Ingin Kukatakan Sesuatu

Ibu dan Anak yang Sangat Berkualitas!



Ibu dan Anak yang Sangat Berkualitas!

0Sean perlahan membuka pintu kaca kafe dan bunyi lonceng yang tergantung di pintu pun membuat wanita pemilik kafe menoleh ke pintu. Sinar matahari di luar pintu menyinari sebagian besar tubuh Sean. Dia begitu terlihat bersinar, seakan-akan keluar dari cahaya.     

Di dalam kafe, wanita itu mengenakan gaun merah muda bergaya Prancis dan menggendong seorang gadis kecil berumur sekitar tiga tahun. Kecantikan ibu dan anak ini bisa dibilang menakjubkan.     

Sean tertegun ketika melihat wanita itu pada pandangan pertama sehingga dia terdiam setidaknya selama lima detik sambil menahan pintu kafe. Selama lima detik ini, dia menatap wajah wanita itu dengan serius. Meskipun sudah memiliki anak, umur wanita ini tidak tua dan seharusnya tidak lebih dari 25 tahun.     

Semua fitur wajahnya, seperti wajah Giana, sangat sempurna. Wanita ini memiliki kecantikan yang membuat orang yang pertama kali melihatnya langsung tenggelam dalam pesonanya.     

Dibandingkan dengan Giana yang angkuh, wanita ini jelas terlihat lebih lembut dan elegan. Ada senyum tipis di wajahnya yang membuat siapa pun merasa tidak canggung dan terasa seperti teman sekolah atau rekan kerja.     

Dia pasti wanita Kakak Kedua.     

Sean diam-diam mengatakan bahwa dia tahu kakak keduanya lebih mementingkan penampilan dibanding dirinya. Setiap mencari wanita, kakaknya itu tidak akan mencari wanita dengan kecantikan yang biasa-biasa saja. Semua yang dicarinya adalah wanita yang begitu cantik.     

Giana, mantan istri Sean, adalah salah satu contoh hasil pencarian kakak keduanya. Dia mencari dari ratusan keluarga di negara ini, kemudian memilih satu kandidat dengan penampilan terbaik dan usia yang paling cocok.     

Kakak kedua Sean meletakkan kuncinya di sini. Tanpa perlu dikatakan lagi, pemilik kafe ini pasti memiliki hubungan dengan kakak keduanya.     

Sean menutup pintu kafe, lalu masuk dan mendapati bahwa tidak ada pelanggan di kafe. Hanya ada ibu dan anak ini.     

Merasa tidak enak jika terus menatap wajah cantiknya, Sean pun menoleh dan beralih menatap gadis kecil yang ada di dalam pelukannya. Dia mendapati gadis kecil itu telah menatapnya untuk waktu yang lama tanpa berkedip.     

Penampilan gadis kecil itu juga sangat berkualitas. Dia gemuk dan kecantikannya belum dapat terlihat. Kira-kira kecantikannya akan terlihat jelas dalam beberapa tahun lagi.     

Dia tidak mungkin anak Kakak Kedua, kan? pikir Sean yang terkejut.     

Jika anak ini keturunan keluarga Yuwono dan berjenis kelamin laki-laki, dia pasti telah diambil oleh keluarga Yuwono pada usia ini. Jika perempuan, dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan ibunya selama beberapa tahun.     

Wanita itu tersenyum dan menatap Sean sambil menyapa, "Halo."     

Suara wanita itu lembut dan membuat Sean yang mendengarnya merasa sangat nyaman. Dia bahkan merasa sedikit deja vu. Sean juga tersenyum dan mengangguk pada wanita itu, "Halo."      

Wanita itu lanjut bertanya, "Apa Tuan ingin minum sesuatu?"     

Sean menjawab, "Saya di sini untuk mengambil kunci rumah Mount Ville."     

"Oh…" Wanita itu masih tetap tersenyum tanpa menunjukkan keterkejutan dan menunjuk ke sebuah ruangan di dalam kafe, "Di brankas yang ada di dalam."     

Sean mengangguk. Dia tidak tahu harus berkata apa, jadi dia pun langsung masuk begitu saja. Ada sebuah ruangan kecil di dalam. Ketika masuk, dia melihat sebuah brankas kecil.     

Sean menoleh dan mendapati wanita cantik dan anak kecil itu masih menatapnya, lalu bertanya, "Apa Anda tahu apa kata sandinya?"     

Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Saya hanya tahu ada empat digit."     

Sean berpikir sejenak, Apa mungkin ulang tahun Kakak Kedua?     

Sean memasukkan 0604, tapi ternyata salah. Dia pun berpikir lagi, Kunci ini untukku. Apa mungkin ulang tahunku?     

Sean memasukkan tanggal ulang tahunnya dan kali ini brankas itu terbuka. Di dalamnya tidak hanya terdapat kunci rumah, tetapi juga dua kunci mobil serta beberapa dokumen kontrak.     

Sean mengeluarkan semuanya, lalu berjalan ke lobi kafe dan berkata pada wanita itu, "Semua ini... akan saya bawa."     

"Baik."     

Wanita itu masih tersenyum dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia tidak menanyakan nama Sean dan juga tidak mengatakan apa-apa tentang kakak kedua Sean, seperti seseorang yang tidak ada hubungannya dengan kakak keduanya.     

Awalnya Sean ingin pergi begitu saja. Tetapi, ketika hendak mencapai pintu, dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menoleh ke belakang. "Begini…"     

"Ya?" Wanita itu bertanya pada Sean dengan rendah hati dan sopan, seperti seorang petugas.     

Sean ragu-ragu. "Eh, tidak apa-apa. Lingkungan di sini bagus. Lain kali saya akan datang untuk minum kopi di sini. Hari ini saya sedang terburu-buru."     

Wanita itu tersenyum datar. "Baik. Silakan datang kembali."     

Sean membuka pintu kafe dan keluar. Ketika Sean sudah tidak tahan untuk menoleh lagi, dia melihat gadis kecil yang ada di pelukan wanita itu masih menatapnya. Mata besar berbinar dengan tampang yang menyedihkan dan membuat orang merasa kasihan.     

Sean mengambil kunci dan kontrak, lalu berjalan di bawah naungan pohon sambil memaki, "Dasar Kakak Kedua bajingan! Wanita yang tadi itu pasti wanitnya dan gadis kecil itu juga pasti anaknya. Dia pasti sudah menelantarkannya sesudah bermain-main dengannya!"     

Sean sama sekali tidak menerima berita pernikahan kakak keduanya, jadi wanita ini pasti tidak dimasukkan ke dalam keluarga Yuwono.     

Sean mencoba menelepon kakak keduanya, tetapi nomornya tidak bisa dihubungi sehingga dia pun mengirim pesan.     

[Sean]: Aku sudah pergi ke Kafe Merindukan Fajar.     

Setelah itu, Sean tidak terlalu memikirkan wanita cantik itu.     

Sean langsung pergi ke kawasan perumahan Mount Ville dan tiba di rumah yang ditinggalkan oleh kakak keduanya untuknya. Pada saat yang sama, dia menghubungi Andy dan memintanya untuk memanggil Maggie si bintang besar itu.     

Tentu saja seorang bintang besar tidak dapat semudah itu diundang. Apalagi, sekarang Maggie merupakan tokoh utama badai yang sedang terjadi dan sama sekali tidak berani keluar dengan santai. Namun, Andy menyimpan banyak foto pertemuan Maggie dan Yoga. Foto-foto yang tersebar di internet hanyalah sebagian saja. Asalkan mengirim satu atau dua foto pada Maggie, dia pasti akan keluar dengan patuh.     

Setelah satu jam, Maggie datang mengenakan topi bisbol, masker, dan kacamata hitam. Seluruh tubuhnya benar-benar terbungkus. Dia tiba di rumah Mount Ville tempat Sean berada.     

Andy sendiri muncul di depan Sean dan melapor, "Tuan Muda Sean, dia sudah datang!"     

Sean mengangguk. "Berjagalah di luar pintu. Periksa apa ada paparazzi atau drone."     

"Baik."     

Andy segera keluar untuk menjalankan perintah. Di rumah, hanya Sean dan Maggie yang tersisa. Baru saat itulah Maggie melepas topi bisbol, masker, dan kacamata hitam serta mantel tipis yang melindunginya dari sinar matahari. Aura bintangnya perlahan terlihat.     

Maggie tidak berniat untuk mengagumi rumah yang bernilai ini dan berkata dengan terburu-buru, "Kak, tolong lepaskan aku. Jangan sebarkan foto-foto itu lagi. Berapa uang yang kamu inginkan? Kita bisa mendiskusikannya."     

Sean melirik Maggie. Sebenarnya mereka pernah bertemu di perusahaan Sisilia. Namun, saat itu Chintia sedang melakukan siaran langsung, sementara Maggie yang terlambat segera pergi ke tempat siaran langsung begitu tiba di perusahaan.     

Waktu itu, mereka berdua hanya berpapasan saja. Sepertinya Maggie tidak memperhatikan Sean, jadi dia tidak ingat siapa Sean.     

Sean duduk di sofa dan berkata, "Aku tidak kekurangan uang. Kali ini aku juga mengundangmu datang juga bukan untuk meminta uang. Sebaliknya, aku bisa memberimu uang."     

"Memberiku uang?"     

Maggie tertegun sejenak, lalu segera memikirkan kemungkinan yang paling buruk. Dia memandang Sean dari atas ke bawah, lalu menghela napas.     

"Hah… Kenapa kalian para tuan muda konglomerat begitu suka tidur dengan selebriti kecil seperti kami ini? Sudahlah, lupakan saja. Melihatmu yang cukup tampan, aku bersedia."     

"???" Sean tak hanya terkejut, tapi juga tercengang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.