Ingin Kukatakan Sesuatu

Menyelesaikan Konflik dengan Keluarga Liono!



Menyelesaikan Konflik dengan Keluarga Liono!

0Pukul setengah enam sore, Sean mengendarai sepeda motor sewaannya dan kembali ke Emerald Ville.     

Julius memandang rendah Sean yang bekerja sebagai kurir. Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa persepsi Sean tentang pengiriman paket dan ide-ide yang muncul setiap harinya dapat mengguncang seluruh industri pengiriman kilat domestik.     

Setelah dua hari bekerja mengantar paket dan bercakap-cakap dengan berbagai macam orang, Sean mendapati bahwa alasan mengapa Secepat Kilat Express menjadi pemimpin industri pengiriman kilat domestik hanyalah karena mereka aman, lebih cepat, dan memiliki sikap yang relatif baik. Tetapi, ini juga didasarkan pada kenyataan bahwa biayanya lebih mahal daripada perusahaan lain.     

Sementara bagi Sean, setelah mengambil alih Best Express, perusahaan ini nantinya pasti sangat bisa melakukan hal yang sama, bahkan dengan biaya yang lebih murah karena hal yang paling Keluarga Yuwono tidak kekurangan adalah uang.     

Selain itu, Sean mendapati bahwa bisnis industri pengiriman kilat sangat sederhana, jadi dia ingin menghubungkan pengiriman paket dengan pengiriman makanan. Kurir bahkan dapat memungut dan membuang sampah, memindahkan barang, dan memberikan jasa pertolongan di jalanan sehingga di saat yang sama juga akan sangat meningkatkan pendapatan kurir.     

Sean juga berencana untuk merekrut wanita dan pria rupawan sebagai kurirnya. Asalkan kurir Best Express secara umum memiliki penampilan yang lebih menarik dari kurir perusahaan lain, pilihan pertama pelanggan pasti akan jatuh ke Best Express.     

Sembari hal-hal yang akan dilakukannya, Sean membuka pintu rumahnya, lalu masuk dan tiba di meja makan.     

Chintia membuatkan Sean udang goreng, daging sapi goreng kering, dan sup akar teratai.     

Sean mengambil sumpit dan memakan beberapa suap hidangan yang dimasak Chintia, dan merasa masakannya sangat lezat. Tidak hanya rasa makanan yang lezat, tetapi kemesraan pacarnya yang memasak untuk dirinya membuat Sean semakin tersentuh.     

Sekarang semakin sedikit gadis di negara ini yang mau ke dapur. Seperti Giana yang tidak bisa melakukan apa-apa di rumah. Wanita-wanita sepertinya tidak mau berkorban, melakukan pekerjaan rumah, mencuci pakaian, dan memasak. Mereka selalu merasa lebih baik melajang seumur hidup daripada melakukan ini sesudah menikah. Tapi, Chintia bersedia melakukan ini untukku, bahkan meski aku tidak membiarkannya melakukannya.     

Baru pada saat itulah Sean mengerti bahwa jika benar-benar mencintai seseorang, maka pasti akan bersedia berkorban dan bekerja keras melakukan hal-hal seperti ini.     

Giana dan Chintia benar-benar berbeda jauh.     

Sean mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Chintia.     

[Sean]: Sayang, makanan yang kamu masak sangat lezat! Hubungi aku kalau kamu sudah selesai dan perlu dijemput!     

———     

Nine Room Hall yang merupakan restoran pribadi ini tidak menerima reservasi. Hanya kenalan yang bisa datang dan makan di sini. Karena privasi yang lebih baik, mereka yang makan di sini adalah para petinggi bisnis yang datang untuk membicarakan bisnis.     

Chintia dan Julius datang ke sini tujuh tahun yang lalu untuk makan malam dengan sekelompok calon bos. Sekarang orang-orang itu sudah memiliki kekayaan yang luar biasa. Selain itu, mereka sangat menghindari publik. Chintia pernah mencoba menghubungi mereka beberapa kali, tetapi tidak ada yang bisa dihubungi.     

Pukul tujuh malam di ruang nomor 51 Nine Room Hall, Chintia dan Julius sudah terlebih dahulu datang dan duduk minum teh sambil menunggu Yuangga. Yuangga tiba di ruang pribadi itu tepat waktu pada pukul tujuh.     

Julius bangkit berdiri dan menyambutnya dengan senyuman, "Kakak!"     

"Haha, Adik Julius!" Yuangga juga tersenyum cerah dan memeluk Julius. Sepertinya hubungan keduanya sangat baik.     

Chintia yang berpakaian sangat indah juga menyapa Yuangga dengan hormat, "Presdir Yuangga."     

"Chintia Yandra juga berasal dari Surabaya. Panggil saja dia Chintia," Julius memperkenalkan.     

"Oh. Chintia. Halo, halo. Kamu sangat cantik."     

Yuangga yang selalu berwibawa dan tidak pernah tersenyum pada orang yang tidak dikenal bahkan berjabat tangan dengan Chintia sambil tersenyum dan memuji kecantikannya. Lalu, sambil berjalan ke tempat duduk, Yuangga menunjuk Julius dan berkata, "Adik, aku pernah mendengarmu menyebut nama Chintia ini berkali-kali. Bukankah dia wanita yang sudah sejak lama kamu dambakan?"     

Ketika Julius melihat Yuangga duduk, dia kembali duduk dan berkata sambil tersenyum, "Kapan aku pernah menyebutnya padamu? Kakak jangan memfitnahku begitu."     

Begitu masuk Yuangga langsung membuka topik obrolan, "Pernah, pernah. Beberapa kali setelah mabuk, kamu pernah menyebut nama Chintia."     

Julius tertawa dan membalas, "Benarkah? Kalau begitu, aku tidak ingat."     

Semuanya tertawa. Tepat pada saat ini, Fendy dan Yoga juga masuk. Ketika kedua putra konglomerat itu melihat Julius, mereka semua tampak hormat.     

"Om Julius."     

Julius tetap minum teh dan tersenyum, lalu berkata, "Oh, Fendy dan Yoga sudah datang rupanya. Duduklah."     

Sementara itu, Chintia tampak canggung ketika kembali bertemu dengan Yoga. Itu karena Yoga si bajingan ini sudah membuat Chintia tidak dapat mendapatkan pekerjaan apapun dan merasa putus asa di Banten. Terlebih lagi, ketika keduanya bertemu terakhir kali, Yoga ingin curi-curi menciumnya.     

Untungnya Chintia sudah memiliki Sean sebagai pacarnya waktu itu dan tidak ingin berbuat salah padanya. Jika Chintia masih lajang, jika Chintia tidak begitu menyukai Sean, mungkin Yoga akan berhasil.     

Tepat ketika suasananya sedikit canggung, tanpa disangka Yuangga mengambil inisiatif untuk berkata, "Fendy, Yoga, sapa dulu. Ini Chintia. Dia adalah…"     

Chintia takut Yuangga akan mengatakan sesuatu yang tidak pantas, jadi dia bangkit dan berkata pada Fendy dan Yoga, "Panggil saja Chintia."     

Fendy dan Yoga dapat melihat dengan jelas situasi di depan mereka dan menyapa Chintia, "Halo, Kak Chintia."     

"Eh, halo."     

Ini adalah pertama kalinya Chintia menerima rasa hormat seperti itu dari keluarga Liono. Dia tidak menyangka Yoga akan bersedia memanggilnya Kak Chintia. Tampaknya hubungan Julius dengan keluarga Liono benar-benar baik dan erat.     

Setelah duduk, mereka mulai memesan makanan. Fendy secara pribadi menuangkan anggur untuk Julius dan Chintia. Dia bersikap sangat baik dan merendahkan dirinya. Chintia juga mengobrol dengan mereka.     

Ketika melihat waktunya sudah hampir selesai, Chintia berinisiatif untuk mengambil segelas penuh anggur, lalu bangkit dan berkata pada Yuangga, "Presdir Yuangga, pacar saya Sean Yuwono dan saya menyinggung Tuan Muda Yoga sebelumnya. Saya harap Anda dapat bermurah hati dan membiarkan kami bisa hidup di Banten. Saya akan bersulang terlebih dahulu sebagai penghormatan saya pada Anda."     

Chintia meminumnya dalam sekali teguk.     

Ketika Yuangga mendengar kata-kata 'pacar', dia melirik Julius dengan kebingungan. Julius mengangguk sebagai tanggapan. Yuangga pun ikut mengambil gelas dan menyesap anggurnya.     

"Chintia, jangan khawatir. Karena Julius sudah mengatakannya, aku tidak akan menolaknya. Fendy, Yoga, kalian tidak diizinkan untuk mempersulit Chintia lagi ke depannya! Paham, tidak?"     

Tentu saja Yoga merasa tidak puas. Jika Sean dan Chintia dibiarkan begitu saja, itu akan terlalu tidak adil bagi mereka. Andai saja kakeknya tahu sekarang Yoga mandul. Hanya saja, dia tidak memberitahu kakeknya. Jika kakeknya tahu Sean telah melukainya separah itu, bahkan jika Julius menengahi, semuanya akan sia-sia.     

Yoga memandang Julius dan Chintia, lalu berkata dalam hati, Hubungan Chintia dan Julius tampaknya tidak biasa. Kemungkinan dia berselingkuh dengan Julius!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.