Ingin Kukatakan Sesuatu

Identitas Sean Sudah Lama Terungkap!



Identitas Sean Sudah Lama Terungkap!

0"Bukan, bukan! Bukan seperti yang sebelumnya! Kita harus sangat mesra! Benar-benar sangat mesra!" Giana menangis dengan panik ketika tahu lagi-lagi dirinya sudah mengatakan sesuatu yang salah. Pasti dia sudah membuat Sean teringat akan perlakuan buruknya pada pria itu selama tiga tahun terakhir.     

Sean tertawa sambil berkata, "Sepertinya tidak perlu begitu, kan? Asalkan Nenek tahu kita tidak bercerai, bukankah itu sudah cukup?"     

Sean setuju dengan usul untuk berpura-pura tidak bercerai ini. Tanpa Giana menyebutkannya, Sean mungkin saja akan mengusulkannya sendiri.     

Nenek Wanda selalu berharap mereka berdua menjalani kehidupan yang bahagia. Jika Nenek Wanda yang sedang sekarat tahu tentang berita perceraian mereka, wanita tua itu pasti akan meninggal dengan membawa kesedihan.     

Bagaimanapun juga, Nenek Wanda adalah penyelamat Sean. Mana mungkin Sean tega membiarkannya meninggal dalam kesedihan?     

"Perlu! Sangat perlu!" sahut Giana, lalu menjelaskan, "Nenekku bilang Nek Wanda sudah tahu identitasmu yang sebenarnya sejak awal. Dia juga tahu tentang perjanjian bisnis keluarga Yuwono dan keluarga Wangsa. Sekarang tiga tahun sudah berakhir. Andai kita tidak bercerai dan kamu memberitahuku kebenaran identitasmu, tentu saja aku tidak bisa memperlakukanmu seperti sebelumnya. Kita berdua harus terlihat sangat saling mencintai!"     

Sean tertegun. "Nenek Wanda sudah tahu identitasku?"     

Setelah dipikir-pikir, tebakan Nenek Wangsa bukannya tidak berdasar.     

Sean adalah seorang menantu yang menumpang di rumah mertua. Semua orang begitu sinis padanya dan hanya Nenek Wanda yang memperlakukannya dengan begitu baik. Mungkin Nenek Wanda sudah tahu kebenaran yang sesungguhnya, sama seperti kakaknya.     

Sean menghela napas. Bagaimanapun juga, Nenek Wanda adalah orang yang baik. Tidak hanya baik pada Sean, tetapi juga pada orang lain. Bahkan jika Nenek Wanda benar-benar memperlakukan Sean dengan sangat baik karena tahu identitas aslinya, kebaikan wanita tua itu tetap harus dibalas karena telah menyelamatkan hidup Sean.     

Sean berhenti sejenak sebelum berkata, "Oke, aku setuju dengan permintaanmu. Nanti lakukan saja seperti yang kamu mau."     

Nenek Wanda sedang sekarat, jadi Sean mau tidak mau harus mengikuti permainan ini.     

"Iya, iya," jawab Giana yang sangat senang, "Sea… Suami? Mulai sekarang aku akan memanggilmu suami saja. Aku tidak memanggilmu dengan namamu agar tidak menimbulkan kecurigaan Nenek Wanda saat kita bertemu dengannya."     

Sean menjawab dengan dingin, "Terserah kamu."     

Setelah Sean tahu bahwa tidak ada yang terjadi antara Giana dan Cahyadi, dia tidak lagi merasa begitu jijik saat mendengar Giana memanggilnya sebagai suami. Setidaknya tidak begitu menjijikkan seperti sebelumnya.     

Giana berbisik, "Suamiku, kapan kamu ada waktu luang? Nenek bilang lebih baik kita pergi malam ini juga atau paling lambat besok siang. Jika tidak, bisa-bisa kita tidak sempat melihat Nenek Wanda untuk yang terakhir kalinya!"     

Tidak ada hal penting yang harus Sean lakukan sekarang. Dia hanya ingin mengucapkan terima kasihnya pada Nenek Wanda secara langsung. Dia pun berkata, "Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja."     

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 08.46 malam. Perjalanan menuju Bandung membutuhkan waktu lebih dari dua jam. Jika berangkat sekarang, malamnya mereka bisa tidur terlebih dahulu.     

"Oke!" sahut Giana yang begitu kegirangan, "Jadi… Karena kita belum bercerai, untuk berpura-pura dan menghindari kecurigaan keluarga Nenek Wanda, aku harus naik mobil Maybach-mu."     

Giana terus teringat akan Maybach mewah Sean.     

Sean tidak menolak dan setuju-setuju saja, "Oke."     

Giana melanjutkan, "Terima kasih, Suamiku! Oh, ya. Bukankah Pengurus Fairus memiliki mobil Rolls-Royce dengan plat nomor cantik? Nenek bilang ingin naik mobil itu."     

Sean langsung membatin, Orang-orang keluarga Wangsa benar-benar suka menyombongkan diri. Mengunjungi kerabat adalah hal yang berbahaya bagi keluarga Wangsa, jadi mereka harus membuat persiapan sebaik-baiknya. Hanya saja, karena ini merupakan masalah sepele bagi Sean, dia pun menyetujuinya.     

"Kalian bersiap dan tunggu di Perumahan Kelapa Gading saja. Kami akan ke sana sekarang," kata Sean pada Giana. Setelah menutup telepon, Sean memandang Pengurus Fairus dan berkata, "Saya akan meminjam mobil Pengurus Fairus selama dua hari."     

Fairus khawatir Sean kehausan setelah menerima telepon sehingga dia segera menuangkan secangkir teh. Kemudian, dia berkata dengan hormat, "Tuan Muda jangan berkata seperti itu. Mobil saya adalah mobil Tuan. Apa Tuan ingin saya mengatur seseorang untuk mengirim mobilnya ke Perumahan Kelapa Gading?"     

Sean mengangguk, lalu menyesap tehnya dan bertanya, "Apa Pengurus Fairus memiliki kesan tertentu dari adik kakek Giana? Apa selama ini beliau tahu identitasku?"     

Tiga tahun lalu, Fairus menemani kakek Sean saat membicarakan tentang bergabungnya Sean dengan keluarga Wangsa. Jadi, dia tahu seluruh prosesnya secara terperinci.     

Fairus menggelengkan kepala dan menjawab, "Seharusnya beliau tidak tahu. Kalaupun tahu, pasti kakek Giana yang memberitahunya."     

Sean yang merasa cukup bingung segera menyalakan rokoknya.     

"Sejauh yang aku tahu, kakek Giana dan Nenek Wanda memiliki hubungan kakak-beradik yang sangat baik. Mereka berdua bahkan memperlakukan anak satu sama lain seperti anak sendiri," kata Sean, "Jika Nenek Wanda tahu mengenai identitasku, beliau tidak mungkin hanya diam menyaksikan perceraianku dan Giana, apalagi kehilangan seorang cucu menantu kaya raya sepertiku begitu saja."     

"Tapi, Nenek Wanda tidak hanya melihatku menceraikan Giana tanpa menghentikannya, tapi juga melihat Giana menikah dengan Cahyadi. Ini benar-benar tidak masuk akal!" Sean bertanya-tanya, "Bukankah ini terlalu aneh? Kecuali jika Giana bukan anak biologis keluarga Wangsa. Jika tidak, kenapa Nenek Wanda tidak menghentikan Giana dan hanya melihat cucu kakaknya jatuh ke lubang neraka?"     

Fairus juga merasa ini sangat aneh. Randy pun bertanya, "Apa jangan-jangan karena Nenek Wanda sakit, beliau tidak tahu mengenai kabar perceraian Tuan Muda dan Nona Giana?"     

"Aku harap juga begitu," jawab Sean, "Tapi, entah mengapa, aku rasa masalah ini tidak sesederhana itu."     

Sean masih tidak tahu situasi Nenek Wanda yang sebenarnya. Jika Nenek Wanda sudah sakit parah sejak sebulan yang lalu, keluarga Wangsa tidak akan memberitahukan berita perceraian Sean dan Giana pada Nenek Wanda demi menjaga kesehatannya.     

Sean mulai menyimpulkan, Itu artinya Nenek Wanda masih belum tahu. Tapi, meskipun beliau tidak tahu, orang cerdas seperti beliau seharusnya memiliki persiapan untuk segalanya. Semestinya beliau memberitahu orang terdekat atau bawahannya, 'Jika sampai terjadi sesuatu padaku, jika terjadi sesuatu pada keluarga Wangsa atau semacamnya, kamu harus berbuat seperti begini, begini, atau semacamnya.'     

Kepala Sean mulai sakit sehingga dia berhenti memikirkannya. Dia langsung berdiri, keluar dari restoran, dan mengendarai mobilnya menuju Perumahan Kelapa Gading.     

Ketika Sean sampai di gerbang kediaman Nenek Wangsa, seluruh keluarga Wangsa sudah siap. Giana yang hanya membawa sebuah ransel segera membuka pintu mobil dan masuk ke mobil Sean.     

Dari kejauhan, Yuana terlihat menghentakkan kakinya dengan kesal. Dari perilakunya, sangat jelas bahwa Yuana juga ingin menaiki mobil Maybach ini.     

Yuana dan Nenek Wangsa masuk ke Rolls-Royce milik Fairus. Tanpa berlama-lama lagi, kedua mobil, ditambah Audi Q7 Jayanata, segera berangkat ke Bandung.     

Giana sangat senang karena bisa menaiki mobil Maybach ini lagi. Terakhir kali, dia hanya menaiki mobil ini selama dua menit dan sama sekali belum sempat menikmatinya.     

Giana mengeluarkan sebotol sampanye dari ranselnya dan berkata, "Suamiku, biar aku tuangkan segelas untukmu!"     

Saat Giana menaiki mobil ini terakhir kali, dia ingin menikmati bagaimana rasanya minum sampanye di kursi penumpang belakang yang luas. Sayangnya, Sean tidak menuangkan sampanye untuk Giana. Jadi, kali ini Giana menyiapkan sebotol sampanye untuk dirinya sendiri.     

Sean menatap Giana dan bertanya dengan getir, "Minum sampanye? Merayakan kematian Nenek Wanda-mu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.