Ingin Kukatakan Sesuatu

Mantan Istri Menikah Lagi!



Mantan Istri Menikah Lagi!

0Yoga termasuk konglomerat generasi kedua di Indonesia.     

Pada dasarnya, Yoga bisa mendapatkan semua selebriti di dunia hiburan, kecuali beberapa wanita yang memiliki latar belakang khusus atau wanita berprinsip. Beberapa selebriti jelas menetapkan harga tertentu, sementara beberapa selebriti tidak perlu dibayar sepeser pun karena artis-artis wanita juga ingin menikah dengan keluarga konglomerat.     

Sementara, si Maggie ini berasal dari keluarga biasa. Tetapi, karena tiba-tiba acara yang dibintanginya meledak, dia menjadi idola begitu banyak pria dan wanita. Setelah menjadi terkenal, Maggie masuk ke radar para tuan muda konglomerat kaya seperti Yoga. Setelah diperkenalkan oleh seseorang, dia pun semakin sukses.     

Sebenarnya, para selebriti suka berpacaran dengan konglomerat generasi kedua atau bahkan menghabiskan cinta satu malam. Itu semua mereka lakukan tidak hanya semata-mata karena uang karena mereka sendiri juga bisa menghasilkan banyak uang.     

Sebagian besar selebriti, terutama para idola wanita, tidak bisa berpacaran dengan mudah karena beberapa agensi memiliki peraturan perusahaan yang tidak memperbolehkan mereka berpacaran. Tetapi, setiap orang perlu berpacaran. Mereka berada di usia dua puluhan, tahun-tahun terbaik dalam hidup. Siapa yang ingin menghabiskannya hanya untuk bekerja?     

Namun, jika mereka ingin menjalin hubungan, mereka harus menyembunyikannya. Selain itu, berpacaran dengan orang biasa akan lebih beresiko. Bagaimana jika pria biasa itu ingin pamer atau mencari keuntungan dengan mengekspos hubungan mereka?     

Karena itu, memilih konglomerat generasi kedua adalah cara yang paling aman bagi para selebriti. Para konglomerat ini juga mementingkan reputasi mereka. Jadi, meskipun berpacaran dengan seorang selebriti, mereka juga tidak akan memamerkannya pada siapa pun.     

———     

Pukul tujuh pagi, Sean sudah mandi dan membuat sarapan. Dia menepuk-nepuk Chintia yang masih tidur dan berkata, "Sayang, sudah jam tujuh. Kamu sudah harus berangkat kerja."     

Sean tidak tahu bahwa sama sekali tidak ada tempat kerja yang bisa Chintia datangi.     

Chintia membuka matanya dan berkata, "Aku tidak enak badan, jadi aku tidak kerja hari ini."     

Sean menyentuh dahi Chintia, tapi tidak merasakan panas di dahinya. Hanya saja, Sean memang bisa melihat Chintia benar-benar kelelahan.     

"Chintia, ada apa denganmu? Apa perlu aku antar ke rumah sakit untuk diperiksa?" tanya Sean.     

Chintia menggelengkan kepalanya. "Aku akan tidur sebentar lagi. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Berangkatlah bekerja saha."     

Sejak tinggal bersama Chintia, ini pertama kalinya Sean melihat Chintia sakit. Melihat betapa tidak nyamannya Chintia, bagaimana bisa Sean merasa tenang membiarkannya sendirian di rumah?     

Pekerjaan Sean sebagai kurir hanya menghasilkan 4 juta per bulan. Di tempat seperti Banten, gaji sebesar itu adalah gaji yang pas-pasan dan tidak dapat membeli apa-apa.     

Pada dasarnya, Sean juga bukan orang miskin. Jadi, pergi atau tidak pergi bekerja pun tidak masalah baginya. Akhirnya Sean tidak pergi bekerja dan tetap di rumah untuk menemani Chintia.     

Pukul sepuluh pagi, Sean sedang minum teh di ruang tamu sambil membaca edisi terbaru majalah bisnis Forbes. Tiba-tiba dia mendengar keributan di luar rumah. Mobil-mobil mewah terus berdatangan, sementara di atas setiap mobil itu terdapat rangkaian bunga, terutama Mercedes-Benz Big G di paling depan dengan empat warna bunga yang berbentuk hari.     

Sean tahu bahwa hari ini adalah hari pernikahan Giana dan Yoga. Yoga baru saja menjemput Giana dari Jakarta.     

"Hah…" Sean tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menghela napas. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa mantan istrinya yang menikah lagi begitu berdekatan dengannya.     

Awalnya Sean mengira tidak akan melihat semua ini. Meskipun dia ingin berpura-pura tidak tahu, dia tidak bisa menahan diri dan tetap melihat ke luar jendela. Dari posisinya, dia bisa melihat situasi di pintu masuk rumah Giana.     

Ketika Mercedes-Benz berhenti, Yoga turun dari kursi belakang terlebih dahulu, kemudian menggendong Giana keluar dari mobil.     

"Huuu…"     

Seluruh orang yang hadir di sana berseru dan banyak juga yang menyemprotkan pita. Giana mengenakan gaun pengantin putih bersih dan digendong Yoga sambil tersenyum bahagia.     

Giana...     

Melihat adegan ini, hati Sean tidak bisa menahan perasaannya yang agak bersedih.     

Sean sangat membenci Giana, membenci pengkhianatannya, dan tidak mencintainya lagi. Namun, bagaimanapun juga, keduanya telah bersama selama tiga tahun dan belum lama berpisah. Dalam waktu sesingkat itu, Sean belum sepenuhnya melupakan Giana. Jadi, ketika melihat Giana menikah dengan pria lain, perasaan Sean masih terasa sangat tidak nyaman.     

Jelas-jelas sebulan yang lalu dia masih meringkuk di pelukanku, memanggilku suami dengan manja, menciumku setiap pagi, dan minum air lemon yang aku seduh setiap hari… Memikirkan hal-hal ini sekarang sudah seperti terjadi seabad yang lalu…     

Betapa memabukkannya keindahan masa lalu.     

Seandainya Sean tidak berpura-pura diusir dari keluarga, Giana pasti tidak mengenakan gaun pengantin di dalam pelukan Yoga, tetapi masih di sisi Sean. Sayangnya, tidak ada seandainya di dunia ini. Sean mau tidak mau tetap harus melakukan ini.     

Tepat ketika Sean sedang mengingat-ingat masa lalu, tiba-tiba dia melihat sosok yang dikenalnya dari jendela yang membentang dari lantai ke langit-langit. Sisilia Wicaksono.     

Sisilia datang rupanya! Dia pasti datang untuk membesuk Chintia, pikir Sean.     

Setelah Sean melihat Sisilia, dia segera meletakkan cangkir tehnya dan keluar untuk menyambutnya. Sean melangkah maju dan memanggil Sisilia, "Presdir Sisilia."     

Pada saat ini, Yoga sudah menggendong Giana ke dalam rumah. Teman-temannya juga sudah ikut masuk ke dalam.     

Sisilia sedikit terkejut ketika melihat Sean. "Oh, Sean rupanya."     

Sean berkata, "Apa Presdir Sisilia datang untuk membesuk Chintia yang sedang tidak enak badan? Kalian memang benar-benar sahabat karib!"     

Tanpa disangka, air wajah Sisilia seketika tampak canggung dan menjawab, "Chintia tidak enak badan? Dia kenapa?"     

Sean langsung penasaran. "Kamu tidak tahu? Apa dia tidak meminta cuti padamu?"     

"Cuti?" Sisilia menebak bahwa Sean tidak tahu apa yang terjadi di sini dan berkata, "Sean, Chintia belum memberitahumu, ya? Dia tidak lagi bekerja di perusahaan Sisilia Cosmetics kami."     

"Apa? Kenapa?" Sean sama sekali tidak paham.     

Sisilia terlalu malu untuk mengatakan alasannya. Dia menunjuk ke depan dan berkata, "Begini… Kita bicarakan lain kali saja. Aku masih ada urusan."     

Pada saat itu, Sean melihat Sisilia melangkah maju dan berjalan ke rumah Yoga.     

Sejak kapan Sisilia mengenal Yoga?!     

Sean sangat penasaran. Jika Sisilia mengenal Yoga, maka kemarin lusa saat dia datang di malam hari, seharusnya dia akan mengatakan hal ini.     

Apa jangan-jangan baru kenal?     

Sean tidak punya waktu untuk memedulikan ini. Sekarang yang paling ingin dia ketahui adalah kondisi Chintia. Dia pun berlari ke dalam kamar dan membangunkan Chintia.     

"Chintia, Chintia," panggil Sean, "Chintia, kamu sudah tidak bekerja di perusahaan Sisilia Cosmetics, ya?"     

Chintia yang sudah bagun sejak tadi pun duduk, lalu bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu?"     

Sean menjawab, "Aku baru saja bertemu Sisilia di luar."     

"Dia datang mencariku?"     

Sean menggelengkan kepalanya. "Dia datang untuk memberi selamat pada Yoga dan Giana."     

"Hah," Chintia tertawa menghina.     

Benar saja, sahabat karib yang ditemui secara kebetulan semacam ini, semuanya memang hanya berteman untuk keuntungan masing-masing. Sisilia tahu bahwa Yoga ingin memasukkan Chintia ke daftar hitam di Banten, tapi dia justru pergi untuk menjilat Yoga. Bagaimanapun, Chintia juga tidak menyalahkannya karena dunia bisnis memang seperti itu.     

Sean meletakkan tangannya di bahu lembut Chintia dan berkata, "Chintia, ceritakan apa yang terjadi kemarin!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.