Ingin Kukatakan Sesuatu

Permusuhan Giana terhadap Chintia!



Permusuhan Giana terhadap Chintia!

0Orang kuno mengatakan bahwa tidak bertemu satu hari saja sudah seperti tiga tahun, tetapi bagi sepasang kekasih, satu menit sudah seperti beberapa tahun.     

Hubungan Sean dan Giana belum pernah semesra ini.     

Sebelumnya, mereka berdua memang saling menyukai. Tetapi, karena Giana tidak menyukai identitas Sean, dia tidak akan pernah menunjukkan bahwa dirinya menyukai Sean.     

Sekarang, semuanya berbeda. Semenjak Sean menjadi seorang presiden direktur, Giana benar-benar sudah berubah menjadi wanita lemah yang bahkan tidak bisa membuka tutup botol. Namun, Sean juga sangat senang dengan perubahan tingkah laku Giana ini.     

Sean membelai rambut Giana dengan lembut dan berkata, "Maafkan aku. Karena ada urusan di perusahaan, aku jadi tidak menemani teman-teman kuliahmu di rumah."     

Giana tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Hubunganku dengan teman-teman kuliahku itu biasa saja. Kamu tidak perlu menganggap mereka. Di antara teman-temanku, kamu hanya perlu memedulikan Hilda saja!"     

Sean mengerutkan keningnya ketika wanita bernama Hilda ini disebut. Dulu saat Sean masih menjadi menantu parasit yang tinggal di rumah mertua, dia tidak berani berbicara buruk tentang sahabat Giana. Tapi, sekarang berbeda. Giana sangat mendengarkan perkataannya.     

Sean berkata dengan terus terang, "Giana, aku tahu kamu dan Hilda sudah bersahabat selama belasan tahun. Hubungan kalian juga sangat baik, tapi aku tetap tidak ingin kamu terlalu dekat dengannya."     

"Hah? Kenapa?" ​​Giana sedikit terkejut.     

"Hilda sudah menikah. Suaminya sibuk dengan pekerjaan dan bepergian sepanjang hari, tapi dia justru memakai kesempatan ini untuk berkencan dengan banyak pria. Aku khawatir dia akan memberi pengaruh buruk padamu," kata Sean.     

Giana tersenyum tipis dan berkata, "Sudah, kamu tenang saja. Aku tidak akan seperti dirinya! Suamiku begitu tampan dan kaya raya! Melihat laki-laki lain saja aku tidak akan!"     

Sean tersenyum tak berdaya. Dia juga tahu bahwa Giana bukan 'pemanen daging segar' seperti Hilda. Dibandingkan dengan penampilan, Giana akan lebih memilih pria yang memiliki kekuasaan, uang, dan status. Sedangkan dalam segi finansial, Sean hampir tidak dapat menemukan tandingan yang dapat mengancam di dalam negeri.     

"Menantuku, putriku."     

Lana tiba-tiba datang dan memberi mereka sekotak tablet asam folat.     

"Apa ini?" Sean tampak kebingungan.     

Lana tersenyum dan menjelaskan, "Menantuku sayang, ini adalah tablet asam folat. Kamu dan Giana harus sama-sama meminumnya. Bukankah sekarang kalian menginginkan bayi? Tablet asam folat ini dapat mencegah penyakit sistem saraf bawaan pada bayi yang baru lahir!"     

Sean sedikit malu. Akhir-akhir ini, ibu mertuanya sangat perhatian dalam segala aspek. Agar Sean bisa segera memiliki anak, dia bahkan menyiapkan obat-obatan tradisional setiap hari, bahkan membuatnya sendiri.     

Sesudah keduanya memakan masing-masing satu tablet, Giana menarik Sean ke ruang piano.     

Giana duduk di samping piano dan berkata, "Suami, bukankah dulu kamu ingin mendengarkanku memainkan lagu David London? Aku sudah berlatih saat senggang tadi. Bagaimana kalau aku memainkan lagu 'Horizon' favoritmu?"     

Sean berdiri di samping. Mana mungkin Sean dapat menolak jika dihadapkan dengan penampilan Giana yang bergairah?     

"Tentu saja!" jawab Sean.     

Sean tersenyum. Namun, ada sedikit kepahitan dalam senyum Sean. Tiba-tiba dia teringat bahwa dua tahun yang lalu, ketika dia sakit dan di luar sedang hujan, Giana tertarik untuk duduk di dekat piano dan memainkan sebuah lagu.     

Pada saat itu, Sean bertanya pada Giana, "Bisakah kamu memainkan lagu untukku?"     

Giana bertanya, "Lagu apa?"     

Sean berkata, "'Horizon' oleh David London."     

Giana berkata dengan nada menghina, "Aku sama sekali tidak pernah mendengar lagu-lagu pianis kelas tiga seperti itu! Aku tidak akan mungkin belajar memainkannya hanya demi dirimu!"     

David London memang tidak setenar Dwiki Dhermawan dan hanyalah seorang musisi biasa yang lahir di kota kecil di Inggris.     

Sean mendengarkan permainan piano David London karena ketika masih sangat kecil, dia diganggu oleh kakak keduanya hingga berlari sambil menangis ke Trafalgar Square. Saat itu, seorang pria menghampiri dan menghibur Sean. Pria itu bahkan memainkan sebuah lagu untuknya. Lagu itu adalah 'Horizon'.     

Sebelum pria itu pergi, dia bahkan memberikan sebuah CD album pribadi David London dan berkata pada Sean, "Jika kamu sedang sedih, dengarkan lagu-laguku. Semoga permainan pianoku dapat memberimu kebahagiaan."     

Saat ini, Sean ingin berbagi cerita kecil ini dengan Giana. Tetapi, entah mengapa Sean tidak bisa mengatakannya. Melihat Giana yang begitu cantik memainkannya dengan sangat mahir, Sean sangat menikmati momen ini.     

"Jika aku bukan seorang presiden direktur, Giana tidak akan mungkin memainkan piano untukku, kan? Hah… Untuk apa aku memikirkan ini? Jelas-jelas aku adalah seseorang yang kaya raya dan akan selalu begitu, jadi Giana akan selalu mencintaiku."     

Meskipun Sean masih merasa keberatan dengan perlakuan Giana di masa lalu, tapi karena keduanya masih dipersatukan oleh takdir dan bersiap untuk memiliki anak, Sean tidak ingin berpikir yang tidak-tidak lagi.     

———     

Keesokan paginya, Lana datang lebih pagi dan memasak sarapan untuk Sean dan Giana. Menu sarapan lebih kaya daripada makan siang. Tidak hanya itu, Lana juga menyajikan sendiri sup untuk Sean dan membawanya.     

"Hati-hati panas, Menantu."     

Sean berkata, "Bu, panggil aku Sean saja."     

"Ah? Iya, Sean." Lana tersenyum.     

Jayadi tidak sungkan lagi. "Sean, Nenek Wangsa sudah menunjuk Giana sebagai direktur proyek Grand Giana, sementara Ayah sebagai wakilnya. Ke depannya Ayah dan Giana akan sering pergi ke perusahaan dan bertemu denganmu."     

Sean mendengar bahwa karena sekarang Giana sudah rujuk dengannya, kedudukan Giana dalam keluarga sudah melampaui Jayadi. Jayadi pun tidak lagi menjadi direktur proyek itu.     

Sean berkata, "Tidak masalah. Kalian bisa datang kapan saja. Jika ada sesuatu, kalian bisa langsung mencariku atau Chintia."     

Mendengar Sean menyebut nama Chintia tanpa menyebutkan jabatannya, kecemburuan Giana meningkat. Dia segera meletakkan sendoknya sambil cemberut dan berkata dengan kesal, "Suami! Aku tidak suka wanita bernama Chintia ini! Dia adalah rubah betina! Aku takut dia menggodamu. Bisakah kamu memecatnya saja?"     

Sean tahu bahwa ada konflik di antara Giana dan Chintia.     

"Istriku, Chintia hanya berwajah cantik saja dan kinerjanya juga bagus. Selain itu, dia mengenal lebih banyak orang di Jakarta dibanding diriku. Jika aku kehilangan dia, perusahaan akan merugi besar."     

Giana merasa tidak senang. "Kalau begitu, bisakah kamu memberiku sedikit saham juga? Aku juga ingin menjadi wakil presiden Grup Citra Abadi!"     

Sean tidak segera menyetujui permintaan Giana. Giana langsung mengeluh, "Huh! Kamu sama sekali tidak mencintaiku! Aku masih menjadi istri sahmu dan bahkan ingin memiliki anak bersamamu! Tapi, sepeser saham keluarga Yuwono saja tidak kumiliki! Bahkan, kamu tidak bersedia memberi sedikit pun saham padaku!"     

Giana merasa diperlakukan tidak adil dan hampir menangis.     

Sean memikirkannya dengan hati-hati. Sebenarnya sedikit saham tidak begitu berarti. Sementara, untuk posisi sebagai wakil presiden direktur, itu juga hanyalah cangkang kosong. Giana akan segera hamil dan berada di rumah. Dia juga tidak akan memiliki waktu untuk ke kantor, jadi tidak masalah jika Sean menyetujui permintaannya.     

Sean akhirnya mengalah, "Baiklah. Aku akan memberimu saham."     

Giana segera tersenyum dan berkata, "Aku ingin memiliki saham lebih banyak dari Chintia. Bahkan, jika hanya 0,01% lebih banyak, tidak masalah juga. Hehe!"     

Setelah sarapan, Jayadi, ayah mertuanya, menjadi sopir pribadi untuk mengantar Sean dan Giana bersama-sama ke Grup Citra Abadi.     

Baru saja Giana dan Chintia bertemu, suasana langsung berubah menjadi medan tempur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.