Ingin Kukatakan Sesuatu

Kapal Pesiar yang Kemewahannya Tidak Tertandingi!



Kapal Pesiar yang Kemewahannya Tidak Tertandingi!

0"Halo...?"     

Julius sudah menutup telepon dan dari ekspresi Chintia, dapat dilihat bahwa dia tidak puas dengan hasil percakapan telepon ini. Julius adalah seorang triliuner. Chintia tidak ingin dia memamerkan kemampuannya di depan Sean. Jika tidak, pria manapun pasti akan merasa rendah diri.     

Saat Chintia datang ke dapur, Sean sedang meletakkan piring dan mangkuknya ke dalam mesin pencuci piring otomatis.     

Sean menoleh. Ketika melihat Chintia, dia pun bertanya, "Kamu sudah selesai menelepon?"     

Chintia mengangguk, tetapi wajahnya tidak terlalu enak dilihat.     

"Sean, Julius sangat mementingkan kebersihan, jadi dia tidak suka jika kapal pesiar yang kamu siapkan tidak cukup baik. Dia ingin mendatangkan kapal pesiarnya sendiri," terang Chintia, "Bisakah kita makan malam di kapal pesiarnya? Kita bisa membawa anggur mahal ke sana."     

Tidak suka jika kapal pesiar yang Sean siapkan tidak cukup baik? Apa dia takut kapal pesiar yang kusiapkan tidak sepadan dengannya sebagai orang terkaya di Surabaya?     

"Haha," Sean tertawa mencibir.     

Julius yang bodoh ini tidak tahu kapal pesiar seperti apa yang aku siapkan malam ini! Dia ingin mengendarai kapal pesiarnya sendiri ke dermaga? Haha! Memangnya dia bisa masuk? Dermaga sudah aku tutup untuk malam ini! pikir Sean.     

Melihat Sean tertawa mencibir, Chintia tahu dia pasti tidak suka dengan apa yang dilakukan Julius.Dia bertanya ragu-ragu, "Apa kamu marah? Bagaimana kalau kita tidak usah pergi malam ini?"     

"Oh, aku tidak apa-apa," jawab Sean, "Mari kita bicarakan ketika sudah sampai di sana nanti malam. Kapal pesiar yang aku siapkan tidak buruk. Siapa tahu dia akan menyukainya."     

Sebenarnya Sean sudah menyiapkan semuanya dari pagi. Namun, nanti malam Sean ingin memberi kejutan pada Chintia, jadi dia belum mau memberitahu Chintia.     

———     

Pukul setengah enam sore di dermaga, pemandangan di sekitar dermaga terlihat begitu bagus dengan adanya lampu-lampu yang terlihat dari bangunan-bangunan yang ada di sekitar. Menaiki perahu dan menjelajahi lautan pada malam hari serta menikmati pemandangan adalah suatu keharusan bagi semua wisatawan yang datang ke Banten.     

Setiap hari, mulai pukul setengah enam sore, ada antrian panjang di dermaga. Namun, meskipun ada banyak orang hari ini, mereka tidak berbaris. Mereka malah bergerombol sambil terus-menerus berteriak.     

"Apa yang terjadi? Kenapa hari ini tidak ada tiket yang dijual?!"     

"Aku ingin membeli tiket!"     

"Bahkan kapalnya saja tidak ada, jadi tiket apa yang bisa dibeli?"     

Banyak orang bergerombol. Mereka semua ingin membeli tiket, kemudian naik kapal pesiar untuk menikmati pemandangan indah bersama teman, kekasih, dan anggota keluarga. Namun, hari ini tidak ada tiket yang dijual.     

"Kenapa hari ini tiket tidak dijual? Pasti ada penjelasannya, kan?!"     

"Katanya tidak ada kapal yang bisa memasuki dermaga hari ini karena sepertinya sudah dipesan oleh seorang konglomerat generasi kedua!"     

"Sinting! Siapa orang yang begitu kaya sampai bisa menutup dermaga?"     

Setiap malam di sini akan ada beberapa kapal pesiar. Akan ada juga iklan sponsor di kapal pesiar, seperti iklan bank, perusahaan asuransi, dan lainnya.     

Untuk menutup seluruh dermaga dan mencegah turis-turis ini mengganggu Sean dan Chintia, Sean mengeluarkan uang miliaran hanya untuk memberikan kompensasi atas kerugian iklan para sponsor ini. Tentu saja, bagi Sean uang sebesar ini hanyalah uang kecil.     

Pada saat ini, Julius yang sedang mendiskusikan bisnis dengan rekannya menerima telepon.     

"Presdir Julius, kapal pesiar Anda dilarang berlayar ke dermaga."     

Julius menjawab dengan tenang, "Oh, tidak apa-apa. Aku akan mengurusnya. Kalian tunggu saja di sana selama beberapa menit."     

Akan tetapi, setelah panggilan telepon, Julius menelepon Chintia terlebih dahulu.     

"Chintia."     

"Ya, ada apa? Apakah janji kita jam delapan akan ditunda?"     

"Oh, bukan. Aku akan tiba tepat waktu jam delapan, tapi aku baru tahu bahwa dermaga hari ini ditutup dan semua kapal pesiar wisata, termasuk kapal pesiar pribadi, tidak bisa masuk."     

"Hah?" Chintia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga diapun juga terkejut.     

Julius berkata, "Kalian pilih tempat lagi saja. Jika sudah, kirimkan alamatnya padaku."     

Setelah menutup telepon, Julius menggelengkan kepalanya sambil bergumam, "Aneh".     

———     

Pukul setengah delapan malam, Sean dan Chintia datang ke dermaga sambil bergandengan tangan. Sudah malam dan gelap, juga tidak ada bintang di langit, tetapi tempat yang ramai ini tidak memerlukan bintang sama sekali. Karena bintang-bintang tidak seindah lampu di gedung-gedung yang menjulang tinggi, lampu yang memancarkan uang dan kemewahan adalah bintang terindah.     

"Sean, kenapa kamu membawaku ke sini? Kata Julius, tempat ini ditutup dan kapal pesiar tidak bisa masuk. Kita harus segera memilih tempat lain. Julius akan segera tiba."     

Chintia mengenakan gaun berwarna merah yang anggun dan memesona. Hari ini sepatu hak tingginya agak tinggi sehingga dari beberapa sudut, dia terlihat setinggi Sean, bahkan sedikit lebih tinggi dari Sean.     

Chintia tahu Julius adalah orang yang menaruh perhatian besar pada ketepatan waktu. Jika mereka sudah membuat janji pada pukul delapan dan Sean belum memilih tempat untuk makan, Julius akan sangat tidak senang saat datang nanti kalau mereka bertiga membuang waktu untuk mencari tempat makan pelan-pelan.     

Bagi Julius, waktu adalah uang. Dia akan sangat tidak menyukai perilaku Sean dan merendahkannya. Kemungkinan dia akan banyak mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar. Misalnya saja, waktu orang kaya berbeda dengan waktu orang miskin.     

Sean tidak melepaskan tangan Chintia dan tetap tersenyum sambil merasakan embusan angin yang sejuk. Dia merasa sangat nyaman.     

"Chintia, sebelumnya aku pernah ke sini beberapa kali bersama Giana. Setiap kali datang, selalu ada begitu banyak turis berlalu-lalang di mana-mana. Aku benar-benar membenci tempat yang ramai. Hari ini kapal pesiar wisata di sini tidak buka sehingga pengunjung yang datang jauh berkurang. Benar-benar nyaman!"     

Melihat Sean masih santai, Chintia hendak melompat-lompat dengan panik. Chintia mengucapkan kata demi kata, "Cepat. Pilih. Tempat. Untuk. Makan!"     

Sean tersenyum tanpa berbicara. Dia juga sangat mementingkan makan malam hari ini dan tidak lagi mengenakan pakaian H&M, tetapi mengenakan pakaian formal bermerek.     

Waktu pun berjalan begitu saja dan dua puluh menit pun berlalu.     

Tanpa disangka, Julius tiba pukul delapan kurang sepuluh menit. Julius berpakaian bagus dan memiliki aura yang kuat. Ketika melihat penampilannya, orang akan langsung tahu kalau dia kaya raya.     

"Julius, biar kuperkenalkan. Ini pacarku, Sean Yuwono," Chintia memperkenalkan, "Sean, dia adalah Presdir Julius Kusumo."     

Chintia melangkah maju dan mengambil inisiatif untuk memperkenalkan mereka berdua. Keduanya berjabat tangan dengan damai, tetapi di mata mereka tersirat aura membunuh terhadap satu sama lain.     

Julius segera melepaskan tangannya dan berkata dengan ekspresi tidak senang, "Saya sudah mengatakan bahwa hari ini lalu lintas kapal ditutup dan tidak ada kapal pesiar yang bisa masuk. Kamu ingin saya datang ke sini sia-sia? Hei, Sean. Waktumu tidak berharga. Tapi, apa kamu tahu, jika kamu menyia-nyiakan setidaknya setengah jam waktuku, berapa banyak kerugian yang aku alami?"     

Tepat pada saat ini, kapal pesiar yang kemewahannya tidak tertandingi dan belum pernah dilihat siapapun muncul di dermaga. Kemunculannya menyebabkan sorak sorai dan teriakan yang begitu heboh di dermaga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.