Ingin Kukatakan Sesuatu

Nenek Wanda



Nenek Wanda

0"Tuan Muda!"     

Fairus dan Randy terlihat sangat ketakutan saat melihat Sean disiram teh. Sebagai seorang bawahan, tidak bisa mencegah tuannya disakiti adalah sebuah pelanggaran.     

Fairus berulang kali meminta maaf, "Semua salah saya yang sudah tua ini, sementara kaki Randy juga tidak bisa digerakkan."     

Sean menyeka wajahnya dengan tisu dan berkata dengan ringan, "Aku baik-baik saja. Tehnya hangat. Sejak awal aku sudah tahu dia akan menyiramku."     

Sean sengaja membuat Giana marah, hanya untuk menyampaikan pada Giana bahwa mereka tidak mungkin kembali bersama.     

Setelah Giana keluar dari restoran, dia segera menghubungi Hilda. Hilda yang baru saja pergi pun segera kembali dan mengantar Giana ke rumah Nenek Wangsa.     

Ketika Giana tiba di rumah Nenek Wangsa, semua orang yang melihatnya kembali segera menanyakan bagaimana pembicaraannya dengan Sean. Giana marah dan menceritakan apa yang baru saja terjadi.     

Lana membela putrinya, "Si Sean ini benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa dia mengatur kencan buta untuk putriku dengan orang cacat seperti itu?"     

Jayanata menimpali sambil tersenyum, "Aku rasa Presdir Sean sudah mengaturnya dengan sangat baik. Pengurus Fairus hanya memiliki satu cucu yang akan mewarisi aset puluhan triliunnya di masa depan. Giana, meski sekarang kamu menolak Presdir Yuwono begitu saja, mungkin saja nanti kamu akan menyesal."     

Sandi tertawa dan ikut berkata, "Itu benar. Seorang wanita yang akan menikah untuk ketiga kalinya masih pilih-pilih? Menurutku, Kak Sean sudah mengatur dengan sangat masuk akal."     

Yuana turut memanfaatkan kesempatan ini untuk mengejek Giana, "Kak, menyerah saja pada Sean. Sejak awal dia seharusnya memang bukan menjadi suamimu, tapi suamiku!"     

"Cukup! Jangan bicara lagi!" bentak Nenek Wangsa sambil mengerutkan keningnya.     

Dulu, Jayadi dan Jayanata bertengkar untuk memperebutkan kedudukan di perusahaan dan harta warisan keluarga. Sekarang, kedua keluarga ini juga bertengkar memperebutkan Sean.     

Nenek Wangsa menatap Yuana dan berkata, "Yuana, kamu tahu Nenek selalu sayang padamu. Bukannya Nenek tidak ingin hubunganmu dan Sean berkembang, tapi kamu juga lihat bagaimana sikap Sean yang begitu dingin saat bertemu kalian berdua. Dia bahkan menganggapmu sebagai anak kecil. Kesempatanmu untuk mendapatkan Sean memang tidak sebesar Giana."     

Giana sangat senang mendengar Nenek Wangsa berbicara untuknya. Namun, dia bertanya dengan sedih, "Tapi, Nenek, Sean ingin menyerahkanku pada laki-laki lain. Bukankah itu artinya dia tidak mencintaiku lagi?"     

Nenek Wangsa mendengus dingin. "Mana mungkin perasaan yang sudah terjalin selama tiga tahun bisa hilang begitu saja? Meskipun dia sudah tidak mencintaimu, tidak mungkin juga dia tidak mendambakan tubuhmu!"     

Nenek Wangsa melanjutkan, "Kalian pasangan suami-istri selama tiga tahun, tapi tidak tinggal di kamar yang sama. Tentu saja ini merupakan penyesalan dan penghinaan besar bagi pria mana pun! Terakhir kali kamu pingsan karena berlutut saja, dia diam-diam memanfaatkanmu! Bukankah ini sudah menjelaskan semuanya?"     

Begitu mendengar perkataan Nenek Wangsa, Lana bertanya, "Maksud Ibu, menciptakan kesempatan bagi mereka berdua untuk berbagi kamar yang sama? Tapi, sangat sulit untuk menciptakan kesempatan ini. Terakhir kali saja, jika bukan karena Holly, dia tidak akan bersedia datang ke rumah kita. Sepertinya Giana akan ditolak lagi oleh Sean di luar rumah jika mencoba menemuinya lagi."     

"Si bocah Sean ini memang kejam, tapi bukan berarti kita tidak memiliki kesempatan sama sekali," Nenek Wangsa mengangguk, "Giana, kamu masih ingat Nenek Wanda?"     

Giana mengangguk. "Tentu saja ingat! Nenek Wanda sangat baik! Dia juga sangat baik padaku dan Sean. Di hari aku menyewa kamar bersama Cahyadi…"     

Setelah mengatakan itu, Giana berhenti sejenak karena merasa sangat malu. Kemudian, dia baru melanjutkan, "Pagi itu Sean mendengar bahwa Nenek Wanda sakit parah. Dia bahkan berencana membawaku mengunjunginya di Bandung."     

Nenek Wanda adalah adik kandung kakek Giana. Setelah menikah, dia pindah ke Bandung.     

Nenek Wangsa memberitahu, "Nenek baru saja menerima telepon dari keluarga Nenek Wanda. Kata putranya, Nenek Wanda tidak akan bertahan lebih dari tiga hari."     

"Hah?"     

Semua orang sontak terkejut dan merasa sedih. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara. Nenek Wanda juga selalu memperlakukan semua orang dengan sangat baik.     

"Oh, aku tahu apa maksud Ibu," sahut Lana, "Sesudah Tante Wanda meninggal, Ibu ingin mengajak Sean menghadiri pemakaman Tante Wanda! Tante sudah memperlakukan Sean dengan cukup baik, jadi Sean pasti tidak akan menolak!"     

Nenek Wangsa memandang Lana dengan penuh emosi dan memakinya, "Dasar menantu bodoh! Pantas saja saat mendiang suamiku memberi kalian menantu yang begitu luar biasa, kalian semua tidak bisa mempertahankannya!"     

Nenek Wangsa mulai marah-marah, "Apa gunanya menghadiri pemakaman bersama? Sean memiliki mobil dan sopir sendiri. Dia juga tahu tempatnya. Paling-paling dia hanya akan bertemu kita saat memberi penghormatan terakhir. Bagaimana itu bisa membantu perkembangan hubungan Giana dan Sean?!"     

Lana tidak berani berbicara. Dia tidak bisa benar-benar menebak apa yang sebenarnya dipikirkan Nenek Wangsa.     

"Giana, Nenek Wanda adalah satu-satunya keluarga kita yang tidak membenci Sean dan selalu sangat baik padanya. Dulu, Nenek pikir itu karena dia adalah orang yang baik dan memperlakukan semua orang dengan setara," kata Nenek Wangsa lagi.     

Nenek Wangsa melanjutkan, "Tapi, dua hari belakangan, Nenek berulang kali mengingat beberapa pertemuan dengannya dan mengingat apa yang dia katakan. Nenek yakin alasan mengapa Nenek Wanda memperlakukan Sean dengan sangat baik adalah karena kakekmu pernah memberitahunya kebenaran yang sesungguhnya sehingga sejak awal dia sudah tahu Sean adalah seorang triliuner!"     

Apa?! Semua anggota keluarga Wangsa di sana kontan tercengang.     

"Nenek Wanda sudah tahu? Kenapa dia tidak memberitahuku?!"     

Giana sudah hampir menangis. Yuana juga panik dan menangis.     

"Nenek Wanda sudah tahu yang sesungguhnya? Kalau begitu, kenapa dia tidak membiarkan Sean menikah denganku? Nenek Wanda pilih kasih!" keluh Yuana.     

Nenek Wangsa hanya menebak-nebak. Hanya saja, karena sekarang Nenek Wanda sedang sakit parah dan tidak bisa berbicara di telepon, tidak ada cara untuk memastikannya. Namun, tebakan ini sudah mendapat pengakuan dari seluruh keluarga Wangsa.     

"Pantas saja dulu saat Nenek Wanda datang ke rumah kita, dia selalu baik pada Sean si menantu parasit ini! Ternyata Nenek Wansa sudah tahu kebenarannya sejak awal," kata Sandi, "Eh! Ada yang salah! Bukankah Kak Sean bilang Kakek tidak boleh memberitahukan kebenarannya pada anggota keluarga Wangsa?"     

Nenek Wangsa tersenyum dan berkata, "Nenek Wanda sudah menikah dengan keluarga Djoewardi selama puluhan tahun, jadi memberitahu Nenek Wanda tidak termasuk sebagai pelanggaran."     

Giana merasa itu masuk akal. Dia pun bertanya, "Kalau begitu, apa rencana Nenek?"     

Nenek Wangsa menjelaskan, "Nenek Wanda tahu yang sebenarnya sehingga sebelum meninggal, hal yang paling tidak ingin dilihatnya adalah perceraian Giana dan Sean. Dalam tiga tahun terakhir, Nenek Wanda juga sudah memperlakukan Sean dengan sangat baik."     

"Sean pasti sangat menghargai Nenek Wanda. Jadi, kita akan memberitahu Sean agar berpura-pura belum bercerai dari Giana dan berpura-pura terus menjadi sepasang suami-istri dengan Giana di depan Nenek Wanda," terang Nenek Wangsa, "Bagaimanapun juga, Nenek Wanda akan segera tiada, jadi Sean tidak mungkin tidak setuju.     

Giana juga merasa bahwa Sean tidak mungkin menolak. Terkadang dia bahkan merasa perasaan Sean pada Nenek Wanda lebih dalam daripada perasaannya sendiri terhadap adik kandung kakeknya itu.     

"Tapi, bagaimana jika dia masih meninggalkanku sesudah berpura-pura menjadi suami-istri?" tanya Giana putus asa.     

Nenek Wangsa menjawab, "Kali ini, kita sekeluarga akan pergi ke Bandung dan terus tinggal di sana. Meskipun kalian berpura-pura tidak bercerai, kalian harus tidur di kamar yang sama. Saat itu, apakah kamu bisa menaklukan Sean atau tidak, semua tergantung pada kemampuanmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.