Ingin Kukatakan Sesuatu

Chintia Dipecat!



Chintia Dipecat!

0Giana berguling-guling di tempat tidur yang baru dibeli. Entah mengapa, dia tidak bisa tidur. Akhirnya dia memutuskan untuk bangun dengan wajah yang terlihat suram.     

Yoga buru-buru duduk dan menghibur Giana, "Istriku tersayang, ada apa? Insomnia?"     

Giana begitu kesal. Meskipun akan segera menikah untuk ketiga kalinya dan bahkan sudah menjadi seorang ibu, penampilannya masih saja terlihat seperti gadis yang polos.     

Giana menjawab, "Tetangga sebelah sangat berisik! Rumah Chintia kedatangan begitu banyak orang. Begitu memikirkan mereka minum-minum dengan gembira, aku langsung kesal. Lalu, Sean. Atas dasar apa?! Sean sudah meniduri adik sepupuku dan sekarang sudah berhubungan dengan Chintia. Belum sampai satu bulan, dia sudah berganti tiga wanita!"     

Dalam beberapa waktu ini, Giana hanya memiliki dua orang pria, yaitu Sean dan Yoga. Sementara, Sean sudah memiliki lebih banyak wanita dibanding dirinya. Giana pun merasa sangat dirugikan.     

Yoga tertegun. Emerald Ville adalah kawasan perumahan mewah, tidak seperti perumahan biasa yang memiliki masalah insulasi suara di sana-sini. Setidaknya Yoga sama sekali tidak mendengar apa-apa.     

"Aku akan pergi ke sebelah untuk menemui mereka!" kata Yoga.     

Tepat ketika Yoga hendak bangun, Giana meraihnya dan berkata, "Hah.. Suami, lupakan saja. Jangan ke sana."     

Giana takut Yoga dan Sean akan berkelahi lagi, lalu pada akhirnya Yoga lah yang menderita.     

Giana berkata lagi, "Apa Chintia juga punya banyak teman di Banten? Dia baru saja membeli rumah hari ini dan banyak orang datang untuk merayakannya. Selain itu, aku lihat mobil-mobil yang datang semuanya terlihat mewah."     

Yoga tertawa datar. "Mungkin saja, tapi koneksinya itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan koneksi keluarga Liono di Banten. Selain itu, aku sudah mengirim seseorang untuk memeriksa nomor plat mobil yang baru saja datang kemari. Aku akan segera bisa mengetahui siapa mereka."     

"Istri, tidurlah," bujuk Yoga, "Jangan khawatir. Chintia dan Sean berani membuat kita jijik seperti ini. Aku tidak akan membiarkan mereka tinggal dengan tenang di Banten!"     

Setengah jam kemudian, Yoga menerima telepon.     

"Sudah diselidiki, Kak Yoga. Porsche merah muda itu adalah mobil Sisilia Wicaksono dari Sisilia Cosmetics, sementara dua mobil lainnya juga milik pegawai perusahaan mereka."     

Yoga tertawa mencibir. "Ternyata itu perusahaan kosmetik kecil tempat Maggie menjadi juru bicara."     

Sisilia Cosmetics menjadi terkenal di Indonesia dalam dua tahun terakhir dan ditambah dengan beberapa alasan khusus, jadi Yoga juga mengetahuinya. Namun, dari ekspresi Yoga, bisa terlihat bahwa dia sama sekali tidak menganggap perusahaan Sisilia Wicaksono ini.     

———     

Pada pukul setengah dua belas malam, Sisilia dan yang lainnya keluar dari rumah Chintia dan Sean, sementara keduanya keluar untuk mengantar kepergian mereka.     

"Bye, Chintia! Sampai jumpa di kantor besok."     

"Sampai jumpa, Presdir Chintia!"     

Sisilia dan yang lainnya melambaikan tangan pada Chintia, kemudian pergi meninggalkan Emerald Ville. Namun, tidak lama setelah mereka keluar Emerald Ville, sebuah Mercedes-Benz Big G menghentikan Porsche milik Sisilia.     

Gara-gara minum alkohol di rumah Chintia tadi, Sisilia yang duduk di kursi penumpang bagian depan meneriaki pemilik Mercedes-Benz Big G tersebut, "Siapa?! Kamu bisa mengemudi, tidak?!"     

Pengemudi Mercedes-Benz perlahan menurunkan kaca jendelanya dan memperlihatkan wajah seorang pemuda tampan. "Sisilia Wicaksono, kan? Mari menepi dan bicara sebentar."     

Sisilia merasa bahwa pria ini sedikit tidak asing baginya. Ditambah lagi, mereka berbanyak orang. Ada sederet mobil yang bersama dengannya, jadi dia pun tidak takut padanya. Akhirnya, mobil Sisilia dan rekan kerjanya berhenti di pinggir jalan sambil menyalakan lampu hazard.     

Sisilia menapakkan sepatu hak tingginya dan berjalan dengan penuh percaya diri, lalu bertanya, "Siapa kamu? Kenapa bisa mengenalku?"     

Yoga juga turun dari mobil dan menyalakan sebatang rokok, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku Yoga Liono. Secepat Kilat Express adalah milik keluarga kami."     

"Secepat Kilat Express?!! Keluarga Liono!" pekik Sisilia yang langsung terkejut.     

Begitu banyak orang hebat yang tidak terlihat di seluruh Banten. Ditambah lagi, Yoga mengendarai mobil mewah sehingga meskipun Yoga memaksanya untuk berhenti, Sisilia tidak akan mengeluarkan makian karena takut tidak sengaja menyinggung orang-orang terkemuka.     

Sisilia ketakutan begitu Yoga menyebutkan keluarganya.. Bagi orang yang berbisnis di Banten, siapa yang tidak mengenal keluarga Liono dengan aset ratusan triliun? Bahkan, orang biasa juga tahu bahwa Secepat Kilat Express sekarang adalah perusahaan logistik nomor satu di Indonesia.     

Sisilia langsung tersenyum dan berkata, "Tidak heran saya merasa pria tampan ini begitu tidak asing. Ternyata Tuan Muda Yoga! Apa Anda mencari saya karena ingin berkenalan? Ayo kita bertukar nomor."     

Yoga mengulurkan tangan dan menolaknya, "Presdir Sisilia, saya ingin bertanya pada Anda. Apa hubungan Anda dengan Chintia Yandra?"     

Sisilia menjawab dengan jujur, "Kami sahabat karib. Dia baru saja datang ke Banten dan sekarang menjadi wapresdir di perusahaan Sisilia Cosmetics kami. Apa jangan-jangan Tuan Muda Yoga menyukai Chintia? Sayang sekali, dia sudah punya pacar."     

Sisilia mengira Yoga tertarik pada Chintia dan ingin memintanya untuk menjadi perantara. Bagaimanapun juga, Chintia memiliki temperamen yang sangat baik dan cocok dengan selera para pengusaha ini.     

Yoga berkata, "Saya sangat tidak menyukai Chintia, jadi saya harap perusahaan Anda tidak mempekerjakan dia."     

Sisilia jelas tampak bingung. "Bagaimana bisa begitu? Dia sudah berinvestasi dalam saham perusahaan kami. Selain itu, saya yang mengundangnya ke Banten…"     

Yoga mendengus dingin. "Jika Anda tidak memecatnya, saya akan menggunakan kekuatan keluarga saya untuk berurusan dengan Anda. Apa Anda berpikir jika menjadi target keluarga kami, perusahaan kosmetik kecil Anda itu masih bisa mendapatkan pijakan di Banten?"     

Sisilia menggigit bibirnya. Tentu saja dia tahu kekuatan keluarga Liono. Jika keluarga Liono ingin berurusan dengannya, bahkan lebih dari sepuluh perusahaan Sisilia Cosmetics pun bisa mereka habisi.     

Sisilia memandang Yoga dan bertanya, "Apa Anda benar-benar dari keluarga Liono?"     

Seseorang tiba-tiba muncul begitu saja di jalan dan meminta Sisilia untuk mengkhianati sahabat karibnya. Bagaimanapun, Sisilia tidak bisa melakukannya.     

Yoga tersenyum dan berkata, "Maggie adalah juru bicara lipstik Anda, kan? Biar saya tunjukan sesuatu pada Anda."     

Yoga mengeluarkan ponselnya, membuka kumpulan foto di album tersembunyi, dan menunjukkannya pada Sisilia. Sisilia sontak terkejut ketika melihatnya.      

Foto itu merupakan foto Yoga dan Maggie yang sedang berciuman di hotel. Maggie adalah idola yang populer. Jika foto ini diekspos, pasti akan menyebabkan kekacauan di internet.     

"Sudah percaya?" Yoga tersenyum licik.     

"Percaya, percaya!"     

Sisilia tidak lagi berani meragukan identitas pria yang ada di depannya ini. Orang yang bisa meniduri seorang bintang dan bahkan mengambil foto, tetapi tidak menyebarkannya, pasti merupakan tuan muda konglomerat.     

Yoga sudah pernah tidur dengan banyak selebriti dan Maggie hanyalah salah satunya.     

———     

Keesokan harinya, Chintia dengan bersemangat berangkat ke perusahaan Sisilia untuk bekerja.      

Ini adalah hari pertama Chintia bekerja di Banten, jadi dia membawakan sarapan dan hadiah kecil untuk banyak rekan kerjanya. Setelah mengantarkan ini, dia tiba di ruang kantor Sisilia.     

Tiada yang menyangka bahwa Sisilia akan duduk di kursi tanpa berbicara untuk waktu yang lama dengan ekspresi yang serba salah. Sisilia tiba-tiba mengembalikan kartu ATM yang diberikan Chintia padanya kemarin dan berkata, "Chintia, aku belum menyentuh uang ini. Kamu ambil kembali saja."     

Chintia tidak mengerti. "Ada apa? Terlalu sedikit? Kalau begitu, aku akan menginvestasikan 200 miliar. Lagi pula, aku yakin pada perusahaan kita."     

Sisilia menghela napas dan berkata dengan serba salah, "Maafkan aku, Chintia. Aku tidak bisa memperkerjakanmu. Kamu tidak bisa bekerja di perusahaan kami!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.