Ingin Kukatakan Sesuatu

Sean Mengamuk!



Sean Mengamuk!

0"Halo? Kak Yoga, bagaimana ini? Kejadian kemarin malam terekspos! Bos perusahaan memarahiku habis-habisan!"     

Pihak Maggie sudah panik tidak karuan. Maggie adalah bintang besar sehingga kehidupan pribadinya memiliki pengaruh besar pada dirinya. Bisa dibilang itu menentukan apakah dia dapat bertahan di industri hiburan atau tidak. Seorang bintang seperti Maggie bahkan tidak boleh terekspos ketika merokok diam-diam, apalagi memiliki pacar.     

"Maggie, jangan khawatir. Foto-foto itu tidak jelas. Kamu hanya perlu tidak mengakuinya mati-matian," kata Yoga, "Begini saja. Segera suruh manajer perusahaanmu untuk merilis klarifikasi di internet. Pihakku juga akan menjelaskannya. Sebelum merilisnya, kirimkan padaku salinannya untuk kami periksa terlebih dahulu."     

Maggie berkata dengan cemas, "Apakah ini akan baik-baik saja? Meskipun fotonya tidak jelas, aku seorang publik figur. Dalam sekilas, saja penggemarku bisa tahu apakah itu aku atau bukan. Mereka sudah memastikan kalau itu memang aku. Huhuhu… Apakah karirku di dunia hiburan sudah berakhir?"     

Maggie masih seorang gadis kecil, jadi kemungkinan perusahaan hanya menakut-nakutinya saja tadi.     

Yoga menghibur, "Jangan dengarkan omong kosong bosmu. Jangan khawatir. Tidak akan terjadi apa-apa. Berita ini akan segera hilang! Aku akan menunjukkan padamu kekuatan keluarga Liono kami!"     

Setelah menutup telepon, Yoga mendengus dingin. Dia tidak tahu jika paparazi yang sudah mengekspos insiden ini atau ada orang jahat yang ingin menghukum Yoga. Tetapi, tidak peduli bagaimanapun juga, Yoga dapat dengan mudah menyelesaikan bencana ini.     

Uang bisa melakukan apapun yang seseorang inginkan. Uang bisa membuat berita yang sedang dalam pencarian terbanyak langsung menghilang begitu saja.     

Yoga membuat panggilan lain dan langsung memerintahkan, "Hapus berita itu. Uang bukan masalah!"     

———     

Chintia yang berada di rumahnya di Emerald Ville dan sedang melihat-lihat berita di internet juga menemukan berita ini.     

Chintia terkejut dan langsung berseru, "Sean, cepat lihat! Maggie si bintang besar itu berkencan dengan Yoga tadi malam dan diekspos oleh paparazi!"     

Berita ini memang diatur oleh Sean. Namun, Sean masih berpura-pura terkejut dan berjalan sambil menyahut, "Benarkah? Coba aku lihat."     

Setelah selesai melihat foto-foto yang sudah lebih dulu dilihatnya, Sean mencibir, "Cih! Giana bahkan mengira dirinya sudah menikah dengan suami yang begitu baik, tapi ternyata tidak tahu seperti apa Yoga itu!"     

Melihat Yoga dimaki banyak warganet, Chintia turut senang sehingga kemarahan yang kemarin dirasakannya pun sudah banyak mereda. Dia pun berkata, "Memang cepat atau lambat, bajingan akan menerima ganjarannya! Tanpa kita perlu membalas dendam padanya sedikitpun, dia sendiri juga sudah cari mati!"     

Sean tersenyum tipis dan mengangguk. Tapi, tentu saja dia tidak berpikir begitu dalam hati.     

Apa bajingan akan menerima ganjarannya? Apakah Tuhan seadil itu?     

Tidak. Jika bukan karena Andy yang merekam secara diam-diam, jika bukan karena rencana yang sudah diatur oleh Sean, Yoga tidak akan mendapatkan pembalasan seperti saat ini.     

Jika apa yang terjadi tadi malam difoto paparazi lain, apa yang paparazi itu ingin lakukan pasti bukanlah mengekspos kejadian itu, melainkan menggunakan foto-foto ini untuk meminta uang pada Yoga. Setelah memberikan uang, Yoga tidak akan menerima caci maki seperti hari ini.     

Tiba-tiba Chintia teringat akan Giana dan bertanya pada Sean, "Sekarang seharusnya Giana sangat sedih, kan? Apa menurutmu Giana langsung tidak jadi menikah seperti di pernikahannya dengan Cahyadi terakhir kali, lalu berlari pulang dan rujuk denganmu?"     

"Kamu ini memiliki hati yang begitu lembut dan juga sangat mencintainya. Kamu bahkan meneteskan air mata untuknya di konser," lanjut Chinta, "Jika dia memohon untuk rujuk denganmu lagi, kamu pasti akan mencampakkanku dan rujuk dengannya lagi."     

Kata-kata Chintia membuat Sean merasa sangat bersalah. Sean segera mengulurkan tangannya dan bersumpah, "Chintia, aku berjanji tidak akan melakukan itu. Sekarang kamulah wanita yang paling aku cintai."     

"Giana hanyalah masa lalu. Jangan mengejekku seperti itu," kata Sean, "Selain itu, menurutku, Giana tidak akan putus dengan Yoga karena masalah ini. Dia lebih tidak mungkin lagi datang ke sini untuk rujuk denganku."     

Tentu saja apa yang tadi Chintia katakan adalah candaan. Dia tahu sekarang Sean sangat mencintainya. Hanya saja, Chintia tidak tahu dengan jelas apakah Sean masih mencintai Giana atau tidak. Chintia tidak tahu mana yang lebih dalam, cinta yang dimiliki Sean untuk dirinya atau Giana. Ini adalah pemikiran yang akan dimiliki oleh setiap wanita.     

Chintia bertanya, "Kenapa?"     

Sean sangat mengenal Giana. Wanita itu menilai bahwa kedudukan finansial pasangan hidupnya lebih penting dari apapun juga.     

"Karena aku tidak sekaya Yoga," jawab Sean, "Kecuali Yoga bangkrut, Giana tidak akan menceraikannya."     

"Benar," Chintia setuju dengan pernyataan Sean.     

Tiba-tiba Sean bangkit dan berjalan ke lemari alkohol.     

"Aku akan menuangkan segelas sampanye."      

"Untuk apa minum sampanye?" tanya Chintia sambil tersenyum. Dia merasa jika seperti ini, mereka terlalu bersenang-senang di atas penderitaan orang lain.     

Sean mengangkat bahu dan tidak menjawab. Memangnya kenapa kalau bersenang-senang di atas penderitaan orang lain?     

Sean merasakan ponselnya bergetar Dia mengeluarkannya dan melihat Sandi mengirimkan video padanya. Ini adalah video upacara pernikahan Giana barusan.     

Sean berbalik dan berkata pada Chintia, "Aku akan ke toilet dulu. Nanti kita rayakan saat aku kembali."     

Sean tidak ingin Chintia melihat video Giana. Dia masih belum sepenuhnya melupakan Giana. Jika melihat sesuatu dari ekspresi wajah Sean, Chintia akan cemburu.     

"Iya, pergilah. Aku akan menuangkan sampanye," balas Chintia sambil tersenyum dan berdiri.     

Ketika tiba di kamar mandi lantai ini, Sean membuka video dan menontonnya. Dalam video tersebut, Giana mengenakan gaun pengantin putih yang suci dan menyatakan perasaannya pada Yoga di aula pernikahan.     

"Saya langsung jatuh cinta pada Yoga saat pertama kali melihatnya dan memutuskan bahwa dia adalah laki-laki di hidup saya!"     

Sesudah mendengarnya, tentu saja Sean sangat marah. Dia langsung mengamuk, "Pelacur! Langsung jatuh cinta padanya saat pertama kali melihatnya? Betapa tidak tahu malunya kamu berkata seperti itu! Kenapa kamu tidak memberitahu tamu-tamu ini kalau pada saat itu kamu masih istriku?!"     

Giana memang wanita yang paling bisa membuat Sean kehilangan kendali. Hanya mendengar Giana mengucapkan kalimat pertama saja sudah membuat Sean emosional. Dia sangat ingin mengatakan bahwa itu karena dia membenci Giana. Namun, dia pernah berkata bahwa benci adalah dua sisi dari cinta. Cinta adalah benci dan benci adalah cinta. Ini tidak ada bedanya.     

Sean tidak mau mengakui bahwa sekarang dia membenci Giana karena tidak ingin mengaku masih mencintai Giana.     

Dalam video tersebut, Giana melanjutkan, "Yoga memperlakukan saya dengan sangat baik dan sangat memanjakan saya. Saya belum pernah bertemu laki-laki selembut dia…"     

Dua jam yang lalu, Giana juga sudah mengucapkan kata-kata ini pada Sean sehingga saat mendengarnya lagi, Sean sudah tidak merasakan apa-apa. Namun, Giana masih lanjut berbicara di video.     

"...Waktu itu, saya juga pernah membayangkan tinggal di sana bersama Yoga di masa depan dan menjalani kehidupan yang manis dan bahagia…"     

"...Grand Giana adalah sarang cinta kami. Saya yang membuatnya sendiri. Giana adalah aku, sementara Grand adalah Yoga…"     

Sean sangat marah sehingga hampir melempar ponselnya. Jika bukan karena takut Chintia yang ada di luar akan mendengarnya, ponsel yang ada di tangannya pasti sudah hancur berkeping-keping.     

"Persetan!!!"     

Sean mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia ingin merobek tampang sok suci Giana yang penuh dengan kemunafikan dan menamparnya.     

"Grand Giana adalah konsep yang aku cetuskan untukmu dan itu bukti cintaku padamu! Tapi, sekarang kamu bilang itu sarang cintamu dengannya?! Jika aku, Sean Yuwono, tidak menghancurkan Grand Giana menjadi reruntuhan, aku bukan manusia!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.