Ingin Kukatakan Sesuatu

Giana Mengaku!



Giana Mengaku!

0Sean tidak bisa berkata-kata.     

Aku tidak bisa melupakanmu? Aku berlutut dan memohon padamu? Yang salah itu kamu!     

Si Giana ini hingga hari ini masih sangat arogan dan merasa dirinya benar.     

Hilda sudah dihukum karena selingkuh. Terakhir kali mereka bertemu di toko perabotan, bisa terlihat bahwa dirinya sudah tidak lagi memancarkan pesona seperti dulu. Sementara, Giana yang sudah berselingkuh dua kali sampai hari ini masih saja sama. Bahkan, dia hidup dengan sangat baik. Tanpa Sean, dia masih memiliki Yoga yang kaya dan juga lebih memanjakannya.     

Seorang wanita yang telah melakukan kesalahan seharusnya tidak berakhir dengan begitu baik seperti ini.     

Sean mengamuk pada Giana, "Giana, berhenti bersikap narsis! Bukan berarti karena kamu cantik, maka semua pria akan mencintaimu dengan segenap hati selamanya!"     

"Chintia, pacarku yang sekarang, dari mananya tidak lebih baik darimu? Dia lebih cantik darimu, kepribadiannya lebih baik darimu, lebih pengertian darimu, lebih bisa merawat orang darimu, dan juga lebih…"     

Plak!     

Sean berbicara dengan sangat cepat, tetapi sebelum dia selesai berbicara, Giana melayangkan tangan putih mulusnya.     

"Diam! Dasar bajingan!"     

Giana sangat cemburu dan selalu berpikir dirinya wanita paling sempurna. Dia tidak bisa menerima jika mantan suaminya meremehkannya dan memuji wanita lain seperti ini.     

Tingkah Giana yang seenaknya sendiri ini benar-benar membuat Sean sangat kesal. Atas dasar apa Giana menamparnya?     

Sean mengangkat tangannya, mengayunkannya dengan pelan, dan menampar wajah Giana.     

Plak!     

Sebuah tamparan mendarat di wajah lembut Giana yang mengenakan gaun pengantin.     

"Ah!" Giana memekik pelan dan tangisnya langsung pecah. Dia memegangi wajahnya dan menatap Sean dengan sangat sedih dan sakit hati.     

Sean agak merasa bersalah ketika melihat air mata yang keluar di sudut mata Giana. Dia tidak berani terus menatap Giana. Sambil berkata, Sean sedikit mengalihkan pandangannya, "Kamu… tidak berhak memukulku. Lain kali, jangan lakukan ini padaku dengan seenaknya! Aku sudah bukan suamimu lagi."     

Giana memegangi wajahnya dan berkata, "Sean, kamu benar-benar kejam!"     

Sean tidak menjawab.     

Giana menyeka air matanya dan melanjutkan, "Sean, Chintia tidak bisa menemukan pekerjaan karena aku yang meminta Yoga untuk melakukan ini. Kamu tidak usah mencari suamiku lagi. Jika kamu ingin balas dendam, cari aku saja!"     

"Kamu?" Sean menatap Giana lagi.     

Giana berkata dengan marah, "Benar! Memang aku! Kamu tidak berani mengaku bahwa kamu masih mencintaiku, tapi aku berani!"     

"Aku akui bahwa aku masih sangat menyukaimu. Aku tidak senang saat melihatmu dan Chintia bersama! Kalian bahkan tinggal di sebelah rumahku! Begitu memikirkan ini, aku bahkan tidak bisa tidur!" Giana mengaku, "Aku hanya ingin membuat Chintia tidak bisa menemukan pekerjaan, membuatnya tidak berguna, dan mengusirnya dari Banten! Menyingkirkan dia dari pandanganku!"     

Sean tidak menyangka Giana yang sudah menjadi istri Yoga akan mengatakan bahwa dirinya masih menyukai Sean, di depan Sean sendiri.     

Kecemburuan dan rasa permusuhan Giana terhadap Chintia benar-benar sangat dalam.     

Giana berkata, "Sean, Yoga tidak melakukan sesuatu yang ilegal dan dia juga tidak menggunakan cara tercela untuk mempersulit Chintia.     

"Kamu harus tahu bahwa dengan kekuatan keluarga Liono di Banten, mereka bisa membuatmu bahkan susah melangkah di Banten dan bahkan sulit untuk makan!" lanjut Giana, "Kami membalasmu dalam hal bisnis. Jika kamu ingin mencari keadilan untuk pacarmu, kamu juga bisa menggunakan cara yang sama untuk berurusan dengan kami. Sama seperti yang kamu lakukan dengan Yoga di pasar saham sebelumnya!"     

"Itulah yang dilakukan oleh seorang pria! Tidak seperti seorang preman yang yang berlari ke rumah seseorang, lalu berteriak ingin memukul dan membunuh! Perilakumu seperti sampah!" tukas Giana.     

Sean memandang Giana dengan marah, "Kamu menyebutku sampah?!"     

Giana mendengus dingin.     

"Memangnya bukan? Jika kamu memiliki kemampuan, temui bos perusahaan itu dan suruh mereka mempekerjakan Chintia! Jika kamu memiliki kemampuan, kamu bisa membuka perusahaanmu sendiri dan menghidupi Chintia!" kata Giana, "Jika kamu kalah di dunia bisnis, kamu hanya bisa melampiaskannya begitu saja. Apa namanya jika bukan sampah?"     

"Sean, apakah kamu tahu kenapa aku bertekad untuk menceraikanmu? Ini bukan hanya karena Yuana. Yuana selalu menentangku, jadi mungkin saja dia sengaja tidur denganmu untuk membuatku marah," lanjut Giana, "Alasan kenapa menceraikanmu bukan karena kamu tidak punya uang, tapi karena aku tidak melihat harapan dalam dirimu! Kamu tidak memiliki ambisi!"     

"Omong kosong!" Sean berteriak pada Giana, "Aku tidak berambisi? Aku tidak punya harapan? Aku baru saja diusir dari keluarga besarku selama beberapa hari, tapi kamu sudah menjatuhkan hukuman mati padaku! Kamu sama sekali bukan tipe wanita yang rela berjuang bersama suamimu! Kamu bahkan menghinaku dengan kata-kata semacam ini!"     

"Giana, kamu tidak pandai menilai sama sekali! Bisa-bisanya kamu menggunakan kata-kata seperti ini untuk menghinaku!" Sean terus berteriak, "Jangan dengarkan kata-kata Hilda yang tidak berdasar itu! Lebih baik banyak-banyaklah mendengarkan Alkitab! Pernikahan kita hancur karena kebodohanmu!"     

Giana hendak menangis lagi. Dia tidak berani memukul Sean lagi, tetapi mendorongnya pelan dan berkata, "Kamu yang bodoh!"     

Sean sangat marah. "Cih! Menyuruhku membalasmu dalam hal bisnis? Oke, oke! Tenang saja. Aku tidak akan berinisiatif untuk mencari Yoga lagi."     

Giana sama sekali tidak tahu bahwa Sean pergi mencari Yoga untuk bertanya secara langsung justru merupakan bentuk belas kasihannya pada Yoga. Karena Yoga membiarkan Sean untuk memberinya pelajaran, mungkin dengan begini kemarahan Sean akan mereda dan tidak akan mengincarnya lagi.     

Balas dendam keji yang sebenarnya justru balas dendam pribadi Sean atau dalam hal bisnis. Itu karena Sean bisa membuat Yoga bangkrut. Dia bisa membuat Giana yang merupakan seorang istri kaya raya menjadi bukan apa-apa.     

Giana menoleh dan melirik ke belakang. Pintu tertutup dan tidak ada tamu yang keluar. Tapi, dia tidak ingin terus berdebat dengan Sean lagi. Sekarang Sean sudah setuju. Asalkan Sean tidak melecehkan suaminya dengan cara seperti ini lagi, itu sudah cukup bagi Giana..     

Baik Giana dan Sean terdiam selama lebih dari sepuluh detik untuk menenangkan suasana hati mereka masing-masing.     

Giana menunduk dan mengelus perutnya, lalu berkata, "Pikirkan saja baik-baik. Aku juga sudah tidak ingin bertengkar denganmu lagi. Aku khawatir anakku tidak akan mau datang ke dunia ini karena mendengar pertengkaran orang tuanya."     

Pernyataan Giana membuat hati Sean melunak. Dia bahkan merasa malu karena telah mengatakan begitu banyak hal buruk di depan anaknya barusan.     

Benar. Jika anakku sendiri mendengar perkataanku, bukankah dia akan merasa dunia ini begitu kotor? Jika dia punya pilihan, dia benar-benar tidak akan memilih untuk datang ke dunia ini.     

Giana berbalik dan hendak kembali ke rumah. Tiba-tiba Sean menghentikan Giana dan berkata, "Tunggu dulu. Ada satu hal yang ingin aku jelaskan padamu. Hari itu Yuana dan aku tidak melakukan apa-apa."     

Sean tidak tahu apakah dirinya sengaja menjelaskannya pada Giana atau ingin menjelaskannya pada anak di perut Giana. Dia berharap siapapun harus terus melakukan lebih banyak kebaikan di dunia ini. Jangan sampai berpikir bahwa dunia ini hanya dipenuhi dengan keburukan dan kejahatan. Jadi, dia bersedia mengatakan yang sebenarnya dan memberitahu Giana dan anak di perutnya.     

Siapa yang menyangka, Giana tersenyum menghina. "Tidur bersama dan tidak melakukan apa-apa? Cih! Apa kamu pikir aku sebodoh dirimu dan percaya omong kosong seperti itu?"     

Begitu selesai berbicara, Giana segera menyesali perkataannya dan segera membekap mulutnya dengan ketakutan dan panik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.