Ingin Kukatakan Sesuatu

Keputusasaan Chintia!



Keputusasaan Chintia!

0Suasana hati Chintia yang menggebu-gebu langsung jatuh ke jurang. Awalnya dia mengira hari ini akan menjadi awal yang baik untuk semuanya. Tapi, baru saja dia masuk ke perusahaan barunya di hari pertama, dia sudah langsung dipecat.     

Sisilia memandang Chintia dengan ekspresi yang tampak merasa sangat bersalah dan bertanya, "Chintia, apa kamu menyinggung keluarga Liono?"     

Sisilia selalu sibuk dengan urusan perusahaan kosmetiknya, jadi dia tidak tahu detail situasi Chintia di Grup Citra Abadi sebelumnya.     

Chintia langsung mengerti apa yang terjadi. Ternyata Yoga yang melakukannya.     

"Maaf, Chintia. Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Perusahaan kecil seperti kami tidak akan bisa melawan keluarga Liono sama sekali," Sisilia meminta maaf pada Chintia dengan sangat merasa bersalah.     

Chintia tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, Sisi. Aku tidak menyalahkanmu. Jika itu aku, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama. Kalau begitu, aku pergi dulu. Kapan-kapan kita pergi minum teh bersama."     

Chintia berusaha tetap tegar. Dia bangkit, berdiri, dan pergi meninggalkan ruang kantor Sisilia.     

Sesudah meninggalkan gedung dan kembali ke mobil, Chintia tidak punya waktu untuk bersedih. Dia segera mengambil ponselnya dan membuat panggilan. Setelah bekerja mandiri di dunia bisnis selama tujuh tahun hingga menjadi presiden direktur perusahaan terkemuka, Chintia masih memiliki banyak koneksi.     

Sebenarnya perusahaan kosmetik Sisilia bukanlah perusahaan terbaik yang bisa didatangi Chintia. Hanya saja, karena dia merasa lebih bisa berkomunikasi dengan baik dengan Sisilia, dia lebih memilih tempat ini.     

Perusahaan literatur online Banten, perusahaan platform musik, perusahaan film, dan perusahaan situs video, semuanya pernah mengundangnya.     

"Presdir Lingga, sebelumnya Anda meminta saya datang ke Banten untuk menjadi wapresdir. Apa tawaran itu sekarang masih berlaku?"     

"Iya, iya! Benar. Sekarang saya sudah sampai di Banten. Kapan Anda ada waktu? Saya akan ke sana dan mengobrol dengan Anda."     

Perusahaan yang pertama kali dihubungi oleh Chintia adalah situs web video bernama Surya Citra yang juga merupakan perusahaan terkemuka. Perusahaan ini telah merugi dalam dua tahun terakhir dan kehilangan 20 triliun tahun lalu. Namun, Chintia tahu bahwa dengan hanya dua atau tiga situs video yang tersisa, diikuti dengan peningkatan harga keanggotaan dan yang lainnya, cepat atau lambat perusahaan akan menghasilkan keuntungan. Perusahaan ini memiliki masa depan yang cerah.     

Begitu tiba di gedung kantor perusahaan, Lingga Wistama yang merupakan presiden direktur perusahaan menyambut Chintia secara pribadi di ruang kantornya.     

"Astaga… Direktur Chintia, di pertemuan kita yang terakhir, saya langsung menantikan kapan bisa bertemu dengan Anda lagi! Saya tidak bohong, kemarin malam saya bahkan memimpikan Anda! Siapa sangka, kebetulan hari ini Anda sendiri yang berinisiatif menghubungi saya pagi ini dan bahkan ingin bekerja di perusahaan saya! Haha! Bukankah menurut Anda ini takdir?"     

Sebelumnya, Chintia dan Lingga pernah makan bersama saat di Jakarta. Mereka juga berkenalan saat berada di sebuah perjamuan. Chintia memiliki kepribadian yang luar biasa dan tahu bagaimana membujuk orang-orang kaya di dunia bisnis, jadi Lingga langsung jatuh hati padanya di pertemuan pertama.     

Chintia tersenyum dan berkata, "Siapa yang sangka? Sejak terakhir kali kita makan bersama, saya sudah punya firasat bahwa suatu hari nanti saya harus bekerja di bawah Presdir Lingga."     

"Haha! Bagus! Bagus! Bagus!" Lingga Listama tertawa bahagia. Jika ke depannya ada wakil presiden direktur yang cantik seperti Chintia, bukankah bekerja setiap hari akan terasa membahagiakan?     

"Chintia, sebelumnya Anda bekerja di Citra Abadi. Bagaimanapun juga, perusahaan itu bukan perusahaan yang bergerak di dunia internet, jadi saya harus menguji pengetahuan Anda tentang situs web video!"     

Tentu saja Lingga tidak akan memilih orang secara acak untuk memegang posisi penting di perusahaan. Jika begitu, dia tidak akan bisa meyakinkan publik.     

Tentu saja Chintia bukan sekadar wanita cantik biasa. Dia memiliki memiliki pemahaman yang sangat baik tentang banyak industri, terutama perusahaan yang bergerak di dunia internet. Dalam tujuh tahun terakhir, Chintia sudah mempelajari banyak pengetahuan dengan makan dan mengobrol bersama para pemimpin industri ini.     

Setelah mengobrol lama, Lingga memuji, "Tidak ada orang yang cantik dan cakap seperti Chintia Yandra di seluruh Banten. Selamat bergabung! Saya akan segera mengadakan rapat dewan direksi dan mengumumkan ini!"     

"Terima kasih, Presdir Lingga!"     

Tanpa disangka, pada saat ini seorang pria paruh baya mengetuk pintu dan masuk, lalu berbisik pada Lingga. Setelah Lingga mendengarnya, ekspresi gembira di wajahnya menghilang seketika.     

Lingga meminta pria paruh baya itu untuk keluar terlebih dulu, lalu menyalakan sebatang rokok dan bertanya, "Chintia, kapan Anda menyinggung keluarga Liono?"     

Chintia sudah menebak bahwa apa yang baru saja disampaikan pria paruh baya itu adalah pesan dari keluarga Liono. Namun, Chintia tetap saja sangat terkejut. Dia baru saja tiba di perusahaan Surya Citra sekitar setengah jam lebih. Kenapa Yoga bisa menghentikannya secepat itu?     

Yoga mengikutiku! Chintia terpikir akan kemungkinan ini.     

Yoga berusaha untuk memblokir Chintia. Tidak peduli perusahaan mana yang dikunjunginya, Yoga akan menemukan cara untuk menghentikannya.     

Perusahaan situs web video Surya Citra adalah perusahaan ternama, tapi mereka tidak memiliki kewenangan dan tergantung pada keluarga Liono.     

Chintia memandang Lingga dan berkata, "Presdir Lingga, apa jangan-jangan Anda juga takut pada keluarga Liono? Saya tidak pernah menyinggung mereka. Mereka lah yang bersikeras untuk memblokir saya."     

Lingga yang merokok pun menghela napas. "Hah… Maafkan saya. Nona Chintia, saya harus menghormati Yuangga Liono. Atau, begini saja. Beritahu saya apa yang terjadi pada kalian. Saya lihat nanti, apakah saya dapat membantu menengahinya untuk kalian."     

"Tidak perlu."     

Chintia tahu bahwa mengatakannya tidak akan ada gunanya karena Yoga tidak pernah dendam padanya, tetapi melakukannya karena Chintia adalah pacar Sean. Bagaimanapun juga, satu-satunya solusi adalah putus dengan Sean. Tapi, Chintia tidak akan melakukan ini.     

"Maaf sudah mengganggu, Presdir Lingga."     

Lagi-lagi, Chintia pergi dengan kecewa.     

Setelah itu, Chintia menelepon lagi dan pergi ke perusahaan yang berbeda untuk wawancara lagi dan lagi. Namun, tanpa terkecuali, setiap kali Chintia pergi ke sana, mereka akan menerima panggilan dalam waktu setengah jam. Para bos yang awalnya tersenyum tiba-tiba menjadi dingin.     

Harus diakui bahwa pengaruh keluarga Liono di Banten terlalu kuat. Puluhan perusahaan yang dikunjungi Chintia, semuanya takut pada keluarga Liono.     

Pada pukul 5 sore, Chintia memarkir mobil di pinggir jalan. Sekujur tubuhnya berkeringat dan riasan wajahnya sedikit memudar. Dia terus berjalan dengan menggunakan sepatu hak tinggi hingga kakinya sakit dan tumitnya berdarah. Sementara, yang paling hancur saat ini adalah mentalnya. Menerima penolakan terus-menerus membuat Chintia merasa tidak bisa bertahan di Banten.     

Chintia duduk di kursi pengemudi, menyalakan sebatang rokok, dan meletakkan kepalanya di setir.     

Tin! Tin!     

Tiba-tiba sebuah mobil Mercedes-Benz berhenti di depan Chintia, kemudian seorang pria mengetuk jendela mobilnya. Begitu Chintia menurunkan kaca jendela mobil, yang dilihatnya adalah Yoga.     

Dengan senyum liciknya, Yoga memandang Chintia yang kehilangan arah dan berkata, "Ada apa? Direktur Chintia, jangan-jangan kamu menangis? Ck, ck, ck… Wanita cantik yang selalu terlihat mandiri sekarang terlihat begitu putus asa. Aku yang melihatnya saja merasa kasihan."     

Chintia menatap Yoga dengan marah dan sangat ingin memakannya.     

Yoga bersandar di jendela mobil dan menjulurkan kepalanya ke dalam mobil Chintia, lalu berkata sambil tersenyum, "Bagaimana, Nona Chintia? Apa sekarang kamu sudah tahu kekuatanku? Tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa banyak perusahaan yang kamu kunjungi, tidak akan ada gunanya. Hanya dengan satu panggilan telepon dariku, meskipun mereka mempekerjakanmu, mereka akan memecatmu saat itu juga!"     

Sambil berbicara, wajah Yoga semakin dekat dengan wajah Chintia. Dia ingin mengambil kesempatan untuk mencium Chintia. Menurut pandangannya, hari ini Chintia sudah dibuatnya begitu tersiksa dan putus asa. Sekarang Chintia pasti sudah tahu betapa kuatnya keluarga Liono, jadi Chintia pasti tidak akan berani menolak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.