Ingin Kukatakan Sesuatu

Mantan Chintia Datang!



Mantan Chintia Datang!

Lagi pula, Sean sama sekali tidak tertarik menjadi presiden direktur. Dia sama seperti Presdir Hartono yang tidak tertarik pada uang.     

Charles sudah mengetahui tentang Chintia dari Pengurus Fairus. Sebelumnya, Chintia bersedia mengundurkan diri sebagai presiden Grup Citra Abadi demi Sean. Kakek Sean juga sangat mengagumi wanita ini dan sangat senang cucunya akhirnya menemukan wanita yang tidak materialistis.     

"Oke," jawab Charles, "Tapi, Best Express memiliki nilai puluhan triliun di pasaran, jadi tidak cocok untuk langsung menempatkan Chintia di posisi presdir. Jika ingin seperti ini, meski kamu ingin menyembunyikan identitasmu dan menjadi orang biasa, sepertinya tidak akan bisa."     

"Kakek akan menempatkan adik perempuanmu mengambil alih sebagai presdir Best Express terlebih dahulu dan membiarkannya membuat transisi, kemudian perlahan-lahan menyerahkannya pada Chintia," cetus Charles.     

Sean merasa kakeknya sangat bijaksana. Ditambah lagi, Sean sudah lama tidak bertemu dengan adik perempuannya yang merupakan nona muda keempat keluarga Yuwono. Dia juga sangat berharap kakaknya itu bisa datang ke Banten.     

"Baik. Terima kasih, Kakek."     

Setelah menutup telepon, Sean kembali ke kamar dan memandang Chintia yang sedang tidur. Dia membelai rambut panjang Chintia yang indah, melihat sisi wajahnya yang dewasa dan menawan, lalu diam-diam berkata, "Chintia, kamu akan segera menjadi presdir Best Express dan kamu akan segera menjadi presdir tercantik nomor satu di Banten. Dua hari lagi, sayang. Sebagai wanitaku, aku akan membuatmu mendapatkan semua yang kamu inginkan!"     

———     

Matahari bersinar di tepi pantai dengan pohon-pohon kelapa yang melambai. Seseorang mengenakan gaun pengantin sambil memegang bunga.     

Sean mengenakan jas dan memegang tangan Giana. Giana mengenakan gaun pengantin putih untuk ketiga kalinya.     

"Suamiku, akhirnya kita menikah lagi. Aku selalu tahu kamu sangat mencintaiku! Setelah aku menikahi Cahyadi dan Yoga, kamu masih bersedia menikah denganku."     

Lana yang berpakaian mewah berlari dan memberi Sean sekotak tablet asam folat, lalu berkata sambil tersenyum, "Menantuku yang baik, ini tablet asam folat untuk mencegah penyakit saraf pada bayi baru lahir. Bukankah anak pertamamu perempuan? Cobalah mendapat seorang putra sehingga dia dapat mewarisi harta ratusan triliun milik keluargamu! Hahaha."     

Yuana yang mengenakan gaun merah berjalan dengan kaki telanjang di pantai dan tampak sedih. Sean memandang Yuana. Wajahnya benar-benar menjadi lebih menawan dari sebelumnya dan postur tubuhnya masih sebagus sebelumnya.     

"Hmph! Kakak Ipar, kamu benar-benar sudah tergila-gila pada Kak Giana! Aku bahkan sudah ke Korea untuk operasi plastik dan sudah secantik Kak Giana, tapi kamu masih tidak memilihku dan menikahi Kak Giana."     

Sean melihat sekeliling. Dia merasa bahwa dunia yang ada di pandangannya tampak kabur dan sinar matahari sangat menyilaukan, tetapi dia dapat dengan mudah membuka matanya. Sean mendapati Giana, Lana, Jayadi, dan Nenek Wangsa sedang tertawa.     

Hilda juga sedang tertawa. Senyumnya memberikan kesan seakan ada semacam konspirasi yang terjadi. Mantan suaminya, Robin Saputro, bahkan menemaninya menghadiri pesta pernikahan. Mereka berpegangan tangan seolah sudah rujuk.     

Sean sangat bingung. Dia langsung melepaskan tangan Giana dan berteriak keras, "Kenapa aku bisa menikahimu lagi? Di mana Chintia? Pacarku Chintia!"     

"Dia sudah mati!" Giana membentak Sean, "Dia dibunuh keluarga Liono. Kalian tidak akan pernah bisa bersama selamanya!"     

"Tidak! Tidak! Tidak!!!"     

...     

Ting!     

Sean bangkit dari tempat tidur dengan keringat di sekujur tubuhnya dan kegelapan yang meliputinya. Sean mengambil ponsel dan melihatnya. Waktu menunjukkan pukul dua pagi. Cahaya ponselnya yang tidak seberapa terang menyinari Chintia yang tidur dengan pulas.     

"Huh... Ternyata mimpi."     

Sean terengah-engah. Dia bahkan mengira bahwa bayangan tadi adalah kenyataan.     

Sean bangun dari tempat tidur. Dia pergi ke ruang tamu dan menuangkan segelas air dingin, lalu meminumnya dan kembali menuang gelas kedua.     

Kenapa aku bisa memimpikan hal seaneh itu? Aku tidak akan mungkin menikahi Giana lagi! Bahkan melihatnya saja aku tidak mau!     

Sambil memegang gelas, Sean mengambil ponsel dan membuka WhatsApp, lalu tiba-tiba melihat status Giana. Apa-apaan ini? Bukannya dia sudah memblokirku? pikirnya.     

Sebelumnya, di hari Yoga dan Giana menikah, Giana memblokir Sean. Sejak hari itu, Sean tidak dapat melihat status Giana dan tidak dapat mengirim pesan padanya. Namun, tiba-tiba Sean bisa melihatnya hari ini. Ini berarti Giana sudah tidak memblokir Sean lagi.     

Giana sudah tidak memblokirku lagi?     

Sean segera melihat konten status Giana. Statusnya ini baru diunggah sepuluh menit yang lalu. Sepertinya Giana juga tidak tidur.     

Giana mengunggah sebuah video. Sean membukanya dan melihat bahwa ternyata itu adalah kamar tidurnya di Pondok Indah, Jakarta. Itu kamar tempat Sean dan Giana tinggal sebelumnya. Video itu mengarah pada puisi 'Harapan' karya Chairil Wanwar.     

Sebenarnya harapanku hanyalah sebuah momen. Aku tidak pernah meminta. Kamu memberikan hidupmu untukku.     

Dalam suara rekaman itu, terdapat alunan melodi NEXUS 'Dark Fragrance' yang dibuat oleh Sean. Giana memposting video ini dengan tulisan, 'Hari-hari tinggal di ruangan ini adalah saat-saat paling bahagia dalam hidupku.'     

Bisa-bisanya Giana menulis status seperti itu di malam pernikahannya? Tampaknya setelah mengetahui Yoga bukan pria yang baik, dia mulai merindukan masa lalu.     

Setelah melihatnya, Sean hanya ingin berkata padanya, "Rasakan!"     

Jika tahu apa yang akan terjadi hari ini, untuk apa ada penyesalan?     

Sean tidak akan mengasihani Giana karena mereka sudah hidup bersama selama tiga tahun di masa lalu, sementara yang dirindukan Giana hanyalah masa-masa ketika mereka tinggal di Pondok Indah.     

Memangnya di saat-saat yang lain dia tidak bahagia?! pikir Sean kesal. Pada akhirnya, yang dirindukan Giana adalah Sean yang sukses, bukan orang yang tidak memiliki pencapaian apapun.     

Sean tidak menyukai maupun mengomentari status ini. Dia juga tidak perlu melakukannya. Jika tidak ingin melihat status Giana, dia bisa langsung memblokirnya.     

Sekarang Sean hanya ingin bersikap baik pada Chintia saja, sementara Giana sudah tidak memiliki tempat di hatinya.     

Ketika teringat mimpi yang baru saja dialaminya, Sean tertawa mencibir. Hal yang terjadi di mimpi itu tidak akan pernah terjadi. Dia sudah tahu perasaannya yang sebenarnya. Bahkan jika Sean menikahi Yuana, dia tidak akan pernah menikah dengan Giana si tukang selingkuh itu.     

———     

Selama dua hari berikutnya, Sean tidak bekerja dan menemani Chintia setiap hari untuk berbelanja, membeli berbagai kebutuhan rumah tangga, membeli pakaian, dan menonton film.     

Nona Muda keempat Sean merupakan seseorang yang sangat sibuk dan sekarang juga memiliki perusahaan di luar negeri, jadi akan membutuhkan waktu baginya untuk bisa datang ke Best Express dan menjadi presiden direktur, termasuk akuisisi keluarga Yuwono atas saham Best Express.     

Beberapa hari kemudian, Sean mulai bekerja sebagai kurir pengantar paket di Best Express dengan gaji 5 juta per bulan. Dia ingin merasakan industri pengiriman ekspres domestik saat ini dengan pengalamannya di posisi terendah sebagai seorang kurir.     

———     

Pada bulan Juli, Banten telah memasuki musim panas.     

Setiap hari sesudah makan siang, Chintia akan berkendara ke tempat bernama Toko Buku Booktown untuk membaca buku. Begitu membaca, dia akan menghabiskan sepanjang siang. Akhir-akhir ini dia melakukan kebiasaan membaca buku seperti ini.     

Pukul lima sore hari ini, Chintia keluar dari toko buku dan hendak pulang ke rumah untuk memasak. Nanti ketika Sean kembali, keduanya akan makan malam bersama.     

Chintia baru saja mengeluarkan kunci mobil dan mengarahkannya ke Porsche Panamera-nya, ketika tiba-tiba seorang pria berbaju dan celana panjang mendekatinya dan berkata, "Nona Chintia, Presdir mengundang Anda."     

Chintia menatap pria aneh yang ada di hadapannya dengan heran. Kemudian, dia melihat sedan Mercedes-Benz S65 AMG hitam yang terparkir di belakang mobilnya.     

Plat Surabaya!     

Chintia terkejut dan berjalan mendekat. Jendela di kursi belakang perlahan diturunkan dan suara seorang pria memanggil dari dalam, "Chintia."     

Chintia mematung di tempat ketika melihat pria itu. Pria ini adalah pria yang pernah memeliharanya selama tiga tahun itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.