak bercerai dan berperilaku sama seperti sebelumnya di depan Nenek Wanda?"     

Sean tersenyum dan membalas, "Sama seperti sebelumnya? Tidak peduli apapun situasinya, tidak boleh berpegangan tangan? Ketika aku tidak sengaja menyentuh pahamu, kamu akan mengomeliku sepanjang hari? Lalu, tidur di kamar terpisah juga? Bisa! Aku sangat bisa melakukannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.