Ingin Kukatakan Sesuatu

Yoga Menyukai Giana?



Yoga Menyukai Giana?

0"Ah!" Cahyadi berteriak kesakitan dan memuntahkan seteguk darah.     

Kekesalan Cahyadi sudah pada puncaknya. Dia memaki dalam hati, Dasar lumpuh! Berani-beraninya kalian semua memukulku! Fendy dan Yoga memukulku! Jordy memukulku! Bahkan, laki-laki tua bangka senilai ratusan triliun ini juga memukulku!     

Aku yang sudah menyinggung Sean saja tidak sampai dihajar dengan kejam seperti ini, tapi ketika datang ke Banten untuk menemui kerabat, malah dipukuli seperti ini? keluh Cahyadi.     

Dalam beberapa tahun terakhir, Cahyadi pun adalah putra konglomerat yang dihormati. Akan tetapi, begitu dia datang ke keluarga Liono, mereka memperlakukannya sama seperti orang yang datang dari pedesaan!     

Cahyadi terus memaki dalam hati, Memang orang-orang yang ada di Banten pasti hebat? Brengsek! Dulu aku juga bisa membeli rumah seluas lebih dari dua ratus ribu meter persegi!     

Cahyadi menyeka darah dengan tangannya dan bangkit dari lantai. Pada saat itu, dia tahu bahwa keluarga Liono tidak akan mungkin membantu keluarga Pangestu.     

"Oke! Aku tahu kalian membenci ayahku dan tidak bersedia membantunya. Aku bisa mengerti!" kata Cahyadi, "Tapi, ibuku? Bukankah dia selalu merupakan bagian dari keluarga Liono?"     

Tiba-tiba Susan menyela, "Sejak Lusy menikahi ayahmu, dia sudah bukan lagi bagian dari keluarga Liono."     

Susan dan Lusy berselisih saat masih muda. Ketika Lusy masih muda, dia sangat angkuh dan sombong. Kata-kata yang keluar dari mulutnya juga terlalu blak-blakkan. Lusy pernah mengatakan bahwa Susan tidak layak menjadi menantu keluarga Liono. Karena itulah, Susan selalu menyimpan dendam padanya.     

Cahyadi menahan amarahnya dan menjawab, "Oke! Meskipun ibuku sudah tidak termasuk bagian dari keluarga Liono, setidaknya nama keluarganya adalah Liono! Apa kalian tidak memedulikan martabat keluarga Liono?"     

"Apa maksud perkataanmu ini?" balas Yuangga sambil meletakkan tangan di belakang punggungnya.     

Susan juga sangat heran dengan perkataan Cahyadi barusan. Dia menatap Cahyadi sambil mengangkat cangkir teh dan menyesapnya.     

Wajah Cahyadi tiba-tiba memerah. Dia merasa seakan sudah dipermalukan dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Dia pun bertanya, "Apa kalian tahu seseorang bernama Sean Yuwono?"     

Yoga mulai tertawa.     

"Haha! Aku tahu! Presiden direktur muda Grup Citra Abadi yang memiliki puluhan sampai ratusan aset itu, kan?" sahut Yoga, "Dengar-dengar, kamu merebut istrinya dan dibuat sekarat olehnya? Dasar tidak berguna! Hal sekecil ini saja tidak bisa kamu tangani!"     

Berdasarkan perkataannya, Yoga benar-benar menganggap enteng Sean dan memang inilah yang diharapkan Cahyadi. Jika bahkan keluarga seperti keluarga Liono juga takut pada Sean, bukankah itu artinya balas dendam Cahyadi tidak akan terbayarkan?     

Fendy bertanya, "Apa hubungan Sean dengan martabat keluarga Liono kami?"     

Cahyadi menahan napas dan menjawab dengan kejam, "Sean si binatang liar itu sudah meniduri ibuku!"     

"Uhuk!"     

Susan yang baru saja meminum seteguk teh langsung memuntahkan teh yang ada di mulutnya. Seseorang yang berasal dari keluarga besar sangat mementingkan tata krama. Jadi, Susan segera menyeka sudut mulutnya dengan tisu, kemudian membungkuk untuk langsung membersihkan teh yang ada di lantai.     

Sambil mengelap lantai, Susan bertanya, "Anak desa itu? Bukankah dia saingan cintamu? Seharusnya dia seumuran denganmu, kan? Bagaimana bisa dia terlibat dengan ibumu?"     

Air muka keluarga Liono berubah menjadi sangat tidak enak dipandang. Bagaimanapun juga, Lusy adalah anggota keluarga Liono mereka. Selain itu, dia adalah seseorang yang menjaga martabatnya dan tidak pernah mempermalukan keluarga Liono di mana pun dia berada. Akan tetapi, ternyata justru terjadi hal semacam ini.     

Saat ini, tiba-tiba Jordy emosi. Dia mengambil cangkir teh dan membantingnya ke lantai. Tatapannya seperti ingin membunuh orang.     

Jordy membentak Cahyadi, "Lusy pasti melakukan ini untuk melindungi hidup sampahmu! Sean pasti ingin membalasmu karena sudah merebut wanitanya! Itu sebabnya Lusy sampai berbuat seperti ini!"     

Terlihat dengan jelas bahwa Jordy masih sangat mencintai Lusy, adik perempuannya. Jika tidak, dia tidak akan semarah ini.     

Cahyadi ketakutan dan menjelaskan, "Tidak! Sean sengaja melakukan ini! Dia bilang kalau dirinya suka bermain dengan wanita Banten dari keluarga Liono!"     

"Apa katamu?!"     

"Omong kosong!"     

Fendy dan Yoga sangat marah. Mereka menghampiri Cahyadi dan sangat ingin membunuhnya. Kata-kata yang baru saja diucapkan Cahyadi benar-benar sudah membangkitkan amarah keluarga Liono.     

Ini adalah sebuah provokasi! Provokasi yang sangat manjur!     

Cahyadi mengangkat tangan kanan untuk meyakinkan, "Aku bersumpah! Sean mengatakan itu padaku secara langsung!"     

Fendy yang emosi pun berkata, "Kakek, Ayah, Sean si orang Jakarta itu merasa berjaya di Jakarta. Itu sebabnya dia berani berbuat semena-mena! Kita harus memberinya pelajaran!"     

Yoga menyahut, "Habisi bajingan itu!"     

Yuangga melirik semua orang, kemudian berkata, "Tenang dulu! Sean adalah seseorang yang terpandang. Kakek juga dengar bahwa dia memiliki hubungan baik dengan Presdir Hartono."     

Yoga mendengus dingin. "Memangnya kenapa dengan Presdir Hartono? Sekarang dia hanyalah seorang pensiunan tua!"     

Ketika melihat Yuangga tidak berniat untuk balas dendam, lagi-lagi Cahyadi memprovokasinya, "Haha! Kakek, aku kira keluarga Liono kalian sangat kompeten. Ternyata, membalas dendam pada Sean yang sekecil itu saja tidak berani! Biar aku tebak. Kakek bahkan tidak tahu apa yang dilakukan oleh keluarga Yuwono, bukan?"     

Jordy memelototi Cahyadi, tetapi dia juga penasaran sehingga bertanya, "Sebenarnya si Sean ini berasal dari keluarga Yuwono yang mana? Kenapa dia berani bertindak begitu liar seperti ini di Jakarta?"     

Yuangga memutar bola matanya pada Cahyadi dan memberitahu, "Apa kalian masih ingat Bank Jabar yang kita kunjungi kemarin? Tiga belas tahun yang lalu, tanah itu milik keluarga Yuwono. Selain itu, Sean berinvestasi pada berbagai proyek di Banten kota.'     

Yuangga melanjutkan, "Aku belum pernah bertemu dengan kakeknya, tapi dengar-dengar, kakek Sean sangat misterius dan tidak pernah muncul di depan publik. Dia benar-benar seperti hantu."     

Yoga cukup terkejut dan bertanya, "Apa jangan-jangan keluarga Liono kita tidak bisa dibandingkan dengan mereka?"     

Yuangga membalas dengan arogan, "Hah! Tua bangka keluarga Yuwono itu sekarang berada di luar negeri dan sama sekali tidak berani kembali ke Indonesia! Bagaimana bisa dia membandingkan dirinya dengan keluarga Liono kita? Apa bedanya menghabisi Sean si generasi ketiga ini dengan memitas semut?"     

"Haha…" Yoga tertawa. Keluarga Liono memang masih lebih kompeten!     

Cahyadi terkejut dan kembali memohon, "Kakek, habisi saja dia! Dia sudah menghina putri Kakek. Dendam ini harus dibalaskan!"     

Fendy dan Yoga juga sudah hampir berada di pihak yang sama dengan Cahyadi.     

"Benar, Kakek. Hancurkan saja dia."     

"Berani-beraninya mereka menindas keluarga Liono? Keluarga Yuwono benar-benar tidak tahu mereka berhadapan dengan siapa!"     

Yuangga melambaikan tangannya dan berkata, "Kita bicarakan lagi masalah ini saat kita sudah mengetahuinya dengan jelas. Akhir-akhir ini keluarga Yuwono sudah mentransfer aset mereka ke luar negeri. Meskipun kekuatannya di dalam negeri tidak sehebat keluarga Liono kita, pengaruh kita di luar negeri tidak bisa dibandingkan dengan mereka."     

"Fendy dan Yoga sering bepergian ke luar negeri. Jika Kakek mengganggu cucunya, entah apa yang akan dia lakukan saat kalian sedang berada di luar negeri," kata Yuangga lagi.     

Fendy dan Yoga sama-sama pria yang harga dirinya mudah tersinggung.     

"Aku tidak takut!" kata Fendy, "Paling-paling hanya perlu membawa pengawal saat keluar!"     

"Paling-paling hanya perlu keluar negeri saja!" timpal Yoga.     

Tepat pada saat ini, ibu mereka berdua, Susan, datang untuk melerai dan berkata, "Apa yang dikatakan Ayah benar. Lebih baik tidak usah ikut campur jika tidak perlu. Bagaimanapun juga, semuanya berasal dari keluarga besar, jadi tidak ada baiknya jika ada yang terluka."     

"Bawa Cahyadi keluar!" perintah Yuangga, "Jangan biarkan dia masuk lagi."     

"Baik!"     

Fendy dan Yoga menyeret Cahyadi keluar. Setelah mereka membawanya turun ke lantai bawah, mereka melemparkan Cahyadi ke tanah.     

"Pergi sendiri sana!" usir Fendy, "Jika kamu seorang laki-laki, selesaikan masalahmu sendiri dan jangan memohon bantuan kami!"     

Sesudah itu, Fendy naik ke atas sendirian. Saat Fendy tersadar bahwa Yoga tidak mengikutinya, dia bertanya, "Yoga! Kamu tidak kembali?"     

Yoga menjawab, "Aku akan kembali sesudah mengawasi si bajingan ini keluar dari kawasan perumahan."     

Fendy mengangguk dan tidak berkomentar.     

Seluruh tubuh Cahyadi sudah dipenuhi luka-luka. Dia menjawab Yoga dengan emosi, "Tanpa kamu awasi pun aku akan pergi sendiri! Aku tidak akan pernah datang meminta bantuan pada keluarga kalian lagi! Dasar kalian para bajingan keparat!"     

Yoga tiba-tiba menyerahkan sebatang rokok pada Cahyadi dan tersenyum nakal, "Dengar-dengar si Giana itu adalah wanita tercantik nomor satu di Jakarta?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.