Ingin Kukatakan Sesuatu

Aset Ratusan Triliun Keluarga Liono!



Aset Ratusan Triliun Keluarga Liono!

0Fendy dan Yoga sama-sama muda dan energik. Fendy berusia 25 tahun dan Yoga berusia 22 tahun. Ketika mereka mendengar anak-anak dari keluarga bibi mereka memaki mereka seperti ini, tentu saja mereka langsung marah. Keduanya turun dari mobil, kemudian langsung memukul dan menendang Cahyadi.     

Fendy memiliki tubuh yang kuat. Begitu dia meninjunya, Cahyadi tercengang.     

Lain halnya dengan Yoga, dia hanya memiliki penampilan yang menarik, tetapi tidak memiliki kemampuan. Dia bertubuh tinggi dan tampan. Setiap hari Yoga hanya sibuk bermain-main dengan para gadis dan tidak pernah berolahraga, jadi tendangannya tidak bertenaga. Meskipun begitu, Cahyadi tetap tidak bisa menghindar.     

Sebenarnya, Cahyadi tidak ingin menghindari serangan Fendy dan Cahyadi. Dia bahkan tidak berencana untuk melawan. Cahyadi hanya ingin kedua kakak-beradik keluarga Liono ini memukul dan melumpuhkannya.     

Cahyadi berbaring di tanah sambil memegang kepalanya dan masih memprovokasi mereka berdua, "Keluarga Liono adalah sekelompok orang-orang yang tidak tahu berterima kasih! Tidak berguna!"     

Keduanya terus meninju dan menendang Cahyadi. Tepat pada saat itu, sebuah mobil polisi lewat. Ketika melihat perkelahian, mobil polisi itu segera berhenti dan mendekat.     

Mendengar sirine mobil polisi, Cahyadi tahu kesempatannya telah tiba. Dia mengancam mereka berdua dan berkata, "Jika kalian tidak ingin masuk penjara, bawa aku menemui Kakek! Jika tidak, aku akan membuat keadaan semakin buruk!"     

Kakek Fendy dan Yoga, Yuangga Liono, adalah ayah Lusy sekaligus kakek Cahyadi. Dia merupakan konglomerat ternama yang masuk dalam daftar orang kaya. Jika sampai terjadi sesuatu pada orang ternama sepertinya, tentu saja kabar itu akan masuk berita.     

Konglomerat generasi kedua seperti Fendy dan Yoga memiliki kedudukan yang sangat tinggi di Banten. Meskipun mereka dapat menyelesaikan segalanya, hal yang paling mereka tidak inginkan adalah mengungkap identitas mereka.     

Tidak peduli masalah apapun yang Fendy dan Yoga temui, mereka tidak akan menggunakan nama kakek mereka untuk memohon seperti orang bodoh. Hal seperti ini tidak boleh terjadi pada keluarga papan atas seperti keluarga Liono. Bahkan, lebih tidak boleh terjadi di Banten.     

Berbeda dengan di Jakarta, para konglomerat generasi kedua akan menjadi sangat sombong dan sengaja memamerkan dirinya agar semua orang mengetahui siapa keluarga mereka. Sedangkan, banyak hal diselesaikan dengan tenang tanpa melibatkan maupun meminta pertolongan pada siapapun di Banten.     

Polisi datang dan bertanya, "Apa yang kalian lakukan? Kenapa berkelahi?"     

Fendy dan Yoga yang merupakan konglomerat super kaya generasi kedua tidak mengandalkan latar belakang keluarga mereka dengan bersikap angkuh dan semena-mena. Mereka tersenyum dan membantu Cahyadi berdiri, lalu berkata, "Tidak. Kami bertiga bersaudara. Hanya sedang bercanda saja."     

Polisi menghampiri Cahyadi dan bertanya, "Kamu baik-baik saja? Mau melapor ke polisi?"     

Cahyadi yang sudah dihajar dan terluka pun menjawab, "Saya baik-baik saja. Tidak perlu lapor polisi."     

Tidak lama kemudian, Cahyadi masuk ke Mercedes-Benz Fendy dan Yoga. Mobil itu memasuki area perumahan. Setelah itu, Fendy dan Yoga membawa Cahyadi ke rumah Yuangga.     

Duak!     

Sesampainya di ruang tamu, Fendy menendang Cahyadi hingga terjatuh ke lantai dan menyuruhnya berlutut untuk memberi penghormatan pada Yuangga. Cahyadi sendiri sudah lama kehilangan harga dirinya. Dia berlutut di depan Yuangga dan memohon, "Kakek! Kakek! Tolong selamatkan keluarga kami!"     

Yuangga Liono adalah seorang pria tua yang kaya dan terkenal di Indonesia. Dia mendirikan Secepat Kilat Express yang bisa dibilang sebagai pemimpin industri pengiriman kilat domestik. Selain Yuangga, di rumah itu juga ada putranya, Jordy Liono, yang merupakan ayah Fendy dan Yoga serta istrinya, Susan Jayawitama.     

Yuangga masih sehat meskipun sudah berusia tua. Setiap hari dia berolahraga dan bahkan lebih bersemangat dibanding orang muda.     

Begitu Yuangga berdiri, dia langsung menendang Cahyadi hingga terseret sejauh satu meter dan tergeletak lemah. Lalu, dia bertanya pada Fendy dan Yoga, "Untuk apa kalian berdua membawa bajingan ini kemari? Bukankah Kakek sudah bilang untuk tidak bertemu dengan orang-orang dari keluarga Pangestu?"     

"Sebenarnya kami tidak bermaksud untuk memedulikannya, tapi dia memaki keluarga Liono kita," jawab Fendy, "Dia bilang para lelaki di keluarga kita tidak berguna dan para wanitanya pelacur. Kata-katanya terlalu kasar, jadi kami tidak tahan lagi dan turun dari mobil untuk menghajarnya."     

Yoga menimpali, "Saat kami sedang menghajarnya, ada polisi yang lewat. Bocah ini mengancam kami, jadi mau tidak mau kami…"     

Yuangga mengangguk dan mengingatkan, "Baiklah. Kalian melakukan hal yang benar. Jangan membuat masalah di Banten. Meskipun banyak yang menghormati keluarga Liono, lebih baik kalian menghindari masalah sebisa mungkin. Sekarang kekuatan opini publik tidak bisa diremehkan begitu saja!"     

Jelas terlihat bahwa Yuangga merupakan orang yang waspada dalam bertindak. Yuangga memiliki kekayaan mencapai ratusan triliun. Jika di tempat lain, dia akan dipuja-puja begitu banyak orang entah sampai pada tahap apa. Namun, di Banten, Yuangga bahkan harus memilih-milih keadaan dan tempat saat akan berbicara dengan suara yang keras.     

"Kakek! Kakek!" Cahyadi terus berlutut dan memohon pada Yuangga, "Keluarga Kakek kaya raya. Tolong beri kami beberapa triliun agar perusahaan ayahku bisa bertahan! Itu pasti jumlah yang sepele bagi Kakek!"     

Yuangga mendengus dingin dan menghina, "Keluarga Pangestu kalian sudah tidak tertolong! Katanya si bodoh Singgih itu belajar bisnis? Benar-benar konyol!"     

"Beberapa tahun yang lalu, entah keberuntungan apa yang dia dapat sampai tanpa disangka-sangka bisnisnya semakin besar. Kekayaannya pernah tercatat hampir mencapai 20 triliun, kan?" cibir Yuangga, "Aku masih ingat tahun itu, Singgih datang ke rumah kami dengan gagah, memberi banyak hadiah, dan memamerkan betapa kuat dirinya. Dia bahkan bersumpah bahwa kekayaannya akan melampauiku dalam sepuluh tahun!"     

Jordy ikut angkat bicara, "Itu hanya mulut besarnya saja! Memangnya dia pantas dibandingkan dengan Ayah?"     

Yuangga melanjutkan, "Singgih si bodoh ini bahkan berani memperbanyak cabang hotelnya pada saat-saat seperti ini. Dia bahkan tidak bisa melihat jika bisnisnya akan jelas-jelas merugi. Tidak heran jika dia jadi seperti ini sekarang!"     

"Aku sarankan agar kamu pulang. Beritahu ayahmu untuk menjual perusahaan dan aset keluarga, lalu buka restoran di Kalimantan, sebelum kalian kehilangan semuanya!" tukas Yuangga, "Hahahaha…"     

Semua anggota keluarga Liono di sana tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Yuangga.     

Fendy tersenyum dan mengejek, "Cahyadi, beberapa triliun sebenarnya bukan uang yang banyak untuk keluarga Liono kami, tapi kenapa kami harus memberikannya kepadamu?"     

Cahyadi sangat marah. Selama 20 tahun terakhir, dia juga seorang putra yang dimanjakan. Dia tidak menyangka dirinya akan dipermalukan seperti ini ketika datang ke Banten. Cahyadi marah dan berkata, "Ibuku berasal dari keluarga Liono! Aku putra ibuku! Kalian bahkan tidak peduli dengan keluarga sendiri! Kalian bukan manusia!"     

Plak!     

Jordy bangkit dan menampar wajah Cahyadi dengan penuh emosi, lalu memaki, "Dasar bajingan! Tahu tidak? Dulu saat adikku menyanyi di bar, ayahmu memperkosa adikku hingga dia melahirkanmu!"     

Susan yang mengenakan pakaian mahal menyahut dengan dingin, "Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Lusy saat itu. Jordy ingin membunuh ayahmu, tapi ibumu melindunginya dan akhirnya menikah dengannya. Haha! Jadi, jangan salahkan kami jika kami sudah tidak mau menerima ibumu!"     

Yuangga masih sangat marah saat mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu itu. Dia meletakkan tangannya di belakang punggungnya dan berkata, "Cahyadi, percuma kamu datang memohon padaku hari ini. Meskipun ibumu sendiri yang datang dan memohon padaku, aku juga tidak akan menolong Singgih!"     

Dulu aku bahkan sudah mengatur pernikahan Lusy. Jika saat itu dia setuju, maka sekarang bisnisku… akan selangkah lebih maju!" lanjut Yuangga, "Kamu tahu sekarang apa posisi pria yang sudah aku atur untuk Lusy saat itu?!"     

Begitu selesai berbicara, Yuangga yang dipenuhi emosi menendang wajah Cahyadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.