Ingin Kukatakan Sesuatu

Target Ratusan Triliun Aset!



Target Ratusan Triliun Aset!

0Setelah Sean mendapatkan Giana, dia benar-benar sangat bahagia. Saat ini, mereka sedang berada dalam masa-masa cinta yang paling manis. Sean bahkan mencintai Giana lebih dari sebelumnya.     

———     

Hilda dan lima atau enam gadis berusia awal dua puluhan datang ke rumah Sean di Perumahan Pondok Indah pada pukul tujuh malam. Begitu masuk, mereka terus mengagumi dekorasi mewah, perabotan, dan barang-barang berharga yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.     

"Giana, suamimu benar-benar kaya. Aku belum pernah melihat rumah seindah ini!"     

"Presdir Sean dan Kak Giana benar-benar pasangan serasi! Keduanya sama-sama memiliki wajah yang rupawan dan latar belakang keluarga yang bagus. Kapan kalian berencana punya anak?"     

"Benar, benar! Kami masih menunggu kabar baik dari kalian!"     

Giana merasa sangat bangga saat mendengar pujian-pujian dari para teman kuliahnya.     

Di masa lalu, Giana malu membawa Sean keluar untuk bertemu teman-teman kuliahnya karena mereka sangat sombong, sementara Sean hanyalah menantu parasit yang menumpang tinggal di rumah mertua. Jadi, mereka selalu menggunakan hal ini untuk mengejek Giana.     

Sekarang, semua orang tahu bahwa Sean menjabat sebagai Presiden Direktur Grup Citra Abadi. Teman-teman kuliah Giana kini iri padanya.     

"Aku dan Sean sedang berencana untuk memiliki anak," jawab Giana, "Jika beruntung, seharusnya kami akan segera memiliki bayi."     

Seorang teman sekelas Giana menyahut, "Biar aku hitung. Jika bulan ini kamu bisa hamil, berarti kira-kira Februari tahun depan kamu sudah melahirkan. Apa zodiak bulan Februari?"     

Teman lain menjawab sambil mengangkat gelas anggur, "Ada Aquarius dan Pisces. Giana, kamu ingin anakmu berzodiak Aquarius atau Pisces?"     

Teman yang lain lagi tersenyum dan menimpali, "Menurutku, selama itu anak Presdir Sean, zodiak apapun tak masalah!"     

"Hahaha! Jaga ucapanmu! Jika bukan anak Presdir Sean, lalu anak siapa?"     

Sekelompok gadis sedang minum-minum dan mengobrol, sementara Sean hanya menyapa mereka di pagi hari dan kemudian pergi. Gadis-gadis ini memiliki hubungan yang sangat biasa dengan Giana. Sebelumnya mereka juga memandang rendah Sean, jadi Sean tidak merasa perlu menemani mereka.     

Sementara, Giana hanya memanggil para teman kuliahnya ini untuk memamerkan suaminya. Sebenarnya tidak ada yang bisa Giana obrolkan dengan mereka. Saat kuliah, teman-temannya ini selalu iri pada kecantikannya dan diam-diam mengucilkannya. Saat dulu mereka mengetahui bahwa Giana menikahi seorang suami yang tidak berguna, entah berapa kali mereka diam-diam mengejeknya.     

Setelah mereka berkumpul selama lebih dari satu jam, Hilda dan Giana naik ke lantai dua untuk minum-minum sendiri. Sementara, yang lain tinggal di ruang tamu lantai pertama dan mencicipi anggur terkenal yang dibawa Sean dari luar negeri sambil berfoto serta membagikannya di media sosial.     

Hilda memegang gelas anggur, berdiri di depan susuran pembatas tangga, dan terkekeh sambil melirik teman-teman sekelas Giana yang menyedihkan. Lalu, dia bertanya pada Giana, "Giana, apa kamu sudah menaklukan Sean?"     

Giana mengangguk dengan bangga. Hilda pun kembali bertanya, "Dia tidak curiga?"     

"Tentu saja tidak!" sahut Giana.     

"Baguslah kalau begitu," kata Hilda, "Oh, ya! Bagaimana perhitungan aset kalian? Apakah masih sesuai dengan perjanjian pranikah sebelumnya?"     

Sebelum menikah, Giana dan Sean menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa harta mereka terpisah dan merupakan milik masing-masing. Karena terpisah, saat ini rumah mewah, mobil mewah, termasuk perusahaan Sean, tidak ada hubungannya dengan Giana.     

Ketika perjanjian ini ditandatangani sebelumnya, alasan asli keluarga Wangsa adalah karena takut Sean akan mengambil keuntungan dari keluarga mereka. Tetapi, tanpa disangka, sekarang malah sebaliknya. Justru keluarga Yuwono lah yang khawatir jika keluarga Wangsa ingin mengambil keuntungan dari mereka.     

"Iya. Aku sudah pernah bertanya pada Sean. Dia bilang akan bertemu kakeknya di Inggris, kemudian mempertemukannya denganku secara langsung. Sean ingin mengenalkanku terlebih dulu, baru memasukkanku ke dalam pewaris keluarga Yuwono."     

Hilda buru-buru menyahut, "Kalau begitu kenapa kamu tidak pergi ke Inggris untuk menemui kakeknya?! Untuk apa kamu malah mengadakan kumpul-kumpul seperti ini? Nona Besar! Mana yang lebih penting?! Biar kuberitahu, Giana. Bukan tidak bercerai yang paling penting bagi kalian. Yang paling penting adalah aset keluarga Yuwono!"     

Giana tidak minum alkohol karena sedang mempersiapkan kehamilan. Sesudah menyesap seteguk air, dia berkata, "Untuk apa buru-buru? Sekarang kami ingin memiliki anak. Sean begitu mencintaiku, jadi keluarga Yuwono pasti juga akan menerimaku! Tenang saja."     

Hilda berkata dengan putus asa, "Kamu benar-benar percaya diri! Kamu tidak takut Cahyadi akan menemui Sean dan menikammu begitu saja?"     

Giana terkekeh dan mencibir, "Sekarang dia saja tidak sanggup melindungi dirinya sendiri. Dia mau apa? Mengungkapkan kebenaran? Apa dia sudah bosan hidup? Andy dan John adalah anak buah suamiku!"     

"Aku dengar dia pergi ke Banten untuk menemui keluarga Liono. Kemampuan keluarga Liono juga tidak dapat diduga," Hilda memberitahu dengan cemas, "Tidak peduli seberapa kuat keluarga Yuwono, bagaimanapun juga kakeknya sudah lama pindah ke Inggris. Aku rasa kemampuan keluarga Yuwono di dalam negeri tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Liono."     

Giana masih tidak peduli.     

"Meskipun Lusy Liono adalah anggota keluarga Liono, tidak akan ada gunanya meminta belas kasihan dari keluarganya. Cahyadi bermarga Pangestu, jadi keluarga Liono tidak akan memedulikannya," sanggah Giana, "Jangan khawatir. Aku lebih mengenal keluarga Pangestu dan keluarga Liono daripada dirimu. Keluarga Liono tidak akan menyinggung keluarga Yuwono karena Cahyadi."     

Hilda tidak mengatakan apa-apa lagi dan mengangkat gelasnya.     

"Kalau begitu, aku ucapkan selamat padamu terlebih dahulu. Sekarang kamu istri konglomerat dengan kekayaan ratusan triliun!"     

"Terima kasih, sahabatku! Tunggu saat Kakak memiliki 200 triliun, Kakak akan memberimu beberapa triliun agar kamu bisa memelihara pria muda tampan! Haha!"     

Giana mengangkat gelas berisi air dan bersulang dengan Hilda.     

———     

Meskipun Banten dan Jakarta dekat, ada kesenjangan yang cukup besar di antara kedua provinsi ini. Jakarta merupakan daerah khusus ibu kota, tetapi Banten juga salah satu provinsi termakmur di Indonesia.     

Sudah beberapa hari sejak Cahyadi kabur dari rumah dan lari ke Serang, Banten. Dalam beberapa hari terakhir, setiap hari Cahyadi memohon untuk bertemu dengan keluarga Liono. Namun, sejauh ini tidak ada seorang pun dari keluarga Liono yang menemuinya.     

Malam itu, Cahyadi bertahan berdiri di pintu gerbang perumahan Grand East Coast.     

Tujuh tahun yang lalu, harga satuan rumah di sini melebihi 400 juta per meter persegi, melebihi harga perumahan yang ada di Jakarta. Orang-orang yang bisa tinggal di sini tentu saja adalah yang terkaya di antara orang-orang kaya.     

Sebuah Mercedes-Benz G-class datang perlahan. Cahyadi segera menghampiri pintu mobil itu dan terus memukul jendela sambil berseru, "Kak Fendy! Yoga! Berhenti sebentar!"     

Mobil perlahan berhenti dan jendela pengemudi terbuka. Terlihat dua pria seumuran Cahyadi duduk di kursi pengemudi dan kursi penumpang bagian depan. Mereka masih muda, tampan, dan penampilannya jelas menunjukkan bahwa mereka merupakan putra konglomerat.     

Pengemudi mobil itu adalah Fendy Liono, sedangkan yang duduk di sebelahnya adalah Yoga Liono. Keduanya adalah anak kakak laki-laki Lusy.     

Begitu melihat Cahyadi, Fendy langsung memarahinya, "Cahyadi? Lagi-lagi kamu! Belum cukup rupanya bertingkah seperti pengemis sepanjang hari seperti ini? Menjauhlah dariku!"     

"Aku mohon…" kata Cahyadi, "Biarkan aku bertemu Nenek dan Kakek…"     

"Kakek dan Nenek tidak layak bertemu bajingan sepertimu!" Fendy memaki dengan penuh emosi.     

Cahyadi sudah memohon selama beberapa hari, tetapi tidak juga berhasil. Saat melihat Fendy yang hendak pergi meninggalkannya, Cahyadi tiba-tiba balas memaki, "Fendy, kamu yang bajingan! Keluarga Liono-mu semuanya sampah! Semua laki-laki di keluarga Lionomu tidak berguna! Semua wanita di keluarga Liono adalah pelacur! Ayah dan ibumu, semuanya murahan!"     

Aura pembunuh di wajah Fendy dan Yoga mendadak bangkit.     

"Cahyadi, aku lihat kamu ini sudah bosan hidup, ya?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.