Ingin Kukatakan Sesuatu

Tidak Memberikan Mahar Sepeser Pun!



Tidak Memberikan Mahar Sepeser Pun!

0Awalnya Julius mengira dia adalah seorang 'pembunuh', 'perampok', atau semacamnya. Jadi, dia mundur ketakutan ke sudut. Begitu melihatnya, pria itu terlihat lemah. Sementara begitu datang, dia langsung berlutut dan meminjam uang. Sepertinya dia sedang dalam masalah.     

Setelah memastikan tidak adanya bahaya, barulah Julius mendekat. Julius memandang pemuda itu dari atas ke bawah dan bertanya, "Anak muda, kenapa kamu datang ke sini untuk meminjam uang pada kami?"     

Sean juga merasa itu sangat aneh. Mana mungkin seseorang tiba-tiba bisa muncul untuk meminjam uang?     

Pemuda itu menjawab dengan jujur, "Saya baru saja melihat kapal pesiar Anda di dermaga dan melihat kalian sedang makan melalui teropong. Saya tahu bahwa tuan-tuan adalah orang kaya. Bagi tuan-tuan, 200 juta hanyalah untuk satu kali makan saja. Jadi, saya melompat ke laut, lalu memanjat untuk meminta bantuan tuan-tuan."     

"Saya lulusan Ilmu Politik dan Hukum. Ini ijazah saya. Saya bukan tuna wisma. Saya memiliki penghasilan yang pasti. Gaji bulanan saya 20 juta. Jika Anda meminjamkan saya 200 juta, saya pasti akan mengembalikannya!" kata pemuda itu lagi.     

Julius mengambil ijazah kelulusan yang basah dan melihatnya, lalu tersenyum. "Berani, cerdik, dan memiliki tujuan yang jelas. Bagus."     

Sean juga dapat melihat bahwa pemuda ini sangat pintar. Bagi orang yang bisa makan di kapal pesiar ini, 200 juta sama sekali bukan apa-apa. Sementara, kemampuan pemuda itu untuk bisa menaiki kapal pesiar ini cukup membuktikan kecerdikannya.     

Sean bertanya, "Kenapa kamu ingin meminjam 200 juta ini? Apa ada anggota keluarga yang sakit?"     

Pemuda itu seorang mahasiswa top jurusan Ilmu Politik dan Hukum dengan gaji bulanan yang tidak rendah. Jika bukan karena mengalami kesulitan, orang yang begitu berambisi jujur seperti ini tidak akan mungkin berlutut dan meminjam uang.     

Pemuda itu menjawab, "Bukan. Ini untuk mahar. Pacar saya dan saya akan menikah. Dia menginginkan rumah, mobil, dan 400 juta sebagai mahar. Saya sudah membeli rumah dan mobil secara kontan. Demi rumah dan mobil ini, orang tua saya memberikan semua uang yang mereka hasilkan sepanjang hidup mereka. Saya juga sudah menggunakan semua simpanan dan gaji saya selama dua tahun. Selain itu, saya juga banyak berutang."     

Pemuda itu melanjutkan, "Saya sangat tidak berguna. Saya mencoba segala macam metode dan meminjam dari semua kerabat dan teman saya, tapi paling-paling saya hanya bisa mengumpulkan 200 juta. Sekarang hanya kurang 200 juta. Hanya kurang 200 juta, saya bisa mengumpulkan mahar yang cukup untuk menikah dengan calon istri saya. Saya mohon, pinjami saya 200 juta. Saya, Wenly Setiadi, bersumpah pasti akan mengembalikannya pada tuan-tuan!"     

Pria muda itu berbicara dengan sangat tulus. Secara pengetahuan psikologi dan pandangan Sean, dia menilai bahwa pria ini tidak berbohong.     

Julius mengangguk. Dia terlihat sangat menghargai pemuda ini dan berkata, "Anak muda, kamu pemberani dan merupakan lulusan Ilmu Politik dan Hukum dari universitas terbaik. Demi uang, kamu bahkan menurunkan martabatmu untuk berlutut dan memohon pada kami. Saya sangat mengagumimu!"     

"Memang benar kondisimu tidak terlalu baik. Kamu bahkan tidak bisa mendapatkan mahar untuk calon istrimu, tapi mungkin kamu hanya kekurangan kesempatan saja. Hari ini kamu memiliki kesempatan untuk bertemu dengan saya, jadi biar saya yang akan memberimu kesempatan ini! Saya akan meminjamkan 200 juta. Tidak hanya itu, saya juga akan membiarkanmu bekerja di perusahaan saya dan menggandakan gaji bulananmu!" kata Julius.     

Pemuda itu sangat gembira. "Benarkah? Terima kasih, Bos! Terima kasih, Bos! Syukurlah! Akhirnya saya bisa menikahi Cindy!"     

Pemuda itu bersujud pada Julius tanpa memikirkan harga dirinya.     

Sementara, Julius berdiri di sana dengan bangga sambil merokok dan memegang gelas anggurnya, lalu berkata, "Asalkan kamu mengikuti saya, Julius Kusumo, meski seorang bidadari sekalipun, saya bisa membuatmu menikahinya! Sebaliknya, jika kamu membuat masalah dengan saya, bahkan jika kamu menikahinya, saya juga bisa membuatnya meninggalkanmu!"     

Julius sombong dan arogan. Pada saat ini, dia sangat mirip dengan tokoh-tokoh kejam yang sering ditonton Sean bersama Nenek Wangsa. Ataupun juga, film-film yang sering Sean tonton bersama Giana. Mereka semua adalah tokoh-tokoh kejam yang semena-mena.     

Julius menatap Wenly dan berkata, "Namamu Wenly, kan? Saya akan memberimu nomor telepon dan kamu bisa meneleponnya dalam satu jam. Dia akan mentransfer 200 juta padamu dan akan bertanggung jawab untuk mengaturmu bergabung dengan perusahaan saya."     

"Baik. Terima kasih, Presdir Julius! Terima kasih, Presdir Julius!"     

Julius menyebutkan nomor telepon. Setelah Wenly mencatatnya, dia bersujud beberapa kali lagi dengan penuh syukur, lalu bangkit berdiri.     

"Terima kasih, Presdir Julius! Kalau begitu, saya tidak akan mengganggu makan malam tuan-tuan. Saya pergi dulu," pamit Wenly.     

Ketika Wenly hendak pergi, Sean menghentikannya, "Memangnya saya membiarkanmu pergi?"     

Ini adalah kapal pesiar yang Sean pinjam berdasarkan hubungan keluarga Yuwono dengan keluarga Bill Gates. Jadi, kapal pesiar ini bisa dibilang milik Sean dan Bill Gates pun pasti tidak akan keberatan.     

Sean adalah pemilik kapal pesiar ini. Namun, ketika orang yang tidak dikenal datang ke kapal pesiarnya, Sean belum mengatakan sepatah kata pun. Julius malah berpura-pura menjadi orang baik dan menunjukkan kemampuannya untuk mengendalikan hidup mati dan kebahagiaan orang lain. Kemudian, orang itu pergi begitu saja? Dia anggap Sean apa?!     

Wenly berbalik dan menatap Sean yang seumuran dengannya. Wajahnya kebingungan.     

"Ini kapal pesiar saya. Apakah saya sudah membiarkanmu pergi?" tanya Sean dengan sangat serius.     

Julius mengerutkan keningnya dan bertanya, "Anak ini kemari untuk meminjam uang. Setelah meminjam uang, kenapa tidak dibiarkan pergi? Apa jangan-jangan kamu ingin menyuruhnya tinggal dan makan bersama?"     

"Anda memang sudah meminjaminya uang, tapi saya belum mengatakan apapun," jawab Sean.     

Julius tertawa dan membalas, "Sepertinya kamu ingin merebut orang baik ini dariku? Apa kamu ingin meminjamkan 200 juta ini?"     

Sean memutar bola matanya dan balik bertanya, "Siapa bilang saya mau meminjaminya uang?"     

Sean menghampiri Wenly dan berkata, "Kamu lulusan Ilmu Politik dan Hukum dengan gaji bulanan yang tidak kurang dari 20 juta. Berdasarkan IQ dan keberanianmu, prospek masa depanmu tidak buruk. Tapi, hari ini kamu yang tahu hukum justru melanggar hukum dengan masuk ke kapal pesiar pribadi. Kamu bahkan berlutut hanya untuk mahar 200 juta! Apa kamu tidak merasa buku-buku yang sudah kamu baca selama belasan tahun sia-sia?"     

Wenly menundukkan kepalanya.     

"Saya benar-benar tidak berguna!" kata Wenly, "Saya bahkan tidak bisa mendapatkan mahar 400 juta, tapi saya menghabiskan beberapa miliar untuk membeli rumah. Saya dan pacar saya berasal dari Jakarta. Anda juga tahu harga rumah Jakarta sangat mahal. Saya benar-benar putus asa. Keluarga pacar saya bilang maharnya tidak boleh kurang dari 400 juta."     

Sean berkata dengan suara yang keras, "Seharusnya kamu tidak memberikan mahar sepeser pun!"     

Wenly dan Julius tercengang.     

Sean melanjutkan, "Mahar adalah hal yang paling tidak bisa saya mengerti dan membuat saya jijik! Bill Gates dan Kobe saja bahkan tidak memerlukan mahar untuk menikahi istri mereka. Di negara mana pun yang pernah saya kunjungi, tidak ada hal aneh seperti ini!"     

"Kamu baru bekerja selama dua tahun dan gaji bulananmu 20 juta. Jika kamu tidak makan dan minum, kamu baru bisa mengumpulkan 480 juta. Dari mana kamu bisa membeli rumah milyaran dan mobil?" kata Sean, "Jika kamu bisa menyiapkan ini semua, dia baru bersedia menikahimu. Kalau begitu, pernahkah kamu berpikir apakah dia akan menikahimu, atau menikahi uang dan rumahmu?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.