Ingin Kukatakan Sesuatu

Ini Bukan Apa yang Aku Bayangkan!



Ini Bukan Apa yang Aku Bayangkan!

0Kapal pesiar berwarna hijau super mewah tiba-tiba muncul di dermaga. Kapal pesiar ini tingginya sekitar 110 meter dengan desain keseluruhan yang sangat berteknologi. Benar-benar mengubah persepsi orang tentang kapal pesiar.     

Ini seperti orang-orang kampung yang hanya pernah melihat traktor, lalu tiba-tiba sebuah mobil sport Ferrari muncul. Semua turis di dermaga terkejut.     

"Ya Tuhan! Apa itu! Apa itu kapal perang alien? Apa itu UFO? Ini seperti khayalan! Tidak bisa dipercaya!"     

"Ini fatamorgana! Palsu, kan? Tidak mungkin kapal pesiar terlihat seperti ini!"     

"Oh, Tuhan! Jika aku tidak salah, seharusnya ini kapal pesiar bertenaga hidrogen pertama di dunia, Aqua!"     

"Aqua? Oh, aku tahu! Ini kapal pesiar Bill Gates, mantan orang terkaya di dunia! Kudengar dia menghabiskan 9 triliun! Benar-benar orang kaya!"     

"Sinting! Bukankah itu berarti kapal pesiar ini tidak akan tersedia selama dua tahun, tapi sekarang muncul begitu saja? Hari ini Bill Gates juga yang sudah menutup dermaga, kan? Benar-benar keren!"     

Turis yang tak terhitung jumlahnya mengangkat ponsel mereka satu demi satu ke arah kapal pesiar super mewah, mengambil foto, mempostingnya, dan mengirim video pendek.     

Pada saat ini, Chintia dan Julius berada di sisi dermaga. Keduanya menatap kapal pesiar super mewah di kejauhan sambil tercengang. Chintia menunjuk ke kapal pesiar di kejauhan dan menatap Sean. Pada saat ini, napasnya tampak semakin memburu.     

"Sean, kapal pesiar itu…"     

Sean tersenyum ringan dan berkata, "Ya, itu kapal pesiar yang aku siapkan."     

"Tidak mungkin!" sahut Julius tanpa sungkan.     

Julius menelepon dan bertanya pada bos Banten. Orang itu bilang dermaga sudah diambil alih oleh orang yang sangat berkuasa malam ini. Jelas Julius berpikir bahwa orang ini tidak mungkin Sean yang hanyalah seorang kurir pengantar paket.     

Chintia berdebat dengannya, "Pacarku tidak pernah membual! Sean, aku percaya padamu!"     

Pada saat ini, Chintia mengerti kenapa Sean terus menyuruhnya menunggu di sini. Selain itu, Chintia juga tahu bahwa Sean dapat menggunakan identitas keluarga Yuwono untuk melakukan ini.     

Wajah Julius sangat tidak enak dipandang. Mungkinkah pria bernama Sean ini tidak berbohong? Mungkinkah bocah ini adalah orang hebat yang berpura-pura miskin?     

Awalnya Julius juga ingin mengemudikan kapal pesiar seharga 100 miliar untuk mempermalukan si bocah Sean, lalu membuatnya tahu diri dan meninggalkan Chintia lebih cepat. Tanpa diduga, Sean ternyata menyiapkan kapal pesiar senilai 10 triliun. Permainannya ini terlalu tidak main-main.     

Mereka bertiga semua menatap kapal pesiar dari kejauhan. Lalu, Julius tiba-tiba mendapati kapal pesiar itu berhenti.     

Julius tersenyum dan berkata, "Dik Sean, bukankah kamu bilang itu kapal yang sudah kamu siapkan? Kalau begitu, seharusnya mereka tahu di mana posisi kita, kan? Kenapa mereka malah berhenti di situ dan tidak datang kemari?"     

Tak hanya Julius, Chintia juga merasa itu sangat aneh. Tempat mereka berdiri masih jauh dari posisi kapal pesiar. Jika mereka berjalan ke sana, entah akan memakan waktu berapa lama.     

Chintia memandang Sean dan bertanya, "Bagaimana kalau kamu menelepon staf kapal pesiar dan menyuruh mereka mendekat kemari?"     

Sean menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu."     

Kemudian, Sean memandang Julius dan berkata, "Presdir Julius, kami memesan tempat untuk jam delapan. Jangan khawatir. Kita akan berada di kapal pesiar tepat waktu pada jam delapan. Saya berjanji untuk tidak menyia-nyiakan satu menit waktu Anda yang berharga."     

"Cih," Julius mendengus dingin. Dia sebenarnya ingin melihat bagaimana Sean bisa tepat waktu.     

Kemudian, Julius melihat waktu sudah menunjukan pukul delapan kurang delapan menit. Sementara selama lima menit berikutnya, Sean masih tidak melakukan apa-apa.     

Orang-orang di dermaga yang berkumpul semakin bertambah. Warga-warga yang tak terhitung jumlahnya juga datang untuk mengambil foto kapal pesiar yang terparkir dan banyak orang bahkan memanggil nama Bill Gates.     

Pada pukul delapan kurang dua menit, Chintia sedikit cemas. Dia mengguncang lengan Sean dan memanggil, "Sean…"     

Dilihat dari jarak antara mereka dan kapal pesiar, sepertinya mereka tidak akan bisa naik kapal pesiar sama sekali dalam dua menit.     

Julius menunjuk jam tangannya dan berkata dengan dingin, "Sudah hampir jam delapan. Jika seseorang tidak dapat memenuhi janjinya, aku rasa makan malam hari ini sudah tidak perlu!"     

Pada saat ini, terdengar seruan dari kejauhan.     

"Sinting! Apa itu?! Helikopter! Helikopter muncul dari kapal pesiar!"     

"Itu pasti helikopter listrik pertama di dunia! Sungguh mewah! Ada landasan helikopter di kapal pesiar!"     

"Helikopter! Helikopter yang sangat keren! Ada enam kipas di atasnya!"     

"Nak, itu namanya baling-baling! Cepat tersenyum! Aku akan mengambil fotomu dan helikopter itu!"     

Semua orang kagum saat helikopter lepas landas, tetapi tidak ada yang tahu ke mana helikopter itu pergi.     

Benar. Helikopter itu datang untuk menjemput Sean dan yang lainnya.     

Whushh… Whoosh…     

Embusan angin datang dan membuat gaun merah Chintia terus berkibar hingga hampir tertiup angin. Sementara, Julius tidak bisa membuka matanya sehingga dia menunduk. Dia memang sudah tua.     

"Helikopter ke sini untuk menjemput kita. Ayo kita naik."     

Setelah Sean selesai berbicara, dia meraih tangan Chintia dan melangkah ke helikopter.     

"Pergi ke sana menggunakan helikopter?"     

Julius tercengang. Dia tidak hanya kagum pada cara mereka masuk yang sudah diatur oleh Sean. Di sisi lain, dia juga memiliki beberapa kekhawatiran. Itu karena helikopter tersebut tidak mendarat, jadi membutuhkan kekuatan fisik untuk menaikinya.     

Sean dan Chintia sama-sama muda dan mereka berdua bisa melakukan seni bela diri, jadi mereka bisa naik dengan mudah. Sementara, Julius adalah pria tua berusia 50 tahun. Ketika Julius memanjat, dia terlihat sangat menyedihkan.     

"Presdir Julius, apa Anda butuh saya tarik?"     

Ini semua memang sengaja dirancang Sean. Dia memang ingin menggunakan cara ini untuk menunjukkan bahwa Sean memiliki keunggulan dibanding Julius. Dia masih muda.     

Memangnya kenapa jika kamu punya uang? Ada begitu banyak hal yang tidak bisa kamu lakukan! begitu pikir Sean.     

Setelah Julius naik dengan menyedihkan, dia tidak mengatakan sepatah kata pun.     

Pukul delapan, helikopter mendarat di landasan atas kapal pesiar tepat waktu. Ketiganya berjalan keluar dari helikopter dan menatap kapal pesiar mewah yang ada di depan mereka.     

Sean memandang Julius dan berkata, "Presdir Julius, bagaimana? Saya sangat tepat waktu, kan? Kata Chintia, Anda tidak suka kapal pesiar yang saya sewa? Bagaimana kalau Anda berkeliling dulu dan melihat-lihat kapal pesiar itu? Jika menurut Anda itu tidak bagus dan tidak cocok dengan level Anda, mari kita pilih tempat lain."     

Kapal pesiar ini dipenuhi kemewahan. Ini adalah kemewahan yang belum pernah Julius lihat sebelumnya. Tentu saja dia tidak mungkin tidak menyukainya.     

Julius memandang Sean dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa menyewanya? Kapal pesiar ini sangat terlihat seperti kapal milik Bill Gates yang hanya ada satu-satunya di dunia!"     

Setelah Chintia mendengarnya, dia juga terkejut. Ternyata Sean meminjam kapal pesiar dari Bill Gates.     

Sean tersenyum dan menjawab, "Benar. Kapal ini memang miliknya. Dia kebetulan sedang berlibur dengan keluarganya di sebuah pulau di dekat sini. Mereka sedang tidak membutuhkan kapal pesiar ini untuk dua hari kedepan, jadi mereka meminjamkannya kepadaku."     

"Kamu kenal Bill Gates? Bagaimana kamu bisa kenal Bill Gates?!"     

Julius terus bertanya. Sementara, Sean sama sekali tidak perlu menjawab pertanyaannya ini.     

Tiba-tiba Chintia melihat kolam tanpa batas di geladak bawah dan terdapat tangga batu di depan kolam renang yang gemericik seperti air terjun kecil.     

Chintia meraih tangan Sean dengan penuh semangat dan berkata, "Sean, aku ingin mengambil foto di kolam renang!"     

"Oke, biar aku fotokan."     

Sean dan Chintia berjalan bergandengan tangan dan meninggalkan Julius, seorang pria tua, di landasan. Amarah Julius pun meledak.     

"Ini bukan apa yang aku bayangkan!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.