Ingin Kukatakan Sesuatu

Kenapa Kamu Bisa Bahasa Italia?!



Kenapa Kamu Bisa Bahasa Italia?!

0"Sudah percaya, bocah?" Sean menatap Goldy dengan bangga.     

Goldy mengamuk, "Ahhh!!! Benar-benar menyakitkan mata!!!"     

Pada saat ini, Sisilia berkata, "Sudah, sudah… Sudah hampir siang. Chintia, hari ini kalian baru saja tiba di Banten. Aku harus mengajak kalian berkeliling dan mentraktir kalian makan. Ayo!"     

Sisilia dan Goldy berbagi mobil, sementara Sean dan Chintia mengendarai mobil mereka sendiri. Mereka berempat segera tiba di sebuah restoran barat bernama Eight and a Half.     

Restoran ini bisa dibilang salah satu restoran barat terbaik. Sambil makan, para tamu juga bisa menikmati keindahan sungai dan alam di sini. Nama restoran ini diambil dari sebuah film Italia berjudul 'Eight and a Half', sementara restoran ini merupakan restoran Italia.     

Setelah mereka berempat menemukan meja di dekat jendela dan duduk, Goldy terus mencari peluang untuk mempersulit Sean.     

"Sean, bajumu ini merek apa? Kenapa logonya tidak kelihatan? Ini Uniqlo atau H&M?" Goldy pura-pura bertanya.     

Sisilia hanya terkekeh. Sisilia, Chintia, dan Goldy semuanya mengenakan baju merek terkenal, baik itu Chanel atau Gucci. Sebaliknya, semua yang dikenakan Sean mungkin tidak sebanding dengan harga satu pakaian mereka.     

Tak lama kemudian, seorang pria asing datang. Dari pakaian yang dikenakannya, dia tidak terlihat seperti pelayan, tetapi sepertinya koki di sini. Sambil memegang menu, dia sendiri yang bertanya pada mereka berempat dalam bahasa Inggris, "Permisi, mau pesan apa?"     

"Haha! Koki di sini datang sendiri untuk mencatat pesanan dalam bahasa Inggris. Sepertinya seseorang yang ada di sini ingin mencari kesempatan untuk kabur ke toilet!"     

Goldy tertawa. Dia mengira seharusnya bahasa Inggris Sean tidak terlalu bagus.     

Sisilia berpura-pura menghibur, tetapi sebenarnya juga mengejek Sean dengan mengatakan, "Tidak apa-apa. Jika kamu tidak bisa berbicara bahasa Inggris, tunjuk nama hidangannya dan bilang saja 'this (ini)'. Begitu saja."     

"Hahahaha…" Goldy tertawa terbahak-bahak sambil tubuhnya condong ke depan dan ke belakang.     

Goldy pernah melihat seseorang memesan makanan dalam bahasa Inggris, tetapi karena tidak bisa menyebutkan nama masakannya dalam bahasa Inggris, orang itu hanya mengatakan 'this'. Orang-orang seperti itu benar-benar terlihat seperti lelucon dan terlihat kampungan.     

Melihat keduanya memandang rendah Sean seperti ini, Chintia sangat marah. Dia tahu bahwa Sean dibesarkan di luar negeri ketika masih kecil. Bagi Sean, bahasa Inggris adalah bahasa ibunya. Sean bahkan lebih fasih berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia, jadi mana mungkin dia tidak bisa menyebut nama makanan berbahasa Inggris?     

Chintia berkata, "Sean ini...."     

Tanpa disangka, tepat ketika Chintia hendak menjelaskan tentang Sean, Sean menyela dan berkata pada Sisilia, "Baik. Terima kasih, Presdir Sisilia, karena telah mengajariku metode ini. Benar-benar memudahkan. Aku menyukainya."     

Chintia tersenyum datar. Sepertinya Sean tidak berencana untuk mempermalukan Sisilia.     

Chintia telah berada di kalangan atas selama bertahun-tahun dan sudah melihat banyak pria yang dipandang sebelah mata juga dipermalukan habis-habisan. Seperti Sean sekarang ini.     

Bagaimanapun, Sean terlihat tetap tenang dalam menghadapi apapun dan betul-betul memiliki kepribadian yang bermartabat. Selain itu dia juga masih begitu muda. Pria sepertinya benar-benar tidak banyak dijumpai di masyarakat.     

Keluarga misterius memang benar-benar berbeda. Keturunan mereka benar-benar sangat berbeda dengan anak-anak yang dibesarkan oleh keluarga konglomerat di Indonesia.     

Memesan makanan Barat tidak sama dengan memesan makanan Indonesia yang bisa dipesan satu orang dan dimakan bersama-sama oleh semua orang. Sedangkan, makanan barat dihidangkan untuk dimakan sendiri bagi siapa yang memesannya.     

Setelah ketiganya memesan, koki mendatangi Sean dan bertanya apa yang diinginkannya sebagai hidangan pembuka. Sean melihat nama hidangan dan gambarnya. Seperti apa yang diharapkan Sisilia, dia menunjuk salah satu hidangan pembuka dan berkata, "This (ini)!"     

"Hahahaha…" Goldy dan Sisilia sama-sama tertawa.     

Sean tidak peduli. Ketika memesan hidangan utama dan hidangan penutup, dia masih tidak menyebutkan nama hidangan dan hanya menunjuk sambil berkata, "This."     

Goldy mencibir, "Benar-benar lucu sekali! Sebagai pacar Wapresdir Chintia, menyebutkan nama hidangan dalam bahasa Inggris saja bahkan tidak bisa. Sangat memalukan! Sean, apa kamu bahkan tidak tahu cara memakai pisau dan garpu? Apa kamu tahu tingkat kematangan steak yang bisa dimakan?"     

Pada saat ini, Sean sudah selesai memesan hidangan dan koki pun bersiap untuk pergi. Akan tetapi, pria asing lain di kejauhan tiba-tiba berteriak, "Flavio!"     

Mungkin koki yang mengambil pesanan mereka berempat bernama Flavio.     

Koki menjawab dalam bahasa Italia, "Vengo io! (Datang!)"     

Tak disangka, karena sedang terburu-buru pergi, menu di tangan koki itu tanpa sengaja menyenggol bahu Sean. Ini adalah restoran barat kelas atas di Banten dan bukan restoran kecil di pinggir jalan yang tidak perlu meminta maaf jika terjadi hal seperti itu.     

Setelah koki menyenggol Sean, dia segera membungkuk untuk meminta maaf dan dengan tergesa-gesa berbicara dalam bahasa Italia yang merupakan bahasa ibunya, "Mi dispiace! (Maaf)!"     

Sean menjawab dalam bahasa Italia, "Non fa niente (Tidak masalah)."     

Koki, Sisilia, dan Goldy sontak terkejut. Ternyata Sean bisa berbicara bahasa Italia?     

Koki begitu kegirangan dan bertanya dalam bahasa Italia, "Anda bisa berbahasa Italia?"     

Sean menjawab lagi dalam bahasa Italia, "Aku menghabiskan beberapa waktu di Milan dan Venezia, jadi aku bisa sedikit."     

Koki pun memuji, "Pelafalan Anda sangat bagus! Sekali lagi, saya minta maaf. Selamat menikmati hidangan Anda."     

Setelah koki pergi, Sisilia dan Goldy menatap Sean.     

Di zaman sekarang, bisa berbicara bahasa Inggris bukanlah sesuatu yang spesial. Semua siswa sekolah dasar pun bisa berbicara beberapa kalimat berbahasa Inggris. Jika ingin memesan hidangan dalam bahasa Inggris, siswa SMP pun juga bisa melakukannya.     

Sementara bagi kalangan atas, dapat berbicara bahasa lain barulah disebut sebagai kalangan elite yang sebenarnya. Chintia mengerutkan bibirnya dan tersenyum. Dia masih suka melihat pacarnya menunjukkan bakatnya.     

Sisilia bertanya dengan heran, "Sean, apa latar belakang pendidikanmu? Mahasiswa pascasarjana atau doktoral? Kamu berencana melakukan pekerjaan apa di Banten?"     

Sean menjawab, "Aku bahkan tidak memiliki ijazah perguruan tinggi. Aku berencana untuk menjadi kurir pengantar paket di Banten."     

"Pengantar paket?" Sisilia benar-benar tercengang. Suami yang didapatkan sahabat karibnya ternyata hanya seorang pengantar paket?     

Goldy juga tertawa dan berkata, "Haha. Ijazah perguruan tinggi saja tidak punya? Bukankah itu sama saja dengan tidak berpendidikan? Apa gunanya bisa mengatakan beberapa kalimat berbahasa Italia? Memang mengantar paket lebih cocok untukmu! Haha!"     

Chintia tahu bahwa meskipun Sean memiliki latar belakang keluarga yang baik, metode pendidikan keluarga Yuwono berbeda dari keluarga lain. Keluarga konglomerat pada umumnya akan tetap menyuruh anak-anaknya mendapatkan ijazah, meskipun tidak terlalu penting. Sedangkan, keluarga Yuwono menyuruh Sean pergi ke universitas terbaik, tetapi tetap tidak memberinya sertifikat kelulusan.     

Zaman sekarang, tanpa sertifikat kelulusan, tidak ada yang bisa dilakukan di Banten dan hanya berbicara saja tidak akan ada gunanya.     

Chintia pun bertanya pada Sisilia, "Sisi, bisakah kamu memberikan pekerjaan untuk pacarku di perusahaan?"     

Sisilia merasa serba salah. "Kamu juga tahu perusahaanku adalah perusahaan kosmetik. Semua karyawan harus memiliki pemahaman yang baik tentang dunia mode."     

Goldy buru-buru menyahut, "Benar, benar! Lihat saja apa yang dipakai Sean! Aku rasa dia bahkan tidak tahu merek ternama seperti Chanel, Gucci, dan LV!"     

Chintia mengabaikan Goldy, tetapi terus berkata pada Sisilia, "Sisi, kamu bahkan tidak menghargaiku?"     

Sisilia berpikir sejenak sebelum berkata, "Sean, begini saja. Aku akan mengajukan pertanyaan yang sangat sederhana. Jika kamu bisa menjawabnya dengan benar, aku akan menerimamu di perusahaan kami."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.