Ingin Kukatakan Sesuatu

Bertemu Giana Lagi!



Bertemu Giana Lagi!

0Keduanya berbicara dan tertawa, lalu meninggalkan rumah yang baru dibeli dan pergi ke Toko Poltrona Frau di Banten.     

Merek Poltrona Frau adalah merek keluarga kerajaan Italia yang 100 tahun lalu membuat perabotan untuk keluarga kerajaan Italia. Selama hampir seratus tahun, merek ini juga dapat dikatakan sebagai furnitur kerajaan eksklusif dari seluruh keluarga kerajaan Eropa.     

Kebetulan rumah yang baru dibeli Chintia bergaya Eropa. Selain itu, dia sangat ambisius dan ingin memiliki pencapaian di Banten. Dia ingin membangun puncak karier dan ingin juga menjadi ratu pusat perbelanjaan. Jadi, merek ini paling cocok untuknya dan Sean sendiri yang memilih untuknya.     

Tempat tidur merek ini berkisar dari puluhan hingga ratusan juta. Semuanya benar-benar sangat nyaman.     

Sebelum datang, Sean sudah menelepon untuk membuat janji. Seorang pegawai wanita keluar untuk menyambut mereka.     

"Tuan Sean, Nyonya Sean, silakan lihat tempat tidur ini. Tempat tidur ini dirancang oleh Roberto Lazzeroni sendiri, dilapisi dengan kulit pilihan Frau. Anda bisa memilih warna sendiri. Kepala tempat tidurnya juga bisa disesuaikan ke berbagai ukuran persegi panjang. Sekarang sedang ada promo, jadi hanya perlu membayar 199.999.000 rupiah."     

Sean melihat sekilas dan merasa bahwa desain tempat tidur ini bagus. Meskipun menghabiskan 200 juta untuk membeli tempat tidur agak boros, uang ini pemberian Goldy sehingga Sean pun tidak merasa sayang.     

Sean duduk dan mencoba tempat tidur sambil berkata, "Sangat nyaman. Apa kamu ingin coba berbaring?"     

Chintia melingkarkan lengannya di dada Sean dan berdiri di samping sambil tersenyum bahagia. "Tidak perlu. Asal kamu suka, aku juga suka."     

Chintia adalah seorang wanita berusia 30 tahun, bukan gadis remaja berusia belasan tahun. Jika dia seorang gadis remaja, mungkin dia akan melompat di atas tempat tidur itu. Sementara, Chintia adalah orang yang begitu berwibawa sehingga enggan melakukan hal-hal yang terlalu kekanak-kanakan.     

Karena Chintia tidak mau mencoba, maka dia menyerahkan pekerjaan kekanak-kanakan ini pada Sean yang lebih muda. Sean pun duduk di tempat tidur dan merasakan kelembutan tempat tidur itu, lalu berkomentar, "Tempat tidur ini sangat nyaman."     

Tepat pada saat ini, tiba-tiba ada suara yang datang dari belakang dan berteriak marah, "Tidak tahu malu! Pasangan tukang selingkuh!"     

Wajah Chintia langsung berubah menjadi marah, sementara Sean juga menoleh untuk melihat. Keduanya sontak terkejut.     

Ternyata Giana dan Yoga.     

Tidak disangka-sangka, Sean dan Giana bisa bertemu lagi di Banten.     

Giana mengenakan gaun putih berhias manik-manik perak dan masih memancarkan aura bidadari. Gelang dan anting yang dipakainya juga memancarkan aura wanita kaya.     

Sean memperhatikan bahwa jari manis Giana sudah dilingkari cincin, tetapi cincin ini bukan cincin yang diberikan Sean sebelumnya. Ini artinya Giana sudah menerima lamaran Yoga.     

Dia masih sangat cantik, Sean menghela napas. Perut Giana masih belum terlihat membesar, jadi dia masih terlihat seperti seorang gadis muda.     

Jika masih belum tahu apa yang telah dilakukan Giana, kemungkinan di pertemuan pertama mereka ini, bukankah Sean masih akan menyukainya?     

Sean turun dari tempat tidur dan bertanya, "Kenapa kamu bisa ada di Banten?"     

Sean mengira Giana akan mempersiapkan kehamilan di Jakarta sampai anak itu lahir. Bagaimana pun, ibunya ada di Jakarta sehingga bisa membantu merawat Giana.     

Yoga tak kalah terkejut karena bisa bertemu Sean dan Chintia di Banten.     

Sekarang Yoga sudah tidak subur lagi dan orang yang paling dicurigainya adalah Sean. Yoga juga sudah pernah mempertimbangkan, jangan-jangan kejadian ini tidak ada kaitannya dengan Sean. Namun, apapun yang terjadi, rencana kotornya itu tidak akan berubah.     

"Haha! Sean, aku tidak menyangka bocah sepertimu berani datang ke Banten," kata Yoga dengan sombong sambil tertawa licik.     

Ini adalah wilayah Yoga. Tentu saja dia tidak takut pada Sean.     

Sean tersenyum menghina dan membalas, "Kenapa aku tidak berani?"     

Yoga mendengus dingin. Dia bukan tipe orang yang suka berbicara kasar di depan orang. Dia berjalan ke tempat tidur yang disukai Sean dan bertanya pada pegawai, "Berapa harga tempat tidur ini?"     

Pegawai menjawab, "200 juta."     

Yoga mencibir sambil tersenyum, "Boleh juga kamu, Sean. Sudah bangkrut, tapi masih sangat boros hingga bisa membeli tempat tidur seharga 200 juta."     

Chintia berkata, "Sean tidak punya uang, tapi aku punya. Kami bisa membeli semahal yang kami mau. Itu tidak ada hubungannya denganmu."     

Yoga menatap Chintia dengan tatapan menghina. "Bawahan yang kalah. Bukannya kamu juga sudah mengundurkan diri dari jabatanmu sebagai presdir Citra Abadi? Sekarang kalian berdua pengangguran!"     

Yoga kemudian bertanya lagi pada pegawai, "Ada berapa jumlah tempat tidur ini?"     

Pegawai menjawab, "Hanya ini satu-satunya. Jika Tuan menginginkannya, Anda perlu memesan dulu. Pesanan akan tiba dalam waktu seminggu."     

Yoga mengamuk. "Siapa yang mau menunggu seminggu?! Aku memilih tempat tidur ini untuk tempat tidur pengantin baru! Aku akan membeli tempat tidur ini seharga 1 miliar!"     

"Tapi…" Pegawai merasa serba salah.     

Sean tersenyum dan berkata, "Seseorang rela menghabiskan uang sebanyak lima kali lipat untuk membelinya. Tentu saja kamu harus menjual tempat tidur ini padanya. Lagi pula, kami juga tidak bilang harus membeli yang ini."     

Sean dan Chintia baru saja mulai melihat-lihat dan ingin memilih-milih sebentar lagi.     

Pada saat ini, Giana datang dan menarik Yoga ke samping, lalu berkata, "Suamiku, kita tidak menginginkan tempat tidur ini. Tempat tidur ini sudah diduduki Sean! Sudah kotor!"     

Yoga tertawa dan berkata, "Benar, benar, benar! Kotor!"     

Giana baru saja memaki Sean dan Chintia sebagai pasangan tukang selingkuh, tapi sekarang dia kembali mengatai Sean mengotori tempat tidur. Sean benar-benar sudah tidak tahan lagi.     

Sean bertanya pada Giana, "Apa maksud perkataanmu? Kenapa kamu bilang aku kotor?"     

Giana ikut mengamuk, "Bisa-bisanya kamu masih berani bertanya?! Kamu sudah mengkhianati pernikahan dengan adik sepupuku! Belum sampai seminggu mencampakkan adik sepupuku, kamu sudah berhubungan dengan Chintia lagi! Cih! Menurutku, kamu sudah bersama Chintia selama dua bulan terakhir, kan?! Setiap hari kamu pulang begitu larut, bukankah itu karena kalian bermesraan di kantor?!"     

"Kamu…"     

Sean sangat marah. Si jalang ini… Jelas-jelas dia yang sudah berbuat salah, bahkan yang mencari pria lain di luar juga dia. Bisa-bisanya dia menyebutku kotor dan memfitnah hubunganku dengan Chintia!     

Sean berkata, "Chintia dan aku tidak bersalah. Kami baru bersama setelah kita bercerai! Kamu dan Yoga yang berselingkuh saat kita masih menikah, jadi kalian berdua yang tidak tahu malu!"     

Yoga menunjuk Sean. "Perhatikan kata-katamu! Ini di Banten!"     

"Memangnya kenapa kalau di Banten?" sahut Chintia, "Banten juga bukan milik keluarga Liono kalian!"     

Pegawai tertegun sejenak, lalu buru-buru berdiri di tengah untuk menengahi, "Tuan dan Nyonya, jangan emosi. Mari bicarakan baik-baik."     

Mereka berempat adalah orang-orang elite dari kelas atas. Jika mereka bersikap seperti ini, apa bedanya mereka yang berdebat di tengah-tengah toko perabotan dengan ibu-ibu di tukang sayur? Mereka semua pun terdiam.     

Chintia berkata, "Kami mau membeli tempat tidur ini. Saya bisa membayarnya sekarang."     

Karena Giana tidak menginginkan tempat tidur ini, Chintia berpikir untuk segera membelinya dan segera pergi dari sini. Dia tidak ingin terus berdebat dengan mereka di sini.     

Pegawai berkata, "Baik. Nyonya. Di mana alamat Anda? Kamu akan mengirimkannya ke sana."     

Chintia menjawab, "Kami tinggal di Emerald Ville…"     

Begitu mendengarnya, Yoga dan Giana yang sudah pergi pun kembali.     

Yoga bertanya dengan terkejut, "Kamu tinggal di Emerald Ville?! Bagaimana bisa kalian tinggal di sana?!"     

Yoga dan Giana juga tinggal di Emerald Ville.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.