Ingin Kukatakan Sesuatu

Cahyadi dan Yoga Mencapai Kesepakatan!



Cahyadi dan Yoga Mencapai Kesepakatan!

0Cahyadi tercengang ketika melihat Yoga memberinya sebatang rokok.     

Yoga selalu memandang Cahyadi sebelah mata. Dulu Cahyadi pernah menawarinya rokok, tetapi Yoga tidak bersedia menerimanya. Lalu, kenapa hari ini Yoga bisa berinisiatif untuk memberi rokok pada Cahyadi?     

Apa Yoga takut Cahyadi lapor polisi karena keluarga Liono sudah memukulinya? Tapi, Cahyadi sedang berada di Banten, wilayah kekuasaan keluarga Liono. Jika mereka takut hanya karena masalah sekecil ini, benar-benar tidak masuk akal. Jadi, satu-satunya kemungkinan yang tersisa adalah karena Giana.     

Meskipun Cahyadi tidak memiliki banyak kontak dengan keluarga Liono, dia tahu kepribadian Fendy dan Yoga, dua kakak beradik ini. Fendy adalah orang yang lebih dewasa dan stabil, sementara Yoga adalah tuan muda buaya darat yang tidak bisa bekerja. Sama seperti Cahyadi, Yoga juga menyukai gadis-gadis cantik. Tidak heran jika Yoga tertarik pada Giana yang merupakan wanita tercantik nomor satu di Jakarta.     

Cahyadi mengambil rokok dari Fendy dan berkata sambil tersenyum, "Giana lebih dari sekadar wanita tercantik nomor satu di Jakarta. Dia bahkan wanita tercantik nomor satu di Asia! Aku, Cahyadi, sudah bertemu dengan banyak wanita yang tak terhitung jumlahnya, tapi aku tidak pernah menemui satupun wanita yang lebih cantik dari Giana!"     

Cahyadi bahkan menekankan, "Aku bukan sedang membual denganmu, tapi semua wanita yang ada di Banten bahkan tidak pantas dibandingkan dengan satu jempol kakinya!"     

Senyum Yoga berangsur-angsur berubah, lalu dia berkata, "Ayo kita mengobrol di rumahku."     

Yoga mengendarai Mercedes-Benz Big G dan membawa Cahyadi ke kediamannya di Emerald Ville. Area vila ini didesain oleh arsitek asing sehingga rumah-rumah yang ada di sini bergaya Eropa. Masing-masing rumah memiliki dua lantai dan halaman pribadi di luar basement.     

Bagaimanapun, Cahyadi merupakan konglomerat generasi kedua sehingga ketika dia tiba di sini, dia tidak seperti orang pedesaan yang belum pernah melihat kemewahan. Dia hanya mengagumi seadanya, "Boleh juga kamu."     

Sesampainya di sofa, tiba-tiba Cahyadi melihat album foto pernikahannya yang terletak di atas sofa. Dia mengambil album itu dan melihatnya, lalu terkejut.     

"Bukankah ini foto pernikahanku dengan Giana?" tanya Cahyadi.     

Saat Cahyadi dan Giana menikah, tentu saja mereka mengundang keluarga Liono. Cahyadi bahkan membuat salinan tambahan foto pernikahan mereka dan mengirimkannya ke keluarga Liono bersamaan dengan undangan pernikahan. Tentu saja dia melakukannya hanya untuk memamerkan betapa cantiknya istri yang dinikahinya pada keluarga Liono.     

Tiada yang menyangka bahwa di hari pernikahan Cahyadi dan Giana, tidak ada satupun anggota keluarga Liono yang hadir. Mereka bahkan tidak memberikan hadiah pernikahan sama sekali.     

Cahyadi tahu bahwa keluarga Liono tidak ingin berhubungan dengan keluarga Pangestu. Dia kira album foto pernikahan yang dikirimnya sudah di buang ke tempat sampah oleh keluarga Liono. Tanpa disangka-sangka, Yoga malah mengambilnya dan menyimpannya di rumah.     

Begitu membuka album foto pernikahan, Cahyadi tercekat saat melihat foto cantik Giana. Betapa cantiknya wanita ini! Cahyadi memuji dalam hati tanpa sadar. Sayangnya, karena sekarang keluarga Cahyadi sudah bangkrut, wanita cantik seperti ini sudah tidak mungkin menjadi miliknya lagi.     

Cahyadi tahu bahwa Yoga menyimpan foto pernikahannya karena menyukai Giana, jadi dia bertanya, "Bagaimana? Saudaraku, mantan istriku cantik, kan?"     

Yoga memerintahkan pelayan untuk menuangkan dua gelas anggur. Dia mengambil satu gelas dan berkata sambil tersenyum, "Aku tidak menyangka bisa ada wanita kualitas terbaik seperti itu di Jakarta."     

Hanya ada sedikit wanita yang bisa membuat Yoga menyebutnya sebagai kualitas terbaik.     

Keluarga Yoga memiliki aset ratusan triliun. Selain itu, dia memiliki penampilan yang tampan dan tubuh yang tinggi sehingga tidak mungkin ada gadis yang tidak bisa didapatkan olehnya. Kabarnya, Yoga sudah meniduri banyak bintang populer di industri hiburan, termasuk empat aktris terkenal di industri hiburan.     

Yoga menunjuk album foto pernikahan di tangan Cahyadi dan bertanya, "Cahyadi, aku sudah melihat foto pernikahanmu berkali-kali dan menyadari sesuatu. Kenapa kalian tidak mengambil foto berciuman? Apa Dewi Giana tidak membiarkanmu menyentuhnya?"     

Yoga bahkan sudah menyebutnya sebagai seorang Dewi Giana. Itu tandanya, Yoga sudah jatuh cinta pada wanita ini! pikir Cahyadi.     

Cahyadi menjawab dengan kesal, "Bagaimana mungkin? Dari awal, kami sudah pernah tidur bersama! Kami tidak mengambil foto berciuman karena dua hari sebelum pemotretan, kami berciuman di mobil, tapi sesudah berciuman aku mengalami alergi! Saat itu, bisnisku juga terus merugi, jadi aku tidak sempat memeriksa apakah alergiku disebabkan oleh lipstik atau hal lainnya. Itu sebabnya aku tidak mengambil foto berciuman dengannya di hari itu."     

Yoga mengangguk. "Begitu rupanya! Aku kira kamu tidak pernah menciumnya! Tapi, kamu bilang, kamu pernah menidurinya? Kamu pasti hanya membual, kan? Temanku di Jakarta mendengar bahwa orang tuamu bahkan mengklarifikasi bahwa kamu dan Giana tidak pernah berhubungan badan."     

Yoga melanjutkan. "Sekarang aku dengar Sean dan Giana sudah rujuk dan bahkan sangat mesra. Sean juga bukanlah orang bodoh. Jika kamu benar-benar sudah meniduri istrinya, mana mungkin dia masih mau berbaikan dengan Giana?"     

Cahyadi tersenyum dan tidak berkomentar. Dia justru mengeluarkan kunci mobil dengan logo BMW dari sakunya, lalu melemparkannya ke arah Yoga dengan angkuh. Yoga pun tidak mengerti apa maksud Cahyadi.     

"Apa? Kamu kira aku tidak mampu membeli BMW 7-series?" tanya Yoga.     

"Kamu mengendarai Mercedes-Benz Big G seperti mobil mainan. Mana mungkin aku berani melawannya dengan BMW 7-series ku?" kata Cahyadi sambil tersenyum, "Saudaraku, benda ini memang terlihat seperti kunci mobil, padahal sebenarnya ini perekam suara tersembunyi!"     

"Perekam suara?!" Yoga terkejut.     

Cahyadi berkata sambil tersenyum licik, "Saat aku menyewa kamar dengan Giana, diam-diam aku merekam seluruh prosesnya. Bagaimana? Apa kamu ingin menikmatinya?"     

Yoga benar-benar merasa bersemangat. Meskipun tidak ada gambar, mendengar suara Giana saja juga bisa membuatnya sangat bersemangat.     

Yoga mengulurkan tangan dan hendak mengambil perekam tersembunyi tersebut, namun Cahyadi segera mengambilnya kembali dan berkata, "Jika kamu berjanji untuk membalaskan dendamku dan membuat Sean jatuh miskin, aku tidak hanya akan memberimu rekaman ini, tapi aku juga akan membantumu mendapatkan Giana! Bagaimana?"     

Yoga langsung melirik foto pernikahan Dewi Giana yang sedang tersenyum. Sejak awal, Yoga memang berencana untuk memberi Sean pelajaran karena selama ini bibinya cukup baik terhadapnya. Jika ditambah dengan mendapatkan Giana sebagai hadiahnya, tentu saja Yoga tidak punya alasan untuk menolak.     

"Oke! Jika Kakek tidak ingin membereskan Sean si tidak berguna itu, biar aku saja yang memberinya pelajaran!"     

Setelah selesai berbicara, Yoga segera mengambil perekam suara berlogo BMW itu.     

———     

Hari sudah hampir subuh ketika Sean kembali ke Pondok Indah. Teman-teman kuliah Giana juga sudah pergi.     

Tanpa disangka-sangka, saat teman-teman kuliah Giana sudah pergi, orang tua Giana justru datang dan bahkan sedang berberes. Begitu Sean masuk dan melihat mereka, dia berkata, "Ayah, Ibu, kalian tidak perlu membereskannya. Di rumah ada pembantu."     

Ibu Mertua Sean, Lana, buru-buru menghampiri Sean dan memberi Sean secangkir teh, lalu berkata, "Menantu, kamu pasti lelah bekerja sampai selarut ini. Duduk dan minum teh dulu."     

Sesudah itu, Lana menunjuk ruang tamu yang berantakan dan berkata, "Bagaimana bisa para pembantu itu mengerti cara membersihkannya? Ada begitu banyak barang berharga di ruang tamu ini. Bagaimana jika mereka tidak sengaja merusaknya? Lagi pula, Ayah dan Ibu sedang menganggur, jadi anggap saja sedang berolahraga."     

"Benar! Anggap saja kami sedang berolahraga. Kami tidak lelah," sahut Jayadi yang juga tersenyum tulus.     

Sean menggelengkan kepalanya karena tidak habis pikir. Tiga tahun terakhir ini, ayah dan ibu mertuanya tidak pernah 'berolahraga' seperti ini.     

Sean tidak mengatakan apapun lagi dan masuk ke dalam, lalu memeluk Giana. Baru saja berpisah kurang dari tiga jam, tetapi Giana sudah bermanja-manja di dalam pelukan Sean.     

"Suami, kamu sudah pulang! Aku sangat merindukanmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.