Ingin Kukatakan Sesuatu

Jika Mereka Bisa Melakukannya, Kita Juga Bisa Membalasnya dengan Lebih Kejam!



Jika Mereka Bisa Melakukannya, Kita Juga Bisa Membalasnya dengan Lebih Kejam!

0Giana muncul di depan rumah Sean dengan gaun putih yang membuatnya terlihat polos. Hanya saja begitu datang, Giana langsung mengucapkan kata-kata yang buruk. Sean tidak lagi memanggilnya 'Nyonya Yoga' dengan sinis dan memanggilnya dengan namanya.     

"Giana! Tolong jaga kata-katamu! Jika kamu memakiku, aku bisa mengabaikannya, tapi jangan bicara tentang pacarku seperti itu!" tegur Sean.     

Giana mendengus dingin. "Lagi pula, aku tidak mengatakan sesuatu yang salah! Apa kamu tahu orang seperti apa pacarmu? Kamu pasti merasa dia adalah wanita paling mulia, mandiri, dan cakap di dunia, kan? Biar kuberitahu. Chintia adalah seorang wanita simpanan! Dia dipelihara seorang pria berusia 50 tahun selama tiga tahun! Dia itu tidak tahu malu… Hmm…"     

Pada saat Giana sedang berbicara, tiba-tiba Sean menutup mulutnya. Kemudian Sean meraih lengan Giana, menariknya ke dalam rumah, dan menutup pintu.     

Giana ditarik sampai ke sofa di ruang tamu oleh Sean. Barulah dia dapat melepaskan dirinya. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak membiarkan aku berbicara?"     

Meskipun Giana mengerutkan keningnya dan terlihat sangat tidak senang, sebenarnya dia masih sangat senang ketika Sean menariknya barusan. Sejak perceraian, keduanya tidak pernah melakukan kontak secara dekat. Giana masih ingat betapa bahagianya dirinya ketika begitu dekat dengan Sean.     

Kata-kata Giana benar-benar membocorkan privasi pribadi Chintia, jadi tentu saja Sean tidak akan membiarkannya berteriak-teriak di depan pintu. Chintia hanya mengatakan hal ini pada Sean dan sama sekali tidak mungkin memberitahu orang lain, apalagi Giana.     

Sean bertanya dengan wajah terkejut, "Bagaimana kamu tahu tentang ini?"     

Ketika Giana melihat Sean tidak terkejut atau marah, sebaliknya malah balik bertanya bagaimana dia bisa tahu, dia segera menyadari bahwa Sean sudah lama mengetahuinya. Giana pun juga dibuat sangat terkejut.     

"Kamu….... tahu tentang Chintia yang menjadi simpanan?"     

Karena Giana juga sudah mengetahuinya, Sean pun tidak perlu menyembunyikannya.     

Sean mengangguk. "Ya. Ketika dia menyatakan perasaannya padaku, dia langsung mengaku padaku."     

Giana sangat marah. Dia melompat dan berteriak marah pada Sean, "Kamu… Kamu… Kamu tahu dia dipelihara laki-laki tua, tapi kamu masih mau bersamanya?! Apa kamu tidak merasa jijik?! Sean, kenapa kamu begitu murahan?! Chintia yang sudah pernah dipelihara saja bisa kamu terima, tapi kenapa kamu tidak bisa menerimaku dan bersikeras bercerai denganku?!"     

Giana merasa bahwa dosa yang dilakukannya jauh lebih kecil daripada Chintia. Dia dan Cahyadi hanya pernah melakukannya sekali saja, sementara Chintia sudah bersama dengan pria lain selama tiga tahun.     

Sean begitu marah dan balik menghardik, "Kenapa aku tidak bisa bersamanya?! Itu semua terjadi sebelum kami menjalin hubungan! Siapa yang tidak punya masa lalu? Situasimu dan Chintia benar-benar berbeda, oke? Kamu selingkuh setelah kita bersama! Tentu saja aku tidak bisa memaafkanmu!"     

Giana sangat marah. Dia merasa kalah dari Chintia lagi dan kalah dengan begitu tidak adil.     

"Oke!" sahut Giana, "Kamu dan Chintia sekarang sudah bersama, kan? Apa kamu kira dia tidak mungkin berselingkuh? Dia bahkan sekarang sedang bersama kekasih lamanya! Dasar bodoh! Kamu sudah diselingkuhi! Tahu, tidak?!"     

Sean tercengang. "Apa yang kamu katakan? Chintia sekarang sedang..."     

Sebelumnya Chintia hanya mengatakan ada perjamuan makan malam, tetapi tidak mengatakan dengan siapa. Lingkaran pertemanan Chintia terlalu luas dan dia mengenal begitu banyak teman, jadi Sean juga tidak mungkin selalu menanyakannya dengan begitu jelas setiap kali.     

Sean bisa melihat bahwa Giana benar-benar mengetahui sesuatu. Dia bahkan langsung tahu Chintia tidak ada di rumah sejak masuk. Kalau tidak, Giana tidak akan berani mengatakan begitu banyak hal buruk tentang Chintia di rumah Sean.     

"Benar!" jawab Giana, "Laki-laki tua yang memelihara Chintia bernama Julius Kusumo, konglomerat dari Surabaya. Hubungannya dengan kakek Yoga sangat baik dan mereka bersahabat baik. Mungkin karena tekanan dari suamiku, Chintia berinisiatif untuk menemui kekasih lamanya dan memintanya untuk menengahi masalah ini."     

"Yoga baru saja meneleponku dan mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mengusikmu dan Chintia lagi di masa depan. Chintia pasti telah melakukan sesuatu yang bersalah padamu," kata Giana.     

"Ketika aku menghabiskan malam dengan Cahyadi, kamu dengan tegas ingin menceraikanku dan tidak memberiku kesempatan sedikitpun! Kali ini, sebaiknya kamu melakukan hal yang sama pada Chintia! Jika kamu berani memilih untuk memaafkannya dan memberinya kesempatan, aku pasti tidak akan melepaskanmu!" kecam Giana.     

Giana hanya ingin melihat Sean dan Chintia putus. Sean adalah pria yang disukainya, sementara Chintia adalah wanita yang paling tidak disukainya. Kebersamaan keduanya membuat Giana sangat tidak nyaman.     

"Julius Kusumo…"     

Sean berpikir sejenak, tapi tetap saja tidak memiliki kesan apapun tentang nama ini. Dari orang-orang kaya di dalam negeri, dia hanya tahu beberapa orang yang sangat terkenal.     

"Aku tidak percaya!"     

Sean tidak akan percaya Chintia mengkhianatinya berdasarkan pernyataan sepihak Giana. Dia bukan baru mengenal Chintia selama satu dua hari. Chintia berpikiran terbuka serta jujur dan apa adanya dalam perilaku dan perbuatannya. Dia bukan tipe wanita yang sama dengan Giana.     

Sean segera mengambil ponselnya dan menghubungi Chintia.     

Melihat Sean menghubungi Chintia, Giana pun duduk di sofa sambil tersenyum dengan menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Dia tersenyum menonton pertunjukan.     

Ketika Sean menghubungi Chintia, terdengar jawaban operator, "Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan.Cobalah beberapa saat lagi."     

Giana sengaja memprovokasi Sean dan berkata, "Apakah Chintia tidak menjawab? Tidak heran! Mungkin dia sedang bermesraan dengan lelaki tua itu. Bagaimana mungkin dia punya waktu untuk menjawab panggilanmu? Bagaimana kalau sampai kamu mendengarnya di telepon?"     

"Tutup mulutmu!" Sean berteriak pada Giana.     

"Kamu…" Giana yang merasa kesal pun cemberut. Dalam tiga tahun terakhir, Sean selalu mematuhi Giana. Giana selalu meneriaki Sean, tetapi Sean tidak pernah berani berbicara dengannya dengan sikap seperti ini.     

Sean dalam suasana hati yang sangat mudah marah sekarang. Meskipun dia percaya pada Chintia, dia masih ingin menelepon dan mengonfirmasi langsung dengan Chintia. Akhirnya Sean pun menelepon lagi.     

"Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi."     

Pada saat ini, Sean mulai berpikir yang tidak-tidak, Tidak aktif?! Tadi sedang tidak dapat menerima panggilan, tapi sekarang dimatikan. Mungkinkah Chintia sengaja mematikan telepon agar tidak menjawab panggilanku? Mungkinkah dia benar-benar bersama kekasih lamanya dan melakukan sesuatu yang tidak boleh kuketahui?     

Dalam sekejap, hati Sean seakan teriris-iris pisau. Memorinya kembali ke saat-saat ketika berada di Jakarta. Saat itu, Yoga mencari orang untuk membeli jari Sean sehingga dia tidak bisa keluar. Sementara, istrinya yang cantik berdandan setiap hari dan pergi ke rumah sakit untuk menemui Yoga.     

Perasaan sakit itu lagi-lagi kembali. Seketika Sean pun merosot di sofa dan pandangan matanya tidak lagi setegas sebelumnya.     

Pada saat ini, Giana tidak menyindir atau menertawakan kemalangannya lagi, tetapi duduk dekat dengan Sean dan kemudian menghiburnya dengan nada menenangkan, "Sean, jangan bersedih untuk wanita murahan seperti Chintia! Dia tidak layak! Chintia dan Yoga sama-sama serigala berbulu domba. Mereka berdua berpura-pura mencintai kita, tapi mereka berbuat salah pada kita!"     

Tiba-tiba Giana mengulurkan tangannya ke tangan Sean dan menggenggam jari-jarinya erat-erat, lalu dengan pandangan mata yang penuh kebencian dan dendam, Giana berkata, "Sean, jika mereka bisa melakukannya, kita juga bisa membalasnya dengan lebih kejam!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.