Ingin Kukatakan Sesuatu

Membuat Keributan di Pernikahan Giana



Membuat Keributan di Pernikahan Giana

0Sekarang Chintia sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi.     

"Maafkan aku, Sean. Seharusnya aku tidak menyembunyikannya darimu. Aku hanya tidak ingin kamu mengkhawatirkanku. Itu sebabnya aku tidak memberitahumu," Chintia mengaku, "Kemarin saat aku pergi ke perusahaan Sisilia, dia mengembalikan uang 50 juta yang sudah aku investasikan padanya. Dia bahkan bilang tidak bisa membiarkanku bergabung dengan perusahaannya."     

Sean sama sekali tidak menyalahkan Chintia. Pacarnya ini sudah menceritakan masa lalu dan segala hal tentang dirinya pada Sean.     

"Apa Yoga yang sudah melakukannya?" tanya Sean.     

Chintia mengangguk, lalu menjelaskan, "Yoga ingin membuatku tidak bisa bekerja di Banten. Dia tidak ingin aku menetap di Banten. Kemarin aku wawancara dengan lebih dari puluhan perusahaan. Aku berjalan hingga kakiku berdarah. Seluruh koneksi lingkaran pertemananku juga sudah habis, tapi semuanya tidak berguna."     

"Tidak ada satu pun perusahaan yang berani menentang keluarga Liono, jadi tidak ada satu perusahan pun yang mau mempekerjakanku. Aku benar-benar tidak berguna…"     

Ketika akhirnya Chintia mengatakannya, air mata kekecewaan pun mengalir dari matanya.     

Chintia adalah seorang wanita yang membanggakan. Dia selalu mementingkan kemampuan dirinya, lebih dari kecantikannya. Tetapi, pada saat ini dia mengaku dirinya sebagai seorang yang tidak berguna.     

"Chintia!"     

Sean merengkuh Chintia ke dalam pelukannya. Pada saat ini, dia bahkan lebih sedih dari Chintia. Dia tidak tahu betapa buruknya hari yang dialami Chintia kemarin. Sebagai pacar, dia justru membiarkan pacarnya dirugikan dan diperlakukan dengan tidak adil karena dirinya. Sean sangat marah begitu memikirkan apa yang telah dilakukan Yoga pada Chintia dan seketika tidak bisa mengendalikan emosinya lagi.     

"Sean, kamu mau ke mana?"     

Sean tiba-tiba menepis Chintia, lalu bangkit dan berjalan keluar.     

"Aku akan mencari Yoga untuk membuat perhitungan dengannya!"     

Di Jakarta, Sean sudah termasuk baik dengan tidak membunuh Yoga, yang mana lebih ringan dari hukuman yang diberikannya pada Cahyadi. Tapi, pria ini tidak tahu diri dan masih berani mengganggu wanita Sean.     

Sean dengan penuh emosi berjalan ke rumah Yoga dan Giana yang ada di sebelah. Karena sekarang sedang ada banyak tamu, pintu utama terbuka sehingga bisa dimasuki dengan leluasa. Sean pun langsung berjalan ke ruang tamu. Yoga dan Giana sedang berdiri di tangga dan berjalan menuju ke lantai dua.     

"Yoga! Keluar kamu!"     

Raungan Sean membuat lantai satu yang awalnya berisik seketika menjadi hening! Semua orang memandang Sean dengan pandangan mata yang heran dan tidak ramah. Sisilia yang berdiri di pintu dan melihat pemandangan ini pun segera menyelinap keluar diam-diam.     

Sesudah keluar dari pintu, Sisilia kebetulan melihat Chintia menggunakan sandal dan bahkan belum mencuci mukanya. Chintia berjalan dengan cepat menuju ke sini. Tentu saja, Chintia khawatir akan terjadi sesuatu pada Sean.     

Sisilia meraih Chintia dan berkata, "Ya Tuhan, Chintia! Kenapa kamu kemari mengenakan piyama? Di sana ada begitu banyak putra konglomerat! Bagaimana bisa kamu berpakaian seperti ini ke rumah orang lain? Ayo, ayo, ayo! Cepat kembali dan ganti pakaianmu, baru datang lagi."     

"Tapi, Sean, dia…" Chintia mengkhawatirkan Sean.     

Sisilia meraih Chintia dan berkata, "Biarkan Sean menangani urusannya sendiri. Kamu jangan ikut campur."     

Sisilia memaksa Chintia kembali ke rumah untuk berganti pakaian.     

———     

Ketika Yoga melihat Sean, matanya membara, sementara Giana pun juga ketakutan.     

Apa Sean akan membuat kekacauan di pernikahan Giana lagi? Terakhir kali saat Giana dan Cahyadi menikah, Sean hadir di pernikahan, lalu mencuri perhatian semua orang dan membuat mereka kelabakan. Apa jangan-jangan kali ini giliran Yoga yang mengalami kesialan?     

Siapa yang menyangka bahwa pada saat ini, seorang pria dengan aura yang tidak biasa dan postur tubuh yang gagah keluar untuk membela Yoga. Orang ini adalah saudara Yoga, Fendy Liono.     

Fendy langsung berlari menghampiri Sean dan melayangkan tendangan.     

"Sinting! Kak Fendy luar biasa!"     

"Kak Fendy memang sebelas-dua belas dengan tentara pasukan khusus!"     

Fendy berbeda dengan Yoga. Yoga adalah seorang buaya darat yang tampan dan kurus. Sementara, Fendy tidak begitu tampan, tetapi sangat kuat dan lebih dewasa.     

Buk! Bak! Buk!     

Fendy menendang Sean berturut-turut. Sean tidak menyangka karena dia sedang memakai sandal sehingga sulit untuk menendang. Akhirnya, dia hanya bisa menggunakan tangannya untuk menahan tendangan Fendy.     

Orang biasa tidak mungkin bisa menahan tendangan Fendy dengan mudah, tetapi Sean tidak.     

Sean memandang Fendy dan berkata, "Sepertinya kamu sudah berlatih selama beberapa tahun, tapi sayangnya kamu bukan tandinganku. Jangan ikut campur jika tidak ingin mati!"     

Fendy mendengus dingin. "Kamu Sean, kan? Yoga adikku. Mana mungkin aku membiarkanmu bertindak lancang di sin?!"     

Sebelumnya, jari-jari Yoga patah. Dia bahkan juga diracuni hingga mengakibatkan kemandulan. Sebagai kakak laki-lakinya, Fendy sangat marah dan ingin membunuh Sean sejak lama.     

Pada saat ini, teman-teman yang hadir di rumah Yoga turut penasaran, apa asal-usul pria bernama Sean ini? Para tamu yang berdiri bersama pun saling berbisik.     

"Apakah dia di sini untuk merebut pengantin wanita?"     

"Mungkin dia mantan pacar istri Yoga!"     

"Mantan pacar apanya? Aku dengar dari seorang teman, si Giana ini sudah pernah menikah, jadi mungkin dia mantan suaminya!"     

"Benarkah? Yoga menikahi wanita yang menikah untuk kedua kalinya?"     

Yoga bergegas turun dengan marah. Dia menunjuk ke arah Sean dan mengamuk.     

"Sean! Sebenarnya apa maksudmu masuk tanpa izin ke rumah kami?! Kamu ingin mencari gara-gara, hah?!" maki Yoga.     

Sean balas meneriaki Yoga, "Jika kamu mencari gara-gara dengan pacarku, seharusnya kamu sudah tahu bahwa aku akan datang untuk membuat perhitungan denganmu!"     

Melihat semua ini, Giana segera mengangkat gaun pengantinnya dan turun ke bawah hingga tiba di hadapan Sean, lalu berkata, "Ikut denganku."     

Giana menarik tangan Sean dan membawanya keluar dari rumah. Dia tidak ingin membiarkan keduanya bertengkar di depan begitu banyak orang. Bagaimanapun juga, Giana dan Yoga tidak ingin kerabat dan teman mereka tahu bahwa Giana dan Sean pernah menjadi suami-istri.     

Giana menarik Sean, sementara Sean tanpa sadar mengikutinya begitu saja. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menolak wanita ini. Sean sudah melihat Giana mengenakan gaun pengantin dua kali, tetapi tidak satupun dari keduanya dikenakan untuk Sean.     

Ketika tiba di luar halaman dan berdiri halaman rerumputan, Giana bertanya padanya, "Sean, sebenarnya apa maksudmu?!"     

"Ketika Cahyadi dan aku menikah, kamu datang untuk membuat masalah dan membuat kekacauan di pernikahanku. Sekarang aku menikah dengan Yoga, tapi lagi-lagi kamu begini! Apa kamu sebegitu tidak rela?" tanya Giana, "Apa kamu begitu tidak bisa melihatku bahagia? Apa kamu harus membuatku malu dan tidak hidup bahagia, baru kamu akan senang?"     

Sean tidak tahu harus berkata apa.     

"Giana, aku tidak sengaja mengganggu pernikahanmu. Aku juga tidak bermaksud menghancurkan kebahagiaanmu," terang Sean, "Hari ini aku datang murni karena Yoga. Kemarin Chintia melakukan wawancara dengan puluhan perusahaan, tapi Yoga memblokir semuanya. Dia ingin menghalangi jalan Chintia di Banten! Aku harus meminta penjelasan yang jelas padanya!"     

Giana mendengus dingin dan penampilannya masih tetap begitu sempurna.     

"Kamu masih bilang kalau kamu tidak sengaja membuat masalah? Kenapa kamu harus datang mencarinya hari ini untuk masalah yang terjadi kemarin?"     

"Aku baru mengetahuinya…" Sean menjelaskan.     

Giana mengulurkan tangannya yang ramping. "Oke, tidak perlu dijelaskan. Aku mengerti kamu melakukan ini karena masih mencintaiku, jadi saat kamu melihat aku menikah dengan orang lain, kamu tidak terima. Iya, kan?"     

"Cih!" decih Giana, "Berbelit-belit dan membuat begitu banyak alasan! Aku lebih suka kamu menangis dan memberitahuku bahwa kamu masih mencintaiku dan tidak bisa melupakanku, lalu berlutut dan memohon padaku untuk memberimu kesempatan lagi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.